Jam dinding besar yang berada di lobby asrama masih menunjuk di angka delapan. Suasana asrama juga sedang sedang saja. Tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Sepanjang perjalanan menuju kamar. Tidak jarang penghuni asrama menyapa Dimas dan Bintang.
Setelah sampai di depan pintu kamar. Keduanya saling berhadapan. Bintang tersenyum. Dimas juga tersenyum. Bintang masih tidak bisa melupakan momentnya di eiffel. Dia sangat bahagia hari ini.
"Thanks you so much for making a beautiful story in my Perancis. Merci"
"My pleasure My belle"
Bintang tersipu malu. Ini kali pertamanya Dimas memanggilnya dengan sebutan berbeda.
"Bonne nuit!" jawab Bintang dalam bahasa Perancis. (selamat malam)
"you too!"
***
Tidak biasanya Poppy berangkat ke sekolah sepagi ini. Bahkan Matahari juga belum menampakkan dirinya ke dunia. Poppy menyandarkan kedua tangannya di balkon sekolah lantai dua tepatnya di depan kelasnya sendiri.
Di atas , Poppy bisa melihat Pak Bon yang masih menyapu lapangan. Mungkin tidak ada siapapun disini kecuali Poppy. Kesengajaan ini semata mata hanya untuk menenangkan diri. Poppy butuh waktu sendiri untuk berpikir. Bagaimana kelanjutan hidupnya. Kelanjutan perasaannya sendiri.
Namun Poppy tidak bisa mengambil kesimpulan. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya sendiri. Terkadang Poppy marah dengan ucapan orang lain yang nenyakiti hatinya. Tapi, kadang juga dia takut untuk mengakui bahwa semua yang mereka bilang itu benar.
Nikko...
Kehilanganmu sama saja kehilangan arahku. Aku tidak tahu harus kemana dan bagaimana. Aku bingung dengan rasaku sendiri. Katanya dalam hati. Darahnya mengalir ke atas sehingga membuat wajahnya memerah. Matanya berkaca kaca lalu menumpahkan airnya ke pipi cantiknya.
Pandangannya kosong mengarah ke depan. Nafasnya mulai sesak karena hidung yang mulai tersumbat. Tapi air matanya menolak untuk berhenti. Tiba tiba seseorang memberikan sapu tangan berwarna biru dongker kepadanya.
Poppy menoleh ke samping melihat seseorang pemilik sapu tangan itu. Poppy salah mengira. Orang itu bukanlah Sam. Tapi Martin. Karena biasanya Sam lah yang selalu ada ketika dia seperti ini. Tapi sekarang tidak lagi. Martinlah yang ada di sampingnya saat ini.
Martin masih menyodorkan sapu tangannya kepada Poppy. Poppy sama sekali tidak berniat mengambilnya. Poppy tidak ingin Martin bertingkah baik kepadanya hanya karena kasihan. Tapi bukan Martin jika tidak keras kepala. Martin mendekat dan mengusap aor mata Poppy dengan sapu tangannya.
Sikap Martin akhir akhir ini memang berbeda. Tapi Poppy takut bahwa semua ini Martin lakukan karena iba kepada Poppy. Jelas tidak mau. Dia ingin Martin tulus melakukannya karena mungkin rasanya kepada Poppy berangsur angsur ada. Bukan karena merasa iba kepadanya.
***
Tidak biasanya mobil Poppy sudah ada di parkiran sekolah. Apalagi bersebelahan dengan motor milik Martin. Lili memandangi terus kearah kedua kendaraan itu walaupun sudah turun dari mobil Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Star
Teen Fictionsemua cerita yang aku buat terinspirasi dari pengalaman asli dari aku sendiri dan pastinya Anisa Rahma yaa... Karena aku ngerasanya Anisa itu emang fix cocoknya sama Rizky. Ya oke aku pasangin lagi sama Rizky Nazar. Biasanya kan cerita di novel, s...