5

95 11 2
                                    

"Jadi dia.." gumam seseorang sambil menatap layar ponselnya.

Ia memegang dagunya. Mengetukkan beberapa kali untuk menilai foto di layar ponselnya. "Menarik" ucapnya sambil tersenyum. "Oke, bales."

"Siapa, Ra? tanya seorang cowok di sebelahnya.

Wira menoleh. "Enggak. Bukan siapa-siapa."

"Gue ya?"

Wira menjitak kepalanya. "Gue masih normal, tai!"

"Biasa ajala bego! Orang gue bercanda doang!" ucapnya membalas.

"Lo yang--" ucap Wira terpotong.

"Kak, kak, tolongin kak!" ucap seorang gadis sambil mencoba bersembunyi dibalik tubuh Wira. Mereka berada di koridor sekolah saat ini.

Wira bingung.

Baru juga dipikirin, udah nongol aja ni orang~ pikir Wira.

"Eh, eh, ya jangan tarik-tarik seragam gur juga dong!" serunya ketika seragam yang dikenakannya ditarik-tarik oleh gadis itu.

"Laknaaaattt! Sini lo setaannn!" teriak Reygan dari arah Renata berlari tadi.

"Kak! Tolongin kak! Gue mau disantet ama dia kak! Dia punya ilmu pink!"

Wira mengernyit. Ilmu pink?
"Ilmu hitam maksud lo?"

"Reygan nggak suka hitam. Jadi, pink aja. Pink kan...."

"Comel.." lanjutnya dengan wajah dibuat berbinar. Sebenarnya, ia tidak suka warna pink. Pink terlalu cewek. Tadi, ia hanya bercanda saja.

Wira memutar bola matanya malas.

"Ih, kak! Jangan gerak-gerak! Nanti ketahuan Reygan!"

"Iya iya..." serah Wira sambil sedikit merapatkan tubuhnya ketembok. Ia juga menarik tangan temannya tadi agar menutupi Renata.

"Lo liat cewek lewat sini nggak?" tanya Reygan ketika melihat Wira.

"Banyak" jawabnya santai.

"Yang ini beda. Kelakuannya agak aneh, absurd, gila, kagak jelasla pokoknya!"

"Wah... Reygan kamprett! Awas aja..." ucap Renata tanpa suara dibelakang punggung Wira.

"Kagak. Ke gudang kali"

Reygan berpikir. Mana mungkin? Renata aja kelakuannya songong begitu. Mana mau ke gudang. "Nggak deh kayaknya"

Reygan menunduk. Mencoba berpikir menggunakan sudut pandang seseorang yang memiliki gangguan jiwa. "Aaaaaaarrrgghh" geramnya ketika tidak berhasil.

Reygan hendak mendongak untuk kembali berjalan. Namun, sesuatu mengalihkan perhatiannya.

Ujung sebuah sepatu. Dibelakang tubuh Wira. Reygan mengernyit. Ia maju satu langkah, namun dicegah oleh Wira. "Eh eh eh... mau apa lo?"

"Itu di deket sepatu lo, sepatu siapa?"

Wira menunduk. Menggeser sedikit kakinya untuk menutupi ujung sepatu Renata. "Sepatu orang-orang di labor. Ini yang lainnya juga ada" ucapnya sambil menunjuk beberapa sepatu di rak sampingnya.

Reygan sebenarnya masih curiga. Namun, ia putuskan pergi saja. Ke warung depan sekolah untuk menongkrong. Lapar juga.

"Makasih ya, k--" ucapan Renata terhenti ketika ia melihat seseorang yang membantunya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali. Benarkah itu Wira? Wira yang ganteng itu? Wira yang putih dan tinggi itu?
Aaaaaaa Renata ingin terbang saat ini.

"Heh!" sentak Wira sambil melambaikan tangannya di depan wajah Renata. "Sama-sama."

Renata tersadar. Melihat tangan Wira yang terulur padanya. Tersenyum, lalu menyambutnya dengan senang hati. "Renata"

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang