"Saya.. saya.."
Wira bergidik. Apa benar gadis di hadapannya kini sedang dirasuki oleh makhluk tak kasat mata? Tapi kan niatnya hanya bercanda.
"Nat?"
"Saya...."
Renata tiba-tiba menggaruk kepalanya dengan ekspresi berpikir. "Saya apa ya? Kemarin di tv ngomongnya saya apa sih? Aelah pake lupa segala." tanya Renata pada diri sendiri.
Wira mengernyit tidak mengerti. Namun, saat ia menyadari apa yang terjadi, ia mendengus. "Lo ngerjain gue?!"
Renata menoleh ke arah Wira terkejut. Mengapa ia bisa lupa?
Wira menatap Renata yang kini juga menatapnya. Ia menaikkan alisnya bertanya. Merasa tidak nyaman dengan tatapan Wira, Renata mengalihkan pandangannya tidak menentu. Mengantupkan bibirnya rapat agar Wira berhenti menatapnya.
"Nat...."
Drrrtt.. drrrtt
Renata segera mengambil ponsel di sakunya. Dalam hati, ia bersyukur pada saat-saat seperti ini, Tuhan mengirimkan penyelamat untuknya.
"Iya, kenapa?" buka Renata.
"Sejak kapan lo ngomong halus kek gitu? Kaget gue." sahut orang diseberang.
Renata mengernyit. Melihat nama yang tertera di layarnya.
Alaya serakah...
"Iya nih" sahut Renata berpura-pura menikmati percakapan.
"Lo nggak lagi kesurupan kan, Nat?"
"Nggak kok. Ehe"
Kini, giliran Alaya yang melihat layar ponselnya. Apa ia salah sambung? Tapi benar nama yang tertera di layar ponselnya.
Nata de coco..
"Bodo ahh! El dimandose?"
"Apa?"
"Eh, astaga! Lo dimana?"
"Oh. Gue lagi di taman kota nih!"
"Ish. Gue tau! Lo kan kesini karena nemenin gue. Gimana seh?!"
"Nggak gimana-gimana sih"
"Bego ah, ngeselin lo! Untung masi sayang!"
"Ha apa? Lo mau jemput gue? Yaampun! Makasih banget loh" ucap Renata ngelantur.
"Eh, lo ngomong apa sih? Nggak jelas sumpa ni anak!"
"Lo udah mau kesini?" ucap Renata sambil melirik Wira yang masih saja menatapnya dengan cara yang sama.
"Hah?"
"Hah? Lo udah sampe? Oke, gue kesana sekarang."
"Eh, ni anak kesurupan beneran apa yak"
"Iya. Nggak lama kok. Paling kalo jalan cuma butuhin waktu dua setengah abad"
Wira yang berada disampingnya mengernyit. Nggak lama tapi dua setengah abad? Hell! Dia beneran kesurupan.
"Eh, Nat! Ini beneran lo kan? Dan ini Alaya gemez yang unyu-unyu cetar membahana ulalah syantik itu lho."
Renata terkekeh. "Iya tau. Kan gue mampir-mampir dulu ke penjual makanan disini."
"Mau beli banyak makanan?" tanya Alaya senang.
"Nggak sih. Cuma pengen ngajak ngobrol pedagangnya aja. Biar nggak keliatan jones-jones amat."
"Hahh?"
"Eh, udah ya. Gue mau otw kesana."
"Bodo amat"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...