13

70 9 5
                                    

Renata mendudukkan tubuhnya dikantin dengan heboh. Mencoba menarik napas sedalam mungkin karena merasa lelah setelah berlari dengan sangat cepat dari koridor menuju kantin.

"Kunaon lo?" tanya Ullezia.

Renata tertawa sendiri. Dengan napas yang masih terengah-engah, Renata berkata, "Di--dikejar setan" dengan senyum tengil yang selalu ia tunjukkan setiap harinya.

"Nggak mungkin" sahut Alaya.

Renata menoleh. "Kok?" tanyanya sambil menaikkan alisnya.

"Masa setan ngejar setan! Ya nggak mungkinla!" ucap Alaya yang disusul dengan tawa dari sahabat-sahabatnya.

Renata mendengus. "Tai lo!"

"Eh, btw, gue udah dipesenin kan?"

Alaya mengangguk. "Baik hati kan gue?"

"Ngga denger" ucapnya sambil menutup mata.

"Bego njir!"

Renata menatap makanan yang baru saja diantarkan oleh ibu kantin sekolahnya dengan berbinar. Ia mengambil mangkok kecil berisikan sambal di meja itu. Mengambil sendok, lalu mulai menyendokkan sambal tersebut sebanyak lima sendok di mangkoknya. Membuat Prisilla yang membenci pedas, bergidik ngeri.

"Nggak sakit apa perut lo?" tanya Prisilla heran.

Renata menoleh. "Biasanya juga gini, kan?" ucapnya sambil mengaduk-aduk baksonya.

"Nggak dikasi kecap?"

Sekarang, giliran Renata yang bergidik. Ia sangat anti dengan cairan coklat pekat itu. "Ogah! Mending nggak makan deh!"

Prisilla dan lainnya hanya menggeleng kepala takjub. Setelah selesai mengaduk baksonya, ia berdiri dan menoleh kesana kemari.

"Mau kemana lo?" tanya Alaya.

"Mau cari pacar" ucapnya sambil tersenyum tengil.

"Eh, gilaa ni anak!"

"Mau cari gorengan yang masih anget. Ya kali cari pacar. Gue mah masih setia ama kakak cogan!" ucapnya lalu melengos begitu saja.

Setelah menemukan apa yang ia cari, Renata mengambil piring yang masih belum terpakai dan memenuhinya dengan beberapa gorengan. Belum sempat ia mendudukkan dirinya di kursi, seseorang menarik tangannya. Ia menoleh. Mendapati Wira dengan ekspresi yang Renata tidak tau apa artinya.

"Wahhh!" takjubnya. "Apa?" tanyanya refleks dengan senyum lebar. Ia terlampau bahagia mengetahui Wira menyusulnya ke kantin.

"Lo disuruh nemuin Bu Ghina. Di ruang guru" ucapnya langsung.

"Nggak mau!" tolaknya sambil menggeleng kuat. "Gue sibuk"

"Sekarang. Gue mau balik ke kelas ni." ucapnya dengan nada memerintah.

"Ih, orang dibilang nggak mau. Maksa!" ucap Renata sambil melakukan gerakan ingin duduk.

Belum sampai lagi, Renata menoleh dengan menatap Wira kesal. Ia mengajukan tangannya sebelah kanan. Merasa tidak tahu apa yang gadis itu maksud, Wira mengernyit. "Apa?" tanyanya.

Renata berdecak. "Ih! Gue mau duduk nih!"

"Lah trus?"

"Nggak mau dicegah lagi nih?"

"Hah?"

"Cegah lagi kek!"

"....."

Renata menghadap Wira sepenuhnya. Menatapnya dengan kesal. Namun, sedetik kemudian, tatapan itu berubah menjadi tatapan memohon. "Cegah kek... sekali lagi, deh" pintanya.

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang