"kegiatan kemah akan segera dilaksanakan. Jadi Ibu minta kalian secepatnya memberikan surat pemberitahuan ini kepada orang tua kalian. Lili? bisa bantu Ibu membagikan?"
"Boleh" jawab Lili dan menerima sebagian surat yang diberikan Ibu Kamila.
Bintang melihat Martin begitu cemas. Entah karena kegiatan itu sendiri atau karena yang lain. Bintang bahkan ragu untuk bertanya kepadanya.
***
"Kau ini kenapa? sedari tadi aku melihatmu begitu cemas sambil memegangi surat itu?" tanya Bintang sambil melahap bekalnya.
"sepertinya, aku tidak akan pergi"
"kenapa?" tanya Bintang meletakkan kotak makannya.
"aku tidak akan pernah mendapatkan izin dari orang tuaku"
"kau harus bisa yakinkan mereka Martin. Bicaralah bahwa kau akan baik baik saja"
"jangankan bicara. Bertemu saja bahkan bisa dibilang tidak pernah"
Bintang terdiam. Apa maksud Martin.
"Martin..."
"Mama meninggal ketika aku berumur lima tahun. Dan semenjak itu, Papa bahkan tidak pernah pulang. Entah mengapa dia memilih menyibukkan dirinya dengan segala urusan kantornya. Pulang sebentar, menerima telfon lalu kembali lagi. Aku bahkan sudah hafal dengan ini semua"
Jadi ini..
alasan mengapa Martin tidak pernah membawa bekal. ini juga mengapa aku tidak melihat siapapun di rumah Martin waktu itu. Bagaimana bisa dia begitu tangguh menutupi kesedihan dengan sikap menjengkelkannya itu."Pulang sekolah, kau ikut aku"
"Buat?"
"Jangan dipikirkan. Nanti juga tahu"
***
Poppy sedang duduk di tengah lapangan basket belakang. Lapangan ini memang sudah tidak digunakan lagi setelah lapangan basket baru dibuat di depan gedung.
Tidak banyak juga murid yang lain berlalu lalang karena memang letak lapangan yang berada di belakang gedung. Daun daun yang kering bahkan sudah bersepah dimana mana. Suasana lapangan yang sepi menjadi alasan mengapa Poppy berada disini. Jadi Poppy tidak perlu bersusah payah menyembunyikan dirinya.
"Nikko, aku sedang tidak enak hari ini!"
"kau tidak berniat menyindirku kan? katakan saja apa yang kau mau?"
"Nikko, aku mau lollipop"
"kau bahkan seperti bayi yang merengek kepada ibunya"
"kau tidak mau melihatku sedih kan?"
Nikko menggelengkan kepala. "Tidak. Kau tunggu sini"
Nikko bangkit dari duduknya. Poppy tersenyum melihat Nikko berdiri. Meskipun kesal, namun Nikko tidak tega melihat orang yang di sayanginya ini menangis. Apalagi di tempat umum seperti ini. Bisa bisa Nikko dituduh yang tidak tidak ketika dia mencoba berteriak atau menangis dengan keras.
"Tunggu. Jangan kemana mana. Jika kau tidak ada ketika aku kembali. Jangan harap aku bisa menurutimu lagi"
Poppy bermain mata sebagai tanda bahwa dia akan mengiyakan semua perintah Nikko.
Ketika Nikko pergi, Poppy melihat Sam berjalan kearahnya bersama Lili. Sam memandangnya dengan tatapan aneh. Ekspresi Poppy berubah menjadi ketus ketika Sam terus melihat kearahnya.
Sam pun berlalu, Berselang beberapa menit, Nikko kembali dan membawa dua lollipop di tangannya. Poppy melayangkan senyumannya kembali.
"dua? ahh.. kau baik sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Star
Teen Fictionsemua cerita yang aku buat terinspirasi dari pengalaman asli dari aku sendiri dan pastinya Anisa Rahma yaa... Karena aku ngerasanya Anisa itu emang fix cocoknya sama Rizky. Ya oke aku pasangin lagi sama Rizky Nazar. Biasanya kan cerita di novel, s...