16

67 9 1
                                    

"Iyalah dia bisa! Dia mah badannya kecil. Jadi kan pasti bisa kek gitu." ucap salah satu teman sekelas Renata yang terkenal sangat fanatik mengenai Korea.

Orang lain mungkin akan merasa senang atau merasa dipuji dengan ucapan itu. Namun, bagi Renata tidak. Yang ia tangkap dari ucapan gadis itu adalah, kalo cuma gitu doang mah, semua orang bisa kali. Cuma modal badan kecil ama luwes aja!

"Oh ya?" tanya Renata. "Makasih" ucapnya sambil sengaja menunjukkan senyum seterpaksa mungkin.

Hanisha dan Ullezia yang sudah tau tabiat Renata berdecak. "Jangan gitu, Nat" peringat Ullezia.

"Apa?" tanya Renata yang merasa tidak melakukan apapun.

"Apa? Lo tanya apa? Harus berapa kali gue bilang. Kalo nggak semua orang tau gimana sifat lo. Dan kalo lo kek gitu, keliatan banget kalo lo nggak suka ama orang itu, tau nggak" ucap Hanisha lalu berjalan keluar kelas.

Tadinya, Hanisha dan Ullezia berlatih dance bersama Renata. Saat itu, mereka sedang beristirahat dan Renata mengulangi gerakan yang belum terlalu dipahaminya. Namun, mendengar dan melihat Renata seperti itu, Hanisha menjadi malas.

Satu sifat Renata yang paling dibenci Hanisha adalah, gadis itu selalu menunjukkan kebenciannya kepada orang lain tanpa menyembunyikannya sedikitpun. Memang bagus ia tidak memakai topeng. Akan tetapi, ucapannya yang pedas itu sering sekali membuat orang lain sakit hati. Dan Hanisha mengkhawatirkannya. Apa ia salah?

"Sha!" panggil Ullezia dari depan pintu kelas.

Hanisha menoleh dengan wajah kesal. Ullezia tersenyum. Lalu, berjalan dengan perlahan menghampiri Hanisha. Menepuk bahunya dua kali agar ia bisa tenang. "Jangan marah-marah terus. Lo tau kan, Renata emang kek gitu. Jangan terlalu mudah terpancing."

"Tapi, Zi. Kalo dia kek gitu terus, sampai kapanpun dia bakalan susah buat bergaul! Dan gue nggak mau temen gue sampe dijauhi cuma gara-gara ucapannya yang terlalu apa adanya itu! Gue juga mikirin dia kali!"

Ullezia tersenyum dengan tenang. "Sabar, Sha.."

Mereka berdua berjalan menuju kantin sekolah. Membeli sesuatu yang sekiranya dapat membuat pikiran mereka dingin. Terutama Hanisha.

Belum juga sampai, sesuatu mengalihkan perhatian mereka. Melihat seorang cowok yang membuat kaum hawa terpana dengan ketampanannya. Siapa lagi kalo bukan Wira.

Ullezia menoleh ketika merasa tidak ada orang disampingnya. Ia kembali berjalan kearah Hanisha. Menepuk bahu gadis itu pelan untuk menyadarkannya. Hanisha menangkap tangan Ullezia. "Itu siapa?" tanyanya.

"Nggak tau" jawabnya.

Saat ini, Hanisha memang sudah tidak mengidolakan Wira sebagai senior tampan lagi. Dan entah mengapa, saat melihat cowok itu yang kini tengah bercanda dengan seorang gadis yang memakai seragam berbeda di gerbang samping sekolahnya, ada sedikit rasa tidak suka hinggap di hatinya.

Renata sahabatnya. Hanisha tidak melupakan itu. Dan Wira, Hanisha bahkan sangat tahu tanpa bertanya bahwa Renata menyukainya. Renata juga pernah bercerita bahwa ia beberapa kali bertemu atau bahkan ditolong oleh Wira ketika menghadapi kesulitan. Yang Hanisha tanyakan, apa ia melakukannya pada semua orang yang dia kenal?

"Sha" Ullezia mengibas-ngibaskan telapak tangannya didepan wajah Hanisha. Membuat Hanisha tersadar dari lamunannya dan segera memasuki kantin. Seperti tujuan awalnya.

***

"Al, nanti mampir dulu ke minimarket deket sekolah, ya. Gue mau beli cemilan buat persami besok" pinta Renata sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang