"Pake" ucap Dewa sambil menyerahkan hoodie miliknya.
Renata menoleh kebelakang. Sahabat-sahabatnya sudah selesai makan. Jadi, ia memalingkan mukanya agar terlihat seperti 'ngambek'.
Semua salah Dewa. Ketika Renata meminjam hoodienya tadi tidak dikasi. Sedang sekarang, saat sahabat-sahabatnya selesai makan dan ia terlanjur kelaparan, Dewa baru memberikannya. Dewa kampret!
"Cepetan pake, Nat"
Renata masih belum menolehkan kepalanya. Emosinya tidak stabil sekarang. Entah kenapa, rasanya ia ingin menangis sekaligus marah.
"Nat.."
"Diem lo!"
"Lo laper kan?"
"Udah tau masih nanya!"
"Yaudah sana makan. Nih, hoodienya buat nutupin rok lo"
"Nggak"
"Nat..."
"Apasih, Wa?! Gue bipang nggak mau ya nggak mau!" ucap Renata kesal.
"Lo yang maksa ya, Nat"
"Mau lo apasih?! Tadi pas gue minjem nggak boleh! Giliran nggak diharepin malah maksa! Labil!"
Tanpa banyak bicara, Dewa berdiri dan menarik tangan Renata untuk berdiri juga. Mengikatkan hoodie berwarna hitam miliknya melingkar di pinggang Renata. Gadis itu sempat meronta. Namun, pada akhirnya menyerah juga. Membiarkan Dewa melakukannya.
Jika cewek lain akan mengerjapkan matanya atau jantungnya berdegub saat melihat tatapan Dewa seperti itu, maka berbeda dengan Renata.
"Daritadi kek! Pelit amat jadi orang!" ketusnya.
"Yeuhh. Tadi katanya nggak mau?"
"Tadi juga bukannya nolak?"
"Lo dipinjemin bukannya terimakasih! Malah marah-marah!" celetuk Reygan.
"Eh, apa lo?! Orang gue ngomong ama Dewa, bukan lo. Pake nyaut!"
"Dih, suka-suka gue dong!"
Renata tak menanggapinya. Ia melepaskan hoodie Dewa dari pinggangnya secara kasar, yang membuat Dewa berdecak. "Kenapa lagi? Nggak usah dengerin Reygan"
Renata mengangkat hoodie itu di depan wajahnya. Yang sama saja, membatasi wajahnya dan wajah Dewa dalam jarak yang tidak terlalu dekat itu.
Renata menurunkan hoodienya lalu memakainya. Ia menunduk untuk melihat penampilannya. Menengok kebelakang yang ternyata nodanya sudah tertutupi. Dan baginya, hoodie itu cocok sekali dengan tubuhnya karena ia jadi terlihat mengembang dengan hoodie kebesaran itu. Tubuhnya yang mungil juga membuatnya tenggelam dalam hoodie itu.
Renata tersenyum. Ia memakai penutup kepala hoodie tersebut kemudian berputar-putar sambil merentangkan tangannya. Masih dengan bibir yang tersenyum.
Sedangkan Dewa yang didepannya tidak berkutik sama sekali. Ia hanya menatap Renata heran. Mengapa hoodie se-simpel itu bisa membuat Renata bahagia?
Tahu begitu, ia tak meminjamkannya saja tadi. "Laper?" tanya Dewa kepada Renata, karena mungkin moodnya telah membaik.
Renata menatap Dewa lalu mengangguk membenarkan. "Iya. Temenin gue ke kantin yuk?" ajak Renata blak-blakan.
"Lo itu cewek. Kenapa malah lo yang ngajakin?"
"Emangnya salah? Lagipula ngga selamanya cowok yang harus ngajakin cewek mulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...