Dua Enam

368 19 1
                                    

"Aku masih tidak percaya, sekarang kau dan aku bisa sedekat ini"

Suasana malam yang tidak terlalu dingin memang sangat mendukung suasana hati Sam dan Poppy yang masih betah duduk di depan tenda Poppy sedangkan yang lain mungkin sudah berada di negeri antahberantah.

"Aku juga tidak tahu. Semenjak melihat Martin. Aku jadi ingin seperti Bintang. Bukan ingin dalam arti aku inginkan Martin menjadi priaku, bukan. Aku juga ingin merasakan dicintai. Aku ingin seorang pria menatapku sama seperti Martin menatap Bintang. Mungkin dulu aku memilih cara yang salah. Tapi sekarang. Aku tidak ingin kehilangan seseorang untuk kesekian kalinya"

"Kau tidak akan kehilangan aku. Berusaha mendapatkanmu bukan hal mudah. Dan aku tidak ingin semuanya sia sia"

***

Karena cuaca tiba tiba menjadi buruk keesokan harinya, akhirnya Sam dan pengurus yang lain memutuskan untuk kembali ke kota hari ini juga.

***

Dua hari setelah camp, Hari pengumuman kelulusan semakin dekat. Semua orang termasuk Bintang sangat menanti. Pagi ini harus mengecek barang barangnya di lokernya. Mengambil barang barangnya untuk dibawa pulang. Sekolah tidak begitu sepi tanpa kehadiran murid seangkatan Bintang yang masih diliburkan.

Langkahnya mantab menuju parkiran setelah semua barang barang tersimpan dalam ranselnya. Melewati ruang guru dan mengenal suara seseorang yang sedang bercakap di dalam sana.

Suara itu tidak asing baginya. Tapi akan terlihat aneh jika dia memberanikan diri membuka pintu itu. Kakinya kembali bergerak.

Seseorang telah membuka pintu dan berteriak memanggil

"Bintang?"

Suara itu...

"Bintang, kau kah itu?"

Bintang berbalik badan. Melihat seorang pria yang sangat dia rindukan saat ini. Matanya tidak bisa tertahan. Air mata tidak terbendung lagi. Dimas.

Dimas berjalan menghampiri Bintang. Tidak percaya bahwa dia kembali dipertemukan dengan gadis yang ia cintai. Gadis yang berhasil membuatnya mati rasa ketika ditinggal.

"Akhirnya..." kata Dimas lirih ketika sampai di depan Bintang.

"Kau tidak mau memelukku?" tanya Bintang setengah menangis.

Pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan. Dimas merengkuhnya dalam pelukan hangat penuh kerinduan. Air matanya tidak terbendung kembali. Air mata ini mewakili kerinduannya kepada sahabatnya ini.

"Maafkan aku Bintang" ucap Dimas mengusap rambut hitam Bintang.

Bintang melepas pelukannya. "Aku yang harusnya minta maaf. Maafkan aku Dimas karena.."

"Sudah. Aku tidak mau dengar"

"Tolong jangan marah lagi denganku. Bersikap diam seperti itu sangat menyakiti aku"

"Tidak akan Bintang"

Back To StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang