"Rendi! Azlan! Ale!" Caslo memekik girang, berlari ke arah tiga temannya yang tengah memantau mangga tante girang.
"KASLO?" pekik ketiganya berbarengan.
Namun rupanya, apa yang dilakukan Caslo adalah kesalahan besar. Begitu pekikan keempatnya bersahutan, sebuah panci berwarna pink melayang dari balik jendela. Sebuah kepala menyembul dari dalamnya. Tante girang yang melotot tajam.
"Mau maling ye lu?" tanyanya. Ketiganya sontak berlari terbirit-birit. Kalau Tante girang sudah marah, bisa hancur satu kampung. Ledakannya serupa bom nuklir dari Rusia.
Dengan napas tersengal, Caslo dan ketiga temannya yang lain memilih berhenti begitu sudah merasa jauh. Duduk bersila di tanah, Rendi masih tidak percaya akan kedatangan sosok yang selama ini membuat geger satu kampung karena berita menghilangnya.
"Lo bukannya missing ya?" tanya Ale mewakili Azlan dan Rendi. Kening Caslo bertaut bingung.
"Gua di sini kok, gak lagi ngising?" katanya bingung. Sontak Azlan menepuk dahi Ale dengan keras. Lupa kalau di antara mereka yang bahasa Inggrisnya nol adalah Caslo.
"Maksud Ale, lo bukannya ilang? Kok balik lagi?" tanya Azlan memperjelas. Caslo menghela napas dalam, ia mengangguk.
"Iye, gua ketemu keluarga kandung. Tau kan kalo selama ini gua bukan adik kandungnya bang Andi sama bang Aris? Nah itu, keluarga kandung gua di Amerika. Sekarang gua ikut ortu," katanya. Caslo tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya. Bisa-bisa daddy nya ditangkap polisi.
"Dah ah, mending balik yuk. Gua mau traktir mekdi." Ale, Azlan dan Rendi bersorak riang. Keduanya melangkah menuju sebuah Ferrari biru metalik. Sempat berdecak kagum, ketiga teman Caslo itu benar-benar menikmati sensasi memasuki mobil orang kaya. Mereka tidak tahu sekaya apa orang tuanya Caslo, tidak penting juga, yang terpenting adalah akhirnya saat ini mereka memiliki teman yang berasal dari keluarga kaya.
Ada sebuah mobil hitam Carrera GT street yang mengikuti di belakangnya. Mobil itu dinaiki Dimitri dan Clarissa yang ikut ke Indonesia. Padahal mereka baru saja sampai, hendak berisitirahat sebelum Caslo memaksa ingin bertemu dengan teman-temannya.
"Kok ke rumah gua?" tanya Rendi. Terlihat jelas plang 'Rumah pak RT/ 69 komplek swistories' di sana.
"Daddy bilang suruh ke rumah lo aja. Ntar makannya nyusul, soalnya daddy mau ngobrol sama RT. Kata bang Andi suruh bilangin pak RT kalo gue dah ketemu, jadi pak Daniel gak perlu khawatir lagi," katanya. Rendi mengangguk saja. Ia mah yang penting makan gratis. Sudah lama ia tidak makan enak, itu semua karena larangan ayahanda Daniel yang miskin.
Sesampainya di rumah pak RT, para warga mulai berdatangan. Bertanya-tanya akan kehadiran dua mobil mewah. Caslo dan ketiga sahabatnya turun bersamaan, lalu disusul Dimitri dan Clarissa yang kini mulai melangkah mendekat.
"Ya ampun, bidadari." Rendi melongo, menatap wanita tinggi di depannya. Wanita itu tersenyum tipis, sedikit tidak mengerti bahasa Indonesia yang anak di depannya gunakan.
"Tante, jadi ibu saya aja mau? Saya anak pungut loh, ganteng gini gak ada niat mau adopsi?" Azlan menyahut. Memutar bola matanya malas, Caslo begitu paham akan tabiat ketiga temannya jika melihat wanita cantik.
"Kamu mau saya adopsi?" tanya Clarissa membuat Azlan mengangguk cepat. Saat itu juga kulit telapak tangan Caslo menempel di pipi kanan Azlan. Dimitri dan Clarissa yang melihat itu sontak kaget.
"Jangan mom, dia gembel, bau lagi. Bentar lagi isdet." Clarissa menggeleng pelan sebagai jawaban, memberi peringatan pada sang anak untuk tidak bersikap kasar lagi. Caslo berdecak, ia melirik sinis Azlan yang saat ini memasang wajah memelas.
"Sudah, lebih baik masuk." Dimitri menyahut, mengundang tatapan kagum Ale dan Rendi yang terpana akan ketampanannya. Maklum lah, bule masuk komplek akan mendapat reaksi demikian.
Bola mata yang tertutup softlens hitam itu berotasi. Rendi yang kini sok menjadi pemandu wisata mulai mengarahkan mereka untuk memasuki gerbang pendek. Hei, semua orang tahu kalau ingin masuk rumah seseorang pasti akan melewati pintu.
"Tidak ada bel? Lalu menggunakan apa?" tanya Clarissa. Rendi tersenyum tipis sebagai jawaban. Sekaligus modus pada ibu Caslo yang benar-benar tipenya.
"Gampang mom," katanya. Caslo mendelik tidak suka, ia memukul lengan Rendi kencang sampai pemuda itu mengaduk kesakitan. Clarissa menatap Caslo penuh peringatan. Namun dibalas lengosan kesal sang anak. Tampaknya Caslo tidak suka saat seseorang memanggil ibunya dengan sebutan yang sama sepertinya.
"Buset, galak amat dah," gumam Rendi.
"Gini tan,"jelasnya. Menendang pintu kayu itu hingga terbuka kasar dan menimbulkan bunyi yang begitu nyaring.
"AYAHANDA! ADA TAMU!" Tidak lama suara langkah kaki dari dalam terdengar.
"Bocah sinting! Pintu ke berapa ini yang kamu rusakin?" Pak RT Daniel keluar, sembari menggulung sarung. Rendi bersembunyi dibalik tubuh tegak Dimitri, kala Lia pun ikut keluar dengan spatula pink di tangannya.
"Siapa yang ngatain anak gua sinting?!" pekik bu RT Lia. Pak RT langsung kicep, sebelum mengusap bibirnya sendiri dengan kasar.
Dimitri dan Clarissa tampak bingung di depan pintu. Entah mengapa suasana seperti ini terasa begitu asing di mata mereka. Begitu pak RT mendekat, manik Dimitri tidak bisa untuk tidak membola. Ia kenal pria yang memakai sarung wadimor di depannya.
"Daddy kenapa?" tanya Caslo kala melihat sang daddy membungkuk hormat di depan pak RT Daniel.
"Pemimpin, saya---"
"Masuk, ngapain di situ? Mau namu gak sopan. Satu lagi, panggil saya pak RT," katanya pak RT Daniel. Dimitri mengangguk, masuk dengan yang lain setelah dibukakan pintu lebar.
"Mau dibuatin minum apa? Air putih aja ya? Gula pasir lagi mahal, jadi gak nyetok saya." Lia menyahut, membuat Dimitri menatapnya. Lagi-lagi manik pria itu membesar.
"Tidak perlu Quee--"
"Kamu tamu, bakal saya bawain air putih. Panggil aja bu RT." Lia berlalu dari sana setelah berkata demikian. Mendadak Dimitri menelan salivanya susah payah. Hening itu begitu terasa canggung, sebelum suara Daniel menginstrupsi.
"Loh nak Caslo, kamu di sini? Bukannya ilang ya. Aduh kamu itu, bapak cariin kemana aja sampe ngelapor presiden loh. Tapi tetap gak ketemu." Pak RT Daniel menatap Caslo dengan tatapan tidak percaya.
"Ini pak, saya ketemu keluarga saya. Jadi sekarang saya ikut mereka," jawab Caslo membuat pak RT Daniel menatap pria dewasa yang lain di sana. Sebelum anggukan paham ia berikan.
"Bapak ikut seneng kalo gitu." Caslo tersenyum tipis sebagai balasan. Tidak lama Lia datang membawa nampan berisi teko dan beberapa gelas. Wanita itu benar-benar menyajikan air putih untuk tamunya.
"Om, katanya mau nraktir, mana nih? Saya laper." Rendi menyahut yang langsung diangguki Azlan dan Ale. Tatapan tajam pak RT Daniel terarah padanya, membuat Rendi menunduk spontan.
"Ibunda, ayahanda matanya mau keluar." Lia sontak langsung menatap tajam sang suami, membuat Daniel menunduk begitu saja. Rendi menatap sang ibu penuh haru.
Tidak lama pintu diketuk, pesanan yang sebelumnya Dimitri bayar kