"Dia sudah pulang lebih dulu"
"Sendiri?" Tanya Dewa tak percaya. Bagaimana bisa sekolah
selalai itu?"Saya di interogasi?" Tanya Jovita sambil tersenyum pura-pura kaget.
Dewa memutar bola matanya
malas dan berdecak. "Ck, jawab aja."Jovita terkekeh kecil. "Nggak, kok.
Dia pulang bareng Wira"Dan Dewa, mengepalkan tangannya begitu saja. Rasanya, ia ingin memukul pria itu.
[🌹]
"Saya turun di terminal depan".
ucap Dewa tiba-tiba sambil
mengalihkan tatapannya dari ponsel di tangannya.Semua orang sontak menoleh.
Menatap Dewa dengan ingin tahu."Mau kemana, lo?" Tanya Reygan
spontan karena ini masih jauh dari
kota dimana rumah Dewa berada.Dewa menoleh. "Kepo lo!".
"Halah! Kampret lo!"
"Kenapa?" Tanya Jovita kepada Dewa tanpa menghiraukan
perdebatan tak berfaedah mereka.Dewa kembali menatap depan
dimana ada Jovita. "Ada urusan.""Nggak bisa. Kamu masih ada dalam program sekolah. Dan sekolah masih bertanggung jawab atas kamu. Kalau sampai terjadi apa-apa.."
"Nggak akan" potong Dewa.
Jovita melipat tangannya di depan
dada. "Kalau gitu, kasih tahu saya
urusan kamu."Bus berhenti di terminal yang tadi
ditunjuk oleh Dewa. Dewa menoleh sebentar ke arah jendela kemudian kembali menatap Jovita."Kepo!"
Lalu berjalan, menuruni bus tersebut. Jovita hanya mendengus melihat perlakuan junior nya itu.
Dewa menoleh ke kanan dan ke
kiri. Kemudian, menyalakan ponsel dan menghubungi seseorang. Terdengar bunyi tersambung dari ponselnya. Namun, belum juga ada jawaban."Ck. Kemana, sih?!"
Tin!!
Klakson bus yang tadi dinaiki oleh
Dewa dibunyikan. Mungkin sebagai tanda berpamitan.Dewa menganggukkan kepalanya sopan sambil tersenyum kepada sopir bus. Dan setelah bus benar-benar berjalan, Dewa kembali mengernyit menatap ponselnya karena nada deringnya berbunyi pertanda ada sebuah pesan masuk.
Renata: gk ush tlfn" deh! sok punya pulsa lu!
Dewa mengernyit. Lalu tersenyum
sambil mengetikkan balasan kepada gadis itu.Dewa: gue ngga pake pulsa.
pake kuotaRenata: eh, iya juga.
Dewa: mau galak aj typo
Renata: mksd gue, gk ush tlfn"!
sok punya kuota lu! gitu.Dewa terkekeh. Untuk pertama kalinya, seseorang bersikap sok galak kepadanya bisa selucu ini.
Dewa: udah?
Renata: belom!
Dewa: yauda lanjut
Renata: ok
Renata: jgn chat!
Renata: g ush ganggu mulu!
Renata: gk ush ketawa" sndiri! ky org gila!
Renata: jgn nunduk trs! ad becak dr sebelah kanan!Dewa menghentikan kekehannya. Ia menoleh, dan ternyata memang benar ada becak yang mengarah kearahnya dengan banyak barang-barang yang mungkin menutupi penglihatan pengendaranya.
Dewa segera melangkah mundur agar tidak tertabrak becak itu.
"Pak! Hati-hati, dong!" Serunya lalu mengelus dada.
"Maaf, den! Saya buru-buru!" Sahut pengendara becak tersebut.
Dewa hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Kemudian, pikirannya kembali ke arah ponselnya. Bagaimana ia bisa tahu?
Dewa: tau darimana?
Langsung di read oleh Renata.
Membuat Dewa tersenyum karena mungkin, ia lumayan penting.Renata: dblgn jgn senyum"!
Dewa mengernyit semakin bingung.
Renata: dongak!
Dewa melakukan apa yang gadis itu perintahkan. Dan diseberang jalan sana, Renata memandangnya sambil menggigiti ujung sedotan.
Ah! Mukanya itu lho... nantang banget!
Renata menyeruput es jeruk dengan mata yang masih menatap Dewa dengan malas. Di kursi seberangnya, Wira juga melakukan hal yang sama. Hanya saja, tidak setengil Renata.
Dewa tersenyum. Dan dengan
cepat, ia menoleh ke kanan
dan ke kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan yang lewat. Barulah ia menyeberang dan menyusul.[😊]
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...