1. Live pembantaian

17K 1.3K 26
                                    

Hai. Apa kabar?
Ada yang kangen sama cerita² aku?

Buat kalian yang rindu sama cerita aku, aku sajiin ff ini buat kalian.

Banyak yang nanya aku buat cerita baru lagi apa enggak setelah Rendi end. Nah dan ini jawabannya.

Aku tetep buat. Mungkin agak terlambat aja karena akhir² ini pun aku jarang buka Wp.

Cerita ini, mungkin sedikit berbeda. Aku peringatkan ini cerita fiksi, jadi kalo ada kejadian yang gak nyambung ya harap di maklumi. Namanya juga fiksi.

Cerita ini sedikit berbeda dengan cerita ku yang lain.

Apa bedanya? Sedikit bumbu thriller dan spiritual. Kalian bakal nemu kejadian yang mungkin aja gak ada di dunia nyata.

Aku juga gak tau, dunia ini luas. Sedangkan aku keliling Indonesia aja belum tuntas.

Intinya aku peringatkan sama kalian yang gak suka adegan sadis. Seperti biasa, i like genre action. And then, kali ini genrenya mafia lagi ya?

Tetep pada family.

And thanks buat DewiAnggraini571karena udah buatin cover. Makasih bantuannya



Happy reading guys.























Golden Eye

______

Peluh itu menetes deras dari dahinya, bersamaan dengan getar tubuh yang semakin tidak terkendali. Mata hitam pekatnya membola, kala sebuah kepala melayang tertangkap di penglihatan.

Jelas, penglihatannya menjadi merah akibat darah yang terciprat ke kamera. Lidahnya kelu dengan nafas tercekat, tidak percaya bisa tersesat di dalam kegiatan brutal seberang sana. Duduknya mulai gelisah, dengan pemikiran ingin mengakhiri atau tidak.

Namun urung, saat seorang pria yang wajahnya sering keluar di televisi terlihat. Lari dari tangga lantai dua menuju lantai keberadaan kamera. Pria itu berlari dengan keadaan yang mengenaskan, menggapai kamera yang saat ini tengah menayangkan video langsung.

"H-help me ple---"

Perkataan pria itu tidak akan pernah bisa tersalurkan, saat samurai panjang menebasnya tanpa pikir panjang dari belakang. Lagi-lagi gerombolan pria berbaju hitam dengan lambang darah emas di dada kanannya.

Arcaslo-- tercekat di tempatnya sekarang. Menatap tidak percaya kejadian barusan, darah kembali menutupi kamera seberang hingga layar ponselnya menampakkan warna merah.

Namun tidak lama, seseorang mengusap kamera seberang sana hingga layar ponsel kembali menampakkan keadaan ruangan itu meski samar. Caslo tercekat di tempatnya, kala pria yang menghapus darah itu menyeringai di kamera.

"Five. See you."

Maka tanpa aba-aba Caslo langsung memutuskan untuk berhenti, keluar dari situs ilegal yang baru saja ia kunjungi. Tubuhnya bergetar kencang, ia sempat melihat apa yang pria itu sebutkan adalah jumlah penonton yang melihat pembantaian itu.

Golden EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang