Dua Tiga

392 25 2
                                    

"Ayah kenapa?" tanya Bintang penasaran.

"Ayah, hanya merindukan saat saat seperti ini" jawaban Ayah sedikit membuat Bintang lega.

"Sejak hadirnya Martin, kau jadi lebih sering dengannya, sayang" sahut Ibu.

"Ayah, Ibu" kata Bintang lembut dengan memegang kedua tangan orang tuanya dan meletakkannya di paha. "Meskipun Bintang mencintainya, Bukan berarti Bintang melupakan Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu tetap menjadi orang pertama yang Bintang cintai. Jika rasa cinta pada Martin itu ada kalanya, tapi kepada kalian berdua, tidak akan pernah hilang. Maafkan Bintang jika membuat Ibu dan Ayah merasa dilupakan"

"Tidak sayang, bukan seperti itu. Ibu malah senang ketika kau bersama Martin, Kau bahagia dengannya. Otomatis itu juga membahagiakan kami. Ibu minta, jika kau nantinya kehilangan seseorang yang kau cintai untuk kedua kalinya, jangan bersikap seperti kau kehilangan Nikko. Itu menyedihkan sayang"

"Bintang minta maaf, Bintang sudah besar. Dan kejadian Nikko memberikan banyak pelajaran kepada Bintang. Bintang tidak akan mengulanginya. Karena..."

"Karena?" tanya Ayah yang sepertinya tidak sabar menunggu Bintang melanjutkan kalimatnya.

"Masih banyak lelaki yang menunggu Bintang disana..." jawab Bintang sambil terkekeh. Ayah dan Ibu juga ikut tertawa mendengarnya.

***

Hari ini hari keberangkatan pengurus Osis ke tempat camping untung survei. Sudah terdapat satu bis terparkir di depan gerbang Galaxy menunggu mereka. Beberapa puluh menit menunggu yang belum datang, akhirnya semuanya berkumpul di samping bis.

Sebagai ketua pengurus Osis sekaligus ketua panitia acara, Sam memimpin doa sebelum berangkat. Setelah selesai berdua dengan ditutup dua jemari tangan mengusap muka, semua pengurus Osis satu persatu masuk kedalam bis.

Wajah sumringah menghiasi semua pengurus osis. Meskipun tidak sepenuhnya bersenang senang. Namun duduk bersama yang lain untuk perjalanan jauh saja sudah cukup menyenangkan bagi mereka.

Bintang duduk berdua dengan Poppy. Damar bersama Lili duduk di bangku samping Bintang. Sedangkan, Martin dan Sam berada tepat di belakang bangku Bintang. Sam sempat meminta untuk bertukar tempat dengan Bintang. Begitupun dengan Martin. Ini adalah saat yang tepat untuk beromantisan dengan Bintang. Tapi Poppy dan Bintang sendiri yang menolak.

Sam menoleh kearah Damar dan Lili dengan iri. Keduanya bahagia sekali duduk berdua. Lili menyandarkan kepalanya di pundak Damar, sedangkan Damar menyambutnya dengan menyuapkan snack ke mulut Lili.

Ini harusnya jadi moment dimana dia dan Poppy bisa lebih dekat. Tapi gadis ini menolak untuk duduk bersamanya. Sial!

Perjalanan dari sekolah menuju tempat camping lumayan jauh dan memakan waktu tiga jam. Sebagian masih terdengar suara riangnya. Sedangkan sebagian lagi memilih untuk beristirahat. Termasuk juga Damar Lili dan Poppy.

Bintang bangkit dari duduknya dan menoleh ke bangku belakang. Hanya ada Sam disana. Mukanya seperti kesal terhadap Bintang.

"Martin?" tanya Bintang menunjuk bangku Martin yang kosong.

Sam yang kesal hanya menaikkan pundak sebagai jawaban. Bintang tidak menanyakan lagi. kakinya melangkah keluar dari bangkunya dan berjalan diantara bangku bangku bis. Tidak ada Martin di bangku manapun.

Tunggu..
Seseorang sedang memperhatikan dia dibalik pintu kaca gelap smooking room. Bintang yang sudah mengetahui dan mengenal pun segera menghampiri.

