21

13 1 0
                                    

Hembusan napas Renata yang tiba-tiba membuat Wira menoleh.

"Sepi ya nggak ada bintang. Biasa-nya ada, walaupun satu."

Wira tidak menjawab ucapan Renata. Melainkan melangkah maju satu kali, lalu mengusak kecil rumput di depannya. Membuat sebuah cahaya kecil seperti bintang, terbang dari balik rerumputan itu.

Renata membuka mulutnya tidak percaya. "Ihh, kunang-kunang!" Ia
berseru bahagia.

Wira menoleh kemudian tersenyum membalas tatapan Renata.

Renata kembali menatap kunang-kunang itu sambil melangkah mendekati Wira. Menoleh kepada cowok disampingnya ini, lalu menganggukkan kepala bersamaan.

Renata dan Wira melangkah beriringan di padang rumput yang luas itu. Berlari kesana kemari dan membuat si 'dewi padi' terbangun dari tidurnya dan berterbangan menghiasi langit tanpa bintang diatas sana.

Mereka tersenyum. Melupakan sejenak beban hidup yang mereka pendam dan mereka atasi sendirian. Menikmati semesta yang kini sedang memanjakan mereka. Menikmati perasaan bahagia yang menjalar di tubuhnya.

Renata menatap dengan tersenyum. Bahkan dengan tindakan sesederhana itu, ia merasakan hatinya menghangat dengan sendirinya. Merasakan suatu percikan yang bahkan sedari dulu sangat ditakutinya. Lalu hari ini, bisakah ia berkata bahwa ia jatuh cinta?

⭐⭐⭐

"Agenda hari ini hanya bersih- bersih kemudian pulang. Dan ingat, jangan sisakan satupun sampah disini. Mengerti?"

"Siap, mengerti!"

Renata membalikkan badannya
ketika intruksi dari Jovita terdengar.

Ia mulai mengambil plastik besar yang disediakan, lalu memenuhinya dengan sampah disana.

"Nat, lo dicari" ucap salah satu
siswa di kelas Renata yang entah namanya siapa.

"Siapa?"

"Kak Wira"

"Bukan. Lo yang siapa?"

Siswa itu menatap Renata cengo.
Sedang yang ditatap, hanya melengos pergi begitu saja.

Kampret sekali dia!

Renata tersenyum ketika melihat
Wira.

"Nyariin gue, kak?"

Wira menoleh. "Ah, iya"

"Kenapa?"

"Jovita bilang lo mabuk waktu naik bus kemarin?"

Renata meringis. "Iya"

"Pulang nanti nggak perlu naik bus lagi."

Renata melebarkan matanya. "Hah, gimana maksudnya?! Gue mau ditinggal disini?!"

"Eh, enggak. Enggak." Sahutnya
cepat.

"Trus?"

"Lo pulang bareng gue" Renata menganggukkan kepalanya.

Namun tak lama, "Heh?! Naik apa?!"

"Motor"

Renata berdecak kecewa. "Ck"

"Kenapa? Mau nya naik mobil?"

Tanya Wira sedikit menyindir.

"Nggak mau!" Seru Renata cepat.

Wira mengernyit. "Trus?"

"Naik becak aja! Kan bisa lama-lama" ujar Renata sambil menjentikkan jarinya lalu tersenyum. Wira terkekeh lalu mengacak kecil rambut Renata.

"Pinter modus sekarang, ya?"

Renata juga ikut terkekeh. "Wehh.. Siapa dulu dong, Nata!" Serunya bangga dengan menaruh jari telunjuk dan ibu jarinya di bawah dagu.

Keadaan di dalam bus cukup sunyi. Hanya beberapa orang saja yang berbicara.

Benar-benar berbanding terbalik ketika Renata ada di dalamnya.

Jovita menghembuskan napas
perlahan. "Oke, saya mulai absensinya. Kalau temen kalian ada yang ke toilet atau tidak ada disini, cepat lapor ke saya. Mengerti?"

"Mengerti!" seluruh siswa XI-IPA 3 serempak.

Jovita mulai menyebutkan satu
persatu nama yang tertera. Dan karena sudah tahu, ia melewati nama Renata.

Lengkap. Tidak ada yang tertinggal
atau belum kembali. Tidak ada juga yang melapor kehilangan temannya jadi bisa dipastikan bahwa kegiatan ini lancar tanpa kendala sama sekali.

Semua orang tenang. Hingga tiba-tiba, Dewa berdiri dan bertanya, "Renata Deeva?" Zia dan sahabat Nata lainnya mengerti, memutar bola mata mereka bosan.

Jovita menoleh. "Dia memang
sengaja tidak naik bus ini" ujarnya
menjelaskan.

"Kenapa?"

🦋🦋🦋

ALOOO! I'M BACK<3 DAH SETAUN GX SIE?😌 GA KGN KAN? NGGA LAA YA..

OKEE. SELAMAT MEMBACA MBA-MBA DAN MAS-MAS SEKALIAN😁👍🏼

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang