"Silahkan membuat kelompok dengan anggota berjumlah enam orang." titah seorang guru laki-laki yang Renata panggil sebagai 'papi' itu."Papi daritadi ngomong mulu, ih. Bosen gue. Mana yang diomongin kagak jelas lagi. Bunga majemuklah, bunga tunggal lah... kagak capek apa itu mulut? Gue aja yang denger capek. Lagian soalnya manja beutt, ihh. Nggak bisa nyelesaian masalahnya sendiri. Selalu minta gue yang nyelesaian. Dikira gue panti rehabilitasi masalah rumah tangga apa yak?!" gerutunya kesal.
"Hubungannya?"
"Nggak ada!"
Alaya mendesah pelan. "Yang dari tadi ngomong terus itu elo, Laknattt.. mana kagak jelas lagi"
"Ya abis.. gue capek. Mami sama Bapak ngasih hukuman nggak kira-kira. Gue kan belum makan dari kemarin. Nggak kasian apa sama gue?"
"Trus, penyebab awal lo dihukum itu apa?" celetuk seseorang dibangku depannya.
"Telat."
"Karena?"
"Makan dikantin"
"Itu yang lo bilang belum makan dari kemarin?"
"Nggak."
"Nggak apa?"
"Nggak usah tanya-tanya!" Renata memalingkan wajahnya sombong agar tak melihat Dewa. Cowok itu benar-benar ingin menendang wajah dihadapannya saat ini.
"Sabar, sabar. Anak sabar dimakan Tuhan.." ucap Dewa sambil mengelus dada.
Pletakk!
Zia memukul kepala Dewa menggunakan pulpen. "Disayang, bego!!"
"Yang ngomong siapa?"
"Setan"
"Ya suka-suka setan, lah!"
"Oke siapa aja ketuanya?" Guru laki-laki itu kembali bersuara.
"Renata, pak! Renata!" Sorak Alaya dan Prisil menggebu-gebu.
"Hah! apaan?! Nggakk! Nggak mau gue"
"Harus"
Renata menurut. Sedetik kemudian, "Prisilla, pak! Prisilla juga!" teriak Renata sambil mencak-mencak.
"Iya, iya. Duduk dulu semua"
Renata kembali duduk. Mengamati gerakan guru itu menuliskan nama-nama usulan dari teman-temannya untuk menjadi ketua kelompok di papan tulis.
Ia menjadi gadis baik sampai saat-saat terakhir nama-nama anggotanya dituliskan. Ia berdiri dan berteriak. "Saya, pak! Saya saya!!"
Percuma. Suaranya teredam oleh suara teman-temannya yang lain, karena mereka juga memperebutkan teman mereka yang masih tersisa. Tidak mau satu kelompok dengan gadis norak yang selalu jadi bahan tertawaan diantara Renata dan Geng nya.
"Buruan, Nat! Jangan sampe satu kelompok sama kakak lo!"
"Lagi diusahain. Saya pak! Saya!" Kelas menjadi sangat ribut saat ini. Dipicu oleh teriakan Renata yang membuat teman-temannya ikut was-was.
"Urut ya.." ucap guru itu menenangkan.
Renata tidak bisa tenang saat ini. Ia duduk tapi terus bergerak dengan resah.
"Yeeeeee!" ucapnya sampil lompat-lompat, karena orang yang ia tidak inginkan telah masuk di kelompok lain. Ia berhenti dan mencari salah satu dari dua cowok yang masih belum mendapatkan kelompok. "Tejo!!!"
"Nama gue Teejay, Laknattt!"
"Halah, muka sebelas duabelas ama mimi peri aja sok-sokan Teejay. Tejo aja cukup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAPUH
Teen Fiction"Ketika mereka yang kita anggap selalu merasa bahagia, ternyata bertolak belakang dari kenyataannya." Mungkin ini sebuah definisi, yang terkadang bisa salah jika kita hanya melihat dari sampulnya saja. Maka, gali lebih dalam lagi. Apa yang tersembun...