Renata merebahkan tubuhnya diatas kasur. Menikmati empuknya tumpukan busa yang selalu menjadi alasnya ketika tidur.
Ia mendesah pelan. Sudah hampir pukul 12 malam ayahnya belum juga pulang. Kakaknya juga pergi entah kemana. Ia sangat lapar. Ingin makan, namun tidak ada makanan sedikitpun dirumahnya. Jangankan nasi, air putih saja belum tentu ada.
Ia memang selalu menunggu ayahnya pulang, agar diberi uang untuk membeli makanan. Ia bukan berasal dari keluarga yang kaya. Namun, tidak juga miskin.
"Ayah kemana sih?" tanyanya entah pada siapa.
BRAKK!!
Bunyi seperti pintu yang tertabrak. Sesuatu yang membuat Renata terkesiap dan mengubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berpacu dengan cepat. Apa ada maling? Rumahnya saja tidak ada barang bagus. Apa yang mau dicuri?
Renata berjalan menuju pintu utama dengan sedikit was-was. Antara takut jika itu adalah orang jahat, dan khawatir jika apa yang ia takutkan benar-benar terjadi.
Ia mendengus pelan, ketika melihat objek didepannya. Entah mengapa hatinya merasa sakit. Dadanya terasa sesak, dan deru nafasnya memburu. Sebisa mungkin ia menahan genangan air di kelopak matanya agar tidak terjatuh.
"Tuhan..mengapa harus seperti ini?" lirihnya.
***
Derap langkah kaki mengiringi perjalanan gadis itu. Ia berjalan dengan santai menuju kelasnya. Padahal, jelas sekali bahwa sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Katanya, ia ingin menikmati udara pagi.
Dengan senyum yang tercetak jelas diwajahnya, "Pagi, Wa!" sapanya semangat kepada Dewa yang duduk dibangku depan kelas.
"Hmmm." jawab Dewa seadanya. Ia sudah terbiasa dengan senyum tengil milik gadis itu yang ia tunjukkan setiap pagi. Membuatnya sedikit merasa semangat memulai hari.
Renata berjalan kedalam kelas dan meletakkan tasnya dibangku belakang Dewa, karena terdapat tas Alaya disana. Memanggil pemilik tas disebelahnya, lalu mengajaknya ke kantin bersama Ullezia. Ia memang tidak pernah sarapan dari rumah. Selalu pergi ke kantin ketika semua orang heboh menyalin tugas yang belum sempat dikerjakan atau sibuk ngegosip.
"Makan?" tanya Renata.
Alaya dan Ullezia hanya mengangguk.
Lalu ketiganya berjalan berpisah. Renata mendekati penjual soto, Alaya mendekati penjual minuman, dan Ullezia mencari bangku serta mempersiapkan semua yang dibutuhkan.
Renata telah kembali dengan membawa 3 mangkok soto. Alaya juga telah kembali dengan 3 minuman dingin.
"Eh..kemarin gue ditembak Dio. Menurut kalian, gue terima nggak?" ucap Alaya mulai curhat.
"Nggak. Jomblo aja bebhass."
"Yeuhh.. itu mah mau lo, biar nggak keliatan ngeness."
"Iya, Nat. Kayaknya, lo perlu ngerasain deh apa yang namanya cinta." ucap Ullezia.
"Nggak perlu. Gue udah ngerasain kok." ucap Renata tanpa melihat Alaya dan Ullezia. Mereka berdua jadi bingung. Renata tiba-tiba jadi senyum-senyum sendiri ketika melihat sesuatu dibelakang mereka dan tak menghiraukan keberadaan mereka berdua sejak tadi. Ullezia menoleh, lalu mendengus kesal ketika tahu penyebabnya. " Sadai woii" ucap Ullezia kepada Renata yang belum berhenti.
Alaya penasaran dan ikut menoleh. Dibelakangnya, Wira sedang merapikan rambutnya menggunakan tangan dan berjalan menuju kantin. "Pantes diajak ngomong nggak nyambung dan malah senyum-senyum sendiri, kek orgil." ucapnya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...