14

75 10 8
                                    

Hidup memang tak seindah drama Korea.

Eh, nggak deh. Renata nggak suka drama Korea.

Ini aja. Hidup memang nggak seenak mangga tetangga.
---
Renata menggerakkan lengannya memutar kedepan dan kebelakang. Mencoba menghilangkan rasa pegal yang sejak tadi membuatnya tidak bisa tidur dengan nyaman.

"Guru gila!" keluhnya sambil menggerakkan kakinya yang juga pegal. Namun, senyumnya tiba-tiba mengembang. Mengingat kembali peristiwa apa yang membuat tubuhnya sakit-sakit seperti sekarang ini.

"Aaaa! Kak! Udah woi! Capek! Whahahaha.." teriak Renata sambil berlari di bawah air hujan bersama dengan Wira yang kini tengah mengejarnya.

"Renataaa! Wiraaa! Ikut saya ke ruang BK sekarang juga!" teriak seorang guru laki-laki dari koridor kelas XI.

Merasa nama mereka dipanggil, keduanya pun menghentikan acara kejar-kejarannya dan menoleh. Mendapati seorang guru BK sekolahnya dengan tatapan mematikan, seperti ingin memakan mereka berdua.

Renata dan Wira menolehkan kepalanya satu sama lain. Membuat kedua tatapan mereka bertemu selama beberapa detik sebelum keduanya memutuskan tatapannya. Renata mengangkat kedua tangannya dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya kepada guru itu, bahwa ia ingin berdamai. Tak lupa, ia juga menunjukkan senyum bodohnya. "Piss, pak"

Wira yang tidak tahu harus berbuat apa, memilih untuk melakukan hal yang sama. Dan baru mereka sadari, saat ini, banyak pasang mata yang tengah menatap mereka dengan arti yang berbeda-beda.

Renata tak menanggapi tatapan-tatapan penuh kebencian yang mereka tunjukkan. Bukannya sombong. Hanya saja, ia terlalu bersahabat dengannya.

Ia mengikuti guru itu menuju ruang BK di sekolahnya. Ruang yang terkenal dengan ruang yang hanya akan dimasuki oleh siswa atau siswi nakal. Renata salah satunya.

Setelah diberi wejangan panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume, akhirnya mereka diberi hukuman yang cukup membuat mereka merasa benar-benar tersiksa di sekolah.

Bayangkan saja. Saat seharusnya setelah pembelajaran selesai mereka bisa pulang dan beristirahat di rumah, guru BK yang sama sekali tidak ganteng itu malah menyuruhnya untuk mengepel koridor kelas XI keseluruhan. Keseluruhan coy!

Renata pergi ke ruangan dimana alat-alat kebersihan di sekolahnya disimpan. Mengambil ember, alat pel, dan cairan pembersih lantai disana. Ia memasuki toilet cewek untuk mengambil beberapa gayung air dan mencampurnya dengan cairan pembersih lamtai tadi. Mencelupkan kain pel tersebut, lalu mengangkatnya kembali dan memerasnya.

Renata mulai menjalankan tugasnya dengan telaten. Bersama dengan Wira yang sudah keluar dari kelasnya saat Renata selesai mengisikan air ke dalam ember.

Hening. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka berdua. Mencoba fokus agar hukuman mereka cepat selesai dan segera beristirahat.

"Aduhh!" pekik Renata ketika ia yang telah melepas sepatunya, terpeleset dan jatuh ketika mencoba mengepel dengan cepat.

Wira menoleh. Mendapati gadis itu terduduk di lantai dengan ringisan di wajahnya dan tangannya yang memegangi pinggulnya.

"Syukurin!" ucap seseorang dari belakang Renata. Tidak. Itu bukan Wira. Melainkan Dewa yang tiba-tiba saja, ada di belakang Renata.

"Bantuin, kek! Malah di syukurin! Kampret lo!" kesal Renata.

Dewa yang sedang tertawa, menghentikan tawanya. Melangkah mendekati Renata, lalu mengulurkan tangannya. Bersamaan dengan Wira yang juga mengulurkan tangannya.

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang