Dua

934 40 1
                                    

Suasana danau pada sore hari adalah saat dimana disini adalah tempat yang paling indah menurut Bintang. Karena menunggu matahari terbenam adalah saat favoritnya. Bintang tersenyum memandangi matahari yang masih setengah tenggelam.

"begitu sukanya kau ketika matahari terbenam" kata Nikko yang merangkul Bintang.

"bukan tentang mataharinya. Tapi saatnya"

"apa maksudmu?"

"karena jika matahari terbenam disitu aku akan muncul"

"memangnya kalau ada matahari kau tidak muncul?"

"bukan bintang disini. Tapi bintang diatas sana"

"itu berarti bukan kau"

Bintang mencubit perut Nikko. Nikko sedikit kesakitan namun menahan tangan Bintang. Sejenak saling pandang dan melempar senyuman satu sama lain. Bahagianya mereka berdua. Saling mencintai dan memiliki.

"tidak ada yang lebih indah dari Bintang yang ada di hadapanku"

Bintang tersenyum. Nikko selalu bisa membuatnya seakan terbang. Bintang memeluk Nikko erat untuk menandakan sebuah jawaban.

"begitu sukanya kau ketika matahari terbenam?"

kata itu... Bintang berbalik dan terkejut ketika mendapati Martin berdiri di belakangnya. Kata itu sama seperti apa yang Nikko katakan kepadanya.

"kata itu.."

"ada apa?" kata Martin kebingungan.

Bintang tidak habis pikir bagaimana bisa sama. Bintang merasakan sesuatu merasuk dalam dirinya. Mata Bintang berkaca kaca hingga akhirnya meneteskan air mata. Martin semakin bingung. Apa yang dia ucapkan sehingga membuat Bintang menangis dihadapannya.

"kau menangisi apa? aku tidak berkata aneh aneh yang menyakitkan bukan?"

Bintang tidak menjawab. Bintang berlari meninggalkan Martin. Martin masih dibingungkan dengan pertanyaan pertanyaan kepada dirinya sendiri. Dia sama sekali tidak merasa bahwa perkataannya tadi akan menyakiti Bintang. Tidak ada unsur mengolok atau menghinanya. Tapi mengapa Bintang bisa langsung menangis mendengarnya.

Tingkah aneh Bintang membuat Martin semakin penasaran dengan sosok Bintang. Martin duduk diujung jembatan menghadap danau. Ada apa dengan Bintang. Bintang adalah satu satunya gadis yang tidak mau berteman dengannya. Padahal banyak gadis di luar sana yang malah bermimpi bisa sekedar mengobrol apalagi berteman dengannya. Tapi itu tidak berlaku bagi Bintang. Bintang berbeda dari yang lain.

***

Hari ini Martin sengaja berangkat lebih awal. Sekolah masih sepi. Masih beberapa murid yang berlalu lalang. Setelah meletakkan tas, Martin kembali keluar. Merasakan udara pagi yang masuk dalam dirinya. Tidak semua orang bisa beruntung mendapat udara pagi seperti ini. Martin memutar matanya melihaf sekitar. Menghela nafas dan memfokuskan pandangannya ke arah bangku di samping lapangan basket. Ada Bintang duduk sendirian disana. Dia melamun. Pandangannya kosong. Martin kira belum datang. Karena setahu Martin, Bintang sering sekali terlambat.

Martin cepat cepat menghampiri Bintang. Duduk di sebelah Bintang. Bintang mungkin merasakan keberadaannya. Tapi Bintang tidak menggubrisnya. Dia masih saja menatap lantai lapangan basket tanpa tujuan. Pandangannya kosong dan tidak merespon apa apa ketika Martin duduk di sebelahnya. Tidak sekali Martin melihat Bintang seperti ini. Martin sering melihat Bintang melamun seperti ini di danau. Apa yang Bintang pikirkan. Kenapa seorang Bintang yang ketus seakan tidak ada apa apanya ketika dia murung seperti ini.

Back To StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang