24

8 1 0
                                    

Renata melepaskan sepatunya untuk ia letakkan di rak sepatu di depan UKS. Diikuti Alaya, dan sahabat-sahabatnya yang lain lalu masuk dan memblokir ruang UKS.

Tidak ada yang sakit atau ingin menjenguk. Hanya saja, mereka malas terus-menerus masuk kelas.

Renata membuka bilik pertama UKS dimana terdapat 4 kasur berukuran sedang di dalamnya. Tanpa bicara lagi, Renata melangkah masuk lalu menjatuhkan badannya diatas kasur.

"Geser" Renata menggulingkan tubuhnya kesamping agar ada cukup ruang untuk Alaya tidur disampingnya. Diikuti sahabat-sahabatnya yang lain.

Brak

Pintu bilik tiba-tiba terbuka. Menampilkan seorang lelaki dengan seragam nya yang sudah tidak berbentuk seperti siswa pada umumnya.

Itu Wira. Dengan keringat yang mengucur deras di pelipisnya dan raut yang sangat menggambarkan rasa khawatirnya. Yang Renata tanyakan, siapa gadis yang terkulai lemas dalam gendongannya?

Renata sudah terduduk. Baru saja ia ingin membuka mulutnya, Alaya menahannya dengan memegang lengannya. Renata menoleh dengan bingung. Bukankah biasanya memang ia yang akan mengurus kejadian seperti ini ketika ia dan para sahabatnya menggunakan UKS?

Alay menggelengkan kepalanya pelan sebagai kode agar Renata tetap diam pada posisinya. "Gue aja" ucapnya kemudian turun dari kasur dan mencarikan kasur lain agar Wira bisa meletakkan gadis tersebut dengan nyaman.

Sedetik setelah Alaya selesai membenahi kasur UKS di bilik 2 tersebut, Wira segera membaringkan gadis dalam gendongannya. Laki-laki itu bernapas lega. Menyeka seluruh keringat di wajahnya itu dengan tangannya.

Alaya menarik selimut sampai sebatas perut gadis itu dengan mata yang menatap penuh tanya kearahnya. "Pacar lo?"

Merasa tidak ada yang bisa Alaya ajak bicara selain dirinya, Wira menyahut. "Bukan"

"Gebetan?"

"Bukan"

"Mantan?"

"Bukan"

"Trus?"

"Gue gak kenal"

Alaya menoleh menatap tajam Wira begitu saja. Melupakan statusnya sebagai junior dari idola sahabatnya itu. "Lo bercanda, ya?" Tanyanya sinis.

"Nggak"

"Trus? Kok lo bisa sekhawatir itu?"

"Gue nggak tau"

Alaya memutar bola matanya jengah. Tidak menyangka dengan jawaban Wira yang menurutnya sangat aneh.

Alaya memutar tubuhnya membelakangi ranjang UKS tadi. "Gue harap lo nggak berurusan sama sahabat gue." Ucapnya kemudian berlalu pergi, tanpa sedikitpun menatap Wira lagi.

Wira memejamkan matanya sebentar. Menarik napasnya dalam dalam lalu menghembuskannya dengan berat. "Gue gak janji"

Alaya menarik napasnya perlahan. Mengembangkan senyumnya agar Renata bisa merasa tenang.

"Gimana?" Tanya Renata langsung ketika Alaya masuk di bilik dimana ia dan sahabat sahabatnya tidur.

"Nggak gimana-gimana, kok. Dia cuma masuk angin aja. Tadi udah gue kasih minyak kayu putih sama gue selimutin"

Renata mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kemudian, membaringkan tubuhnya miring membelakangi Alaya.

Ada hening cukup lama diantara keduanya. Membuat Renata bingung sebenarnya ada apa.

"Tapi, Al.."

"Ya?"

"Cewek tadi siapa?"

Alaya memejamkan matanya, membelakangi Renata. "Tidur, Nat. Gue ngantuk."

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang