Sang surya terbangun dengan indahnya. Mengawali kegiatan rutin yang dilakukan oleh alam setiap harinya. Sinarnya yang hangat menyentuh kulit manusia, dimanfaatkannya untuk membangunkan orang-orang pemalas yang kini masih terbang di alam mimpinya.
Seperti seorang gadis yang kini masih tidur dengan posisi yang sama sekali tidak enak dipandang itu. Membuatnya terlihat seperti..
Superman yang berkolaborasi dengan ballerina? Entahlah. Tidak ada yang tau.
Saat sekias terlihat, mungkin seseorang akan berpikir bahwa ia sedang bermimpi indah. Terlihat dari bagaimana sesekali kedua ujung bibirnya itu tertarik ke atasa membentuk sebuah senyuman tulus di alam bawah sadarnya.
Padahal tidak. Jika kau melihatnya dengan teliti, maka senyum sinis yang ada diwajahnya.
Kringggg kringgg
Renata menggerakkan tangannya di atas nakas untuk mencari asal bunyi nyaring yang selalu membangunkannya setiap pagi itu.
Ia mematikan alarm ponselnya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk dengan mata yang masih tertutup sepenuhnya. Kesadarannya juga baru kembali sedikit. Jadi, masih susah untuknya, berjalan dan melakukan aktivitas seperti biasa.
Renata membuka salah satu matanya yang menangkap sinar terang dari luar jendela kamarnya. Ia tersenyum simpul lalu menutup matanya lagi.
Tak terasa, ia kembali terlelap dan tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang karena masih ingin menempel katanya. Ia membuka matanya kaget lalu berdiri dan berlari menuju kamar mandi.
Yang melihatnya mungkin akan mengernyit aneh. Tapi, itulah kegiatan Renata setiap pagi. Selalu terbangun di waktu yang mepet dan terburu-buru.
Ia mungkin selalu bangun ngaret. Tetapi, tidak pernah terlewatkan meskipun sehari, ia bangun dengan keadaan mata tidak memerah dan kantung besar.
Selalu seperti itu. Saat orang bertanya, ia mungkin akan menjawab bahwa ia juga selalu tidur larut. Memang tidak berbohong. Tapi alasan yang dikatakannya ketika ditanya 'mengapa?' selalu memiliki jawaban yang sama.
"Meratapi nasib" ucapnya dengan senyuman jail diwajahnya. Orang lain mungkin akan mengira bahwa ia hanya bercanda.
Namun, pada faktanya, jika kau mengenal gadis itu dengan baik, maka apa yang dikatakannya selalu berhubungan dengan fakta.
Hanya saja, ia ingin orang-orang berpikir bahwa ia hanya bercanda dan tidak terlalu memikirkannya. Dengan begitu, orang lain tidak akan menganggapnya sedang bersedih dan ia juga merasa lega setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan meskipun secara tidak langsung. Memanfaatkan kesempatan sekecil mungkin selagi masih ada, bukan?
Renata keluar dari kamar mandi setelah 15 menit berperang dengan dinginnya air didalam sana.
Ia berjalan dengan santai namun pasti sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan menuju kamar sang ayah.
Mengetuk pintunya beberapa kali lalu memanggilnya agar ia terbangun. Setelahnya, ia menuju kamar sang kakak dan melakukan hal yang serupa.
Ia mengenakan seragam sekolah seperlunya. Tanpa dasi dan tali pinggang. Tak lupa, ia juga memasang earphone yang telah disambungkan pada ponsel dan mendengarkan apa saja yang bisa didengar.
Sebut saja ia pengecut karena bukannya menyelesaikan, ia selalu menghindar seperti ini.
Ia menata buku untuk jadwal hari ini. Persetan ada tugas atau tidak, Renata tidak akan membuka buku pelajarannya ketika ia berada dirumah.
Renata memakai sepatu sekolahnya dan berjalan keluar untuk menemui sang ayah. Setelah diberi uang saku, ia mencium tangan ayahnya dan berangkat ke sekolah seperti biasanya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya selain salam yang mungkin tak pernah terbalas oleh yang mendengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...