Mengambil nafas untuk sedikit menenangkan hatinya sambil mengemas barang barang yang akan ia bawa kembali mengunjungi kota cinta. Satu persatu barang barang sudah tertata rapi di dalam kopernya. Kemudian perhatiannya terfokus pada ponselnya yang tiba tiba berbunyi. Bintang berharap itu dari seseorang yang dia harapkan untuk mencegahnya pergi. Tapi ternyata orang lain.
Nama Sam tertera di layar ponselnya. Dengan malas, Bintang menjawab panggilannya.
"Halo, Sam"
"Hai, Bin"
"Ada apa?"
"Apa sedang berkemas? Pukul berapa jam penerbanganmu?"
"Iya, tapi sudah selesai. Nanti malam jam 8. Kenapa?"
"Aku dan yang lain ingin mengantarmu"
"Tidak usah aku bisa pergi sendiri. Jadi kalian tidak perlu merepotkan diri dengan mengantarku. Sampaikan salamku pada yang lain. Maaf jika tidak bisa menyalami satu persatu. Bye Sam" kalimat terakhir Bintang mengakhiri panggilannya.
***
Untuk kedua kalinya, Martin akan kehilangan Bintang. Jarak antara Indonesia ke Paris tidaklah dekat. Martin akan susah bertemu dengannya. Tapi kemarahannya tidak kunjung reda. Mengingat bagaimana Bintang tidak menolak ketika Dimas menciumnya itu sangat menyakitkan.
Terdengar suara bel dari luar. Martin bangkit dari ranjangnya dan menyibakkan sedikit gorden kamarnya dan melihat siapa yang sedang berada di luar. Setelah memastikan bahwa orang itu adalah teman temannya. Martin beranjak keluar.
Ketika pintu terbuka, Sam dan yang lain bisa melihat bagaimana kacaunya Martin kali ini. Ini adalah Martin yang sama ketika Bintang pergi ke Paris kala itu. Dan betapa bosannya teman temannya melihat drama yang tak kunjung selesai ini.
"Oh come on! Bisakah kita sudahi drama konyol ini!" ucap Poppy kesal.
"Oke! Aku berhenti" jawab Martin menyerah.
"Martin ayolah, kau sungguh tidak ingin mengejarnya?" tanya Sam berusaha mengubah pikiran Martin agar tidak menyerah dengan keadaan.
"Martin, penerbangannya setengah jam lagi. Ganti pakaianmu. Akan kita antar kesana" timpa Damar.
"Guys please. Ini sudah menjadi keputusannya. Paris adalah mimpinya.. Dan.."
"Dan kau adalah kenyataannya" sahut seseorang.
Semua berbalik melihats sumber suara itu. Suara lembut gadis pembawa koper di gerbang rumah Martin yang terbuka.
"Bintang?" sapa Martin.
"Seseorang memberitahuku. Kadang semua tidak masuk akal. Tapi cinta yang membuat semua masuk akal. Dia juga berkata. Cinta bisa mengubah seorang yang biasa jadi spesial. Pertemuan kita, persahabatan kita, pertengkaran kita, semuanya Martin. Semua itu bukan tanpa alasan. Aku sudah kehilangan cinta pertamaku. Dan aku tidak akan rela kehilangan cinta sejatiku ini" kata Bintang panjang lebar. Matanya mengeluarkan air mata namun bibirnya tetap tersenyum.
Martin melangkahkan kaki mendekat ke arah Bintang. Sesampainya di depan Bintang.
"Aku sayang..."
"Sst!" seru Martin menempelkan jari telunjuknya di bibir cantik itu. Lalu beranjak mengusap air matanya. "Kau sudah terlalu banyak mengatakannya. aku mencintaimu seperti bintang yang mencintai langit malam karena membuatnya begitu terang".
Kata itu...
Bintang kembali menangis. Martin mengatakannya. Betapa bahagianya Bintang mendengarnya. Tubuhnya spontan memeluk Martin erat. Tangan Martin juga dengan mudah membalasnya.
Bintang bisa melihat semua teman temannya melihatnya dengan senyuman bahagia di depan pintu rumah Martin.
Martin sangat bahagia. Martin tahu ini bukan akhir. Tapi ini adalah awal dari sebuah hubungan baru. Apapun yang terjadi nantinya. Martin akan berusaha tetap memeluknya seperti ini dan mengatakan aku mencintai bintangku. Tiba tiba Martin melihat bayangan Nikko sedang berada di depannya tidak jauh. Nikko tersenyum kepadanya seakan mengatakan bahwa akhirnya semuanya indah. Martin membalas senyuman Nikko. Lama kelamaan bayangan itu hilang. Martin mempererat pelukannya.
***
"Kau yakin? Kau akan lebih lama disana? Ini bukan pertukaran pelajar. Ini kuliah. Ini membutuhkan waktu bertahun tahun. Kau akan susah bertemu teman temanmu. Kau akan susah bertemu Martin?" tanya Dimas terus meyakinkan Bintang.
"Martin sudah membenciku Dimas. Aku tidak ingin berlarut. Aku lelah Dimas. Aku ingin selesai"
"Kalau begitu selesaikan Bintang! Bukan malah lari dari masalahmu. Lihat aku Bintang!" serunya menggoyang kedua pundak Bintang agar Bintang melihat kearahnya. "Aku benci mengatakannya Bintang. Tau betapa sakit aku mengatakannya. Memang semuanya tidak masuk akal. Tapi cinta buat semuanya masuk akal. Ingatlah bahwa Martin adalah orang biasa yang menjadi orang spesial. Pertemuan kalian, persahabatan kalian, pertengkaran kalian, semuanya bukan tanpa alasan"
"Dimas..."
"Pikirkan Bintang. Kembalilah. Katakan bahwa kau mencintainya"
"Kau akan tetap menjadi sahabatku Dimas"
"Aku tahu Bintang"
Bintang memeluk Dimas. Dan untuk kedua kalinya Bintang harus merelakan untuk kembali berjauhan dengan Dimas. Dimas akan kembali ke Paris tanpa dirinya. Bintang mengurungkan niatnya untuk ke Paris. Bintang memantapkan hatinya bahwa mimpinya hanya akan sampai Paris. Tapi kenyataannya adalah disini.
***
Suasana senja di danau sangat mendukung. Bintang dan Martin sedang duduk di ujung jembatan kayu seperti biasa. Jemari Martin mengisi cela jemari Bintang yang sedang menyandarkan kepalanya di pundak kanan Martin.
Danau ini adalah tempat dimana mereka dipertemukan. Dan kini senja menjadi sebuah awal baru mereka. Senja memberikan sebuah kekuatan untuk tetap seperti ini.
Serasa ada seseorang yang menggenggam tangan kanannya yang tergeletak begitu saja di kayu. Bintang menoleh pelan ke arah kanannya.
Nikko...
"Lihatlah. Akhirnya.. Semua kembali kepada Bintang"
Bintang tersenyum.
# THE END #
![](https://img.wattpad.com/cover/35041763-288-k641895.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Star
Teen Fictionsemua cerita yang aku buat terinspirasi dari pengalaman asli dari aku sendiri dan pastinya Anisa Rahma yaa... Karena aku ngerasanya Anisa itu emang fix cocoknya sama Rizky. Ya oke aku pasangin lagi sama Rizky Nazar. Biasanya kan cerita di novel, s...