"sepertinya aku tadi melihat Bintang dengan anak baru itu di halte depan sekolah" kata Damar yang sedang memainkan laptopnya di kamar Lili.
"Martin maksudmu? sedang apa mereka?" tanya Lili terkejut dan meletakkan majalah fashionnya.
"tidak tahu. Yang kulihat mereka hanya mengobrol. Sepertinya Martin menawari untuk mengantar Bintang pulang"
"Lalu?"
"Bintang tidak mau"
"bodoh sekali"
"memangnya kenapa?"
"kurasa Martin adalah orang yang akan menggantikan Nikko di hati Bintang. Dan Martinlah yang akan menyembalikan lagi sosok Bintang yang ceria"
"semoga saja.
"kita perlu memberitahu Martin tentang Nikko"
"tidak perlu. Kalau Martin benar benar orang yang kau bicarakan tadi, dia akan mencari tahu sendiri soal ini"
"kau benar"
***
Bintang berbalik dan menunggu Martin melanjutkan kembali kalimatnya.
"Kau tidak mau menawariku untuk masuk ke dalam?"
"untuk apa?" jawab Bintang polos.
"TIDAK JADI!" bentak Martin mengalah. Badannya sudah gatal gatal karena baju basahnya. Martin menyalakan lagi mesinnya dan menjauh dari pekarangan rumah Bintang. Bintang tersenyum melihat Martin marah.
Kau memang baik Martin. Tapi maaf, aku belum mau membuka diriku buat orang baru
***
"kau ini mengajakku kemari untuk melepas rindu atau hanya sekedar untuk menemani kau mengotak atik kameramu itu hah?" bentak Bintang.
Suasana danau yang tenang semakin sepi karena tidak adanya percakapan diantara keduanya. Bintang hanya duduk sambil sesekali melempari batu kecil ke danau. Sedangkan Nikko masih sibuk dengan kameranya sejak tadi. Memang ini moment mereka berdua bertemu setelah Nikko meninggalkan Bintang selama dua minggu untuk mengikuti pelatihan fotografi di luar kota.
"kalau tidak ada keperluan lagi. Aku pulang saja" Ancam Bintang beranjak dari duduknya. Tapi Nikko cepat meletakkan kameranya dan menahan Bintang.
"apa lagi? aku mau pulang!"
"kenapa?"
"apanya?"
"kenapa tidak mau memulai. dasar egois"
"aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan"
"Bintang. Dengar. Aku hanya ingin kau mengatakannya lebih dulu kali ini"
"mengatakan apa?"
"Bintang. Jangan pernah ragu untuk mengatakan bahwa kau merindukan aku. Karena aku tidak akan pernah ragu untuk mengatakan itu"
"aku merindukanmu Nikko" kata Bintang perlahan sambil memandangi foto dirinya bersama Nikko di handphonenya.
Bintang lagi lagi tak sanggup menahan air matanya agar tidak membasahi pipinya. Sekuat apapun Bintang menutupi dari semua orang, Bintang tetaplah manusia biasa. Bintang punya titik kelemahan yang tidak orang ketahui. Bintang tahu bahwa menangisi semuanya tidak akan membuat seorang Nikko kembali. Bintang merebahkan badannya. Menatap langit langit kamar yang bercat biru.
***
Poppy sedang berada di cafe bersama Dewi dan Neta. Cafe ini sudah menjadi langganan mereka. Setiap weekend mereka datang kesini. Semua pegawai juga sudah mengenal Poppy dan yang lain. Poppy menyeruput jus melonnya. Sedangkan Dewi dan Neta berebut menghabiskan kentang goreng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Star
Ficțiune adolescențisemua cerita yang aku buat terinspirasi dari pengalaman asli dari aku sendiri dan pastinya Anisa Rahma yaa... Karena aku ngerasanya Anisa itu emang fix cocoknya sama Rizky. Ya oke aku pasangin lagi sama Rizky Nazar. Biasanya kan cerita di novel, s...