Menggeser pintu dan melihat Martin duduk dengan muka datar. Dengan tidak mengatakan apa apa, Bintang duduk di samping Martin. Tidak ada siapapun di smooking room karena memang tidak ada satupun siswa Galaxy yang merokok.

"Kau marah?"

"Menurutmu?"

Bintang menghela nafas sembari menyilangkan kedua tangan menjadi bersedekap. "Begitu saja marah"

"Terserah aku"

Kali ini Martin berhasil membuat Bintang senyum geli melihat tingkahnya. Tanpa aba aba pun Bintang menyandarkan kepalanya dengan enteng ke pundak Martin. Martin hanya melirik.

"Kau harus tahu, yang aku butuhkan sekarang bukan cuma kau. Aku sudah kehilangan banyak waktu bersama sahabatku. Aku hanya berusaha membayarnya"

"Ohh!" jawab singkat Martin.

Bintang kesal karena sudah berusaha manis namun tidak mendapat respon dari Martin. Berniat mengangkat kepalanya tapi cepat tertahan dan kembali ke posisi sebelumnya dengan jemari Martin yang menuntunnya kembali.

"Dasar!" cibir Bintang.

"Kau tahu. Aku merindukan tempat dimana pertama kali kita bertemu"

Bintang menoleh. "Danau?"

Martin mengangguk. "Iya. Aku sudah jarang sekali kesana"

"Mau kesana denganku?"

"Harusnya aku yang menawarimu. Kenapa jadi kau?"

"Oh my god!" teriak Bintang mengangkat kepalanya. "Baiklah, aku akan berpura pura tidak tahu"

"Begitu lebih baik"

"Ya sudah katakan"

"Kau mau ke danau bersamaku?"

"Tidak" jawab Bintang dengan lantang.

"Kau yakin?"

"Tidak"

"Bintang!"

Bintang tersenyum sambil menganggukan kepala "Iya, aku mau"

Martin menyambut senyuman Bintang dengan senyuman manisnya juga. Mata mereka kini bertarung pandang. Seketika jantung Bintang berdegup kencang. Tatapan Martin seakan penuh harap. Jarak antara keduanya mulai menyempit. Bintang bahkan bisa merasakan hembusan nafas Martin. Dia memejamkan mata. Martin menelan ludah dan terus mendekatkan wajahnya kepada Bintang. Jarak bibir keduanya semakin dekat saja. Dan..

Suara geseran pintu sontak membuat Martin menjauh. Bintang juga membuka mata karena terkejut. Lili. Untung saja dia tidak melihat. Bintang maupun Bintang sama sama diselubungi rasa salah tingkah. Tapi Lili tidak menyadarinya.

"Kita sudah sampai!" kata Lili.

"Oh..oh ya?" tanya Bintang mendadak gagu.

"Turunlah. Akan kubawakan tasmu" seru Martin seraya keluar dari smooking room.

***

Suasana seperti ini memang jarang ditemukan di perkotaan. Udaranya masih sangat jernih tanpa polusi. Hanya saja tempat ini tidak jauh berbeda dengan tempat camping pertamanya waktu itu.

Kali ini mereka disambut oleh beberapa orang yang sepertinya pengurus tempat camping ini. Sam juga mulai berbincang bincang tentang rencananya kemari.

Poppy melayangkan pandangan ke segala arah. Dia juga melihat Sam bersama bapak pengurus tempat ini. Ada juga beberapa pengurus osis lainnya yang berbincang dengan warga sekitar. Ada juga sebagian dari mereka yang memilih berfoto foto ria.

Kakinya melangkah entah tanpa arah. Dia hanya menerawang bahwa didepannya akan ada tempat indah. Dan benar saja. Dia berdiri di tempat dimana dia bisa melihat seisi desa dari sini. Sawah sawah pun terlihat dari atas sini. Sungguh pemandangan yang indah.

Tidak lama, seseorang memeluknya dari belakang. Dari wangi parfumnya saja, Poppy sudah hafal. Jemari lentik Poppy kini berada di atas genggaman tangan yang sedang melingkar di perutnya ini.

"I love you" bisik seseorang itu dari belakang. Poppy tersenyum tidak menjawab.

Back To StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang