Matahari terbit, menggantikan udara dingin menjadi hangat. Menipiskan kabut dan menerangkan langit. Semua orang memulai aktivitas kesehariannya dengan semangat. Sangat damai.
Berbeda dengan kelas XI-IPA 3. Kelas itu sangat ribut sekarang. Pastinya karena ulah seorang gadis manis yang sedang memulai konser dadakannya.
Bersama seorang teman sebangkunya, ia memulai konsernya itu dengan bernyanyi semaunya dan memukul meja sebagai pengiringnya. Tak ada yang melarangnya, karena ia selalu seperti itu. Mungkin juga karena ia selalu menjadi pemenang setiap berdebat. Jadi, tak ada yang berani mengusiknya.
Jika ditanya mengapa ia seperti itu, ia pasti akan menjawab. "Daripada diem terus, ntar kesurupan."
"Daripada nyanyi gak jelas gitu, kenapa gak ngerjain tugas aja? Lo tuh jarang ngerjain tugas loh, Nat."
"Suka-suka gue lah. Lagian yang dimarahin gue kok. Bukan lo!"
Dan lawan bicaranya hanya diam. Takut jika ia menjawab, cercaan pedas keluar dari mulut gadis itu.
Renata Deeva Wibowo, seorang gadis yang suka seenaknya kepada orang lain yang sepantaran dan tidak terlalu dekat dengannya. Namun, sangat peduli dan perhatian kepada semua sahabatnya.
"Diam, Nat. Guru bentar lagi masuk kelas." ucap seorang cowok yang baru saja masuk ke kelas sambil membawa tumpukan buku.
Sadewa Karsa Kusuma, seorang cowok yang menurut Renata sangat amat ngeselin dan pelit. Tapi terkadang, sikapnya ke Renata bisa saja berubah menjadi manis. *jika ada maunya*
Renata menghentikan konser dadakannya dan hendak membuka mulut untuk menjawab ucapan Dewa. Seketika ia mengurungkan niatnya karena gurunya telah masuk ke kelas dan memulai pembelajaran.
"Dongeng dimulai.." gumamnya. Guru terus menjelaskan dengan seksama, agar muridnya paham. Mayoritas mendengarkan dan mencatat apa saja yang sekiranya penting. Dan Renata, hanya melihatnya tak peduli dan memilih memainkan ponselnya.
Ia akan menulis atau bahkan mengerjakan apa yang diucapkan oleh guru, jika itu adalah pelajaran Matematika. Ia sebenarnya memiliki IQ yang tinggi, memiliki daya ingat kuat, dan pandai menalar. Hanya saja ia memiliki pemikiran bahwa, ia akan melakukan apa yang ia suka. Dan ia akan menerima apapun konsekuensinya.
"Bosen nih. Keluar kuy, jalan-jalan." ucap gadis disebelahnya.
Renata mengalihkan pandangannya dari benda pipih itu dan menatap Alaya. "Kuy! Umi ngedongengnya jelek. Kagak mempan ama gue."
"Lo yang minta izin ya."
Renata hanya menyetujuinya dengan mengangkat jempolnya. Selanjutnya, ia berjalan mendekati meja guru dan diikuti Alaya dibelakangnya.
"Bu, izin ke toilet ya..."ucap Renata, yang langsung mendapati tatapan tajam dari Dewa. Ia tahu kalo Renata hanya berbohong.
Renata berjalan melewati toilet dan menuju kantin. Membeli banyak makanan, lalu berjalan kembali ke kelas dengan langkah yang sangat lambat. Menikmati, katanya.
JDUKK!
"Ngapain berhenti sihh?!" tanya Alaya sambil mengelus jidatnya yang terantuk punggung Nata karena berhenti mendadak.
"Ssttt..." ucap Renata sambil meletakkan telunjuknya didepan bibir.
"Lagi nikmatin ciptaan Tuhan," lanjutnya sambil memperhatikan seseorang yang sedang bermain basket. Alaya mengikuti arah pandangan Renata. Renata tiba-tiba menarik pergelangan tangan Alaya, menyuruhnya duduk dibangku dekat mereka.
"Lo beli banyak makanan kan?" tanya Renata. "Liatin Kak Wira dulu sambil makan. Biar kantong lo nggak keliatan gede, dan dicurigain Umi."
"Ah elahh... yaudah deh. Tapi jan lama-lama." ucap Alaya sembari membuka salah satu bungkus makanan yang ia beli, lalu memakannya. "Masih tergila-gila aja lo ama tuh senior?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...