Renata degil. Benar.
Renata seperti cacing kepanasan. Benar.
Renata berisik. Sangat benar.
Renata biang masalah. Sudah pasti.
Dan jika kalian bertanya kapan gadis itu berhenti seperti itu, maka jawabannya adalah.... 'saat ini'.
Ketika seorang guru laki-laki yang Renata panggil 'dedih' itu memasuki ruang kelas dengan santainya. Dan dengan tas yang ia ditenteng di tangan kanannya.
Setelah meletakkan tas itu di atas meja kebesarannya, guru itu berdehem. Membuat berpuluh-puluh pasang mata di ruangan itu menatapnya. "Lelah, letih, lesu, lunglai?"
"Iya nih, Pak!" Jawab murid murid di kelas Nata serempak.
Renata dan para sahabatnya telah meletakkan tas mereka di lantai belakang kelas. Memasang pendengaran setajam mungkin, agar ia tak salah mendengar.
"Yasudah. Satu jam ini kalian gunakan untuk tidur" Nah, kan! dedih kurang baik apa
coba?!Secara bersamaan, semua murid di kelas Renata meletakkan kepalanya di atas meja dan memulai tidur ayamnya. Atau benar-benar tertidur karena Renata dan sahabat-sahabatnya telah memposisikan dirinya tidur dengan sejajar seperti ikan asin.
Aman, damai, dan tentram. Wajah mereka sumringah. Dan hal itu cukup membuat semua orang di kelas merasa senang. Apalagi alasannya? Jelas, karena mereka berisik, lah!
Kalau ngomong nggak bisa pelan, biang rusuh, sukanya ngajak debat, nyolot lagi!
"Al, geseran dikit napa?" Protes Renata karena posisi tidur Alaya yang memakan banyak tempat.
"Diem, woi!" Seru Zia dengan matanya yang masih terpejam.
"Jangan teriak-teriak!" Sahut Silla.
"Itu juga teriak. Gimana, si?!" Sanggah Alaya.
"Eh, kampret! Untung gue orangnya rajin menabung." Ucap Renata sambil mengelus dadanya.
"Geseran!"
Pletak!
Renata mengelus kepalanya ketika buku novel milik Nisha mengenai kepalanya. Dan Zia, tersangka utamanya. "Berisik, sat!"
Renata mencebikkan bibirnya. "Ayo bobo di perpus!"
Tanpa menjawab ajakan Renata, Alaya berdiri sambil menarik tangan gadis itu. Menggiringnya menuju perpustakaan untuk bobo disana.
Di perpustakaan terdapat tiga buah AC yang suhunya sangat dingin. Dan Renata suka itu.
Alaya merebahkan tubuhnya di salah satu sofa khusus tamu yang berada di dalam perpustakaan. Dengan tangannya yang bebas, meraih salah satu bantal agar kepalanya tidak sakit.
Sedang Renata, dengan kekepoan yang memuncak ia mengambil empat buah buku dongeng.
"Al, Snow White, Cinderella, Belle atau Aurora?" Tanya Renata sambil menenteng empat buah buku dongeng.
Alaya menoleh kesal. "Mbah Tukiyem.."
"Oh, Berbih" Renata mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
"Au ah!"
"Gue unyu" Renata menurut saja lalu duduk di sebelah Alaya.
"Lagian lo tuh! Muka kaya preman, jalan kayak ngajak betumbuk, masa baca buku 'tujuh kurcaci'?"
"Eh, bagus tau! Nih," Renata memperlihatkan gambar di buku dongeng yang ia baca. "Ini tuh namanya Cinderella. Dia punya ibu tiri kaya kodham Lucinta Luna!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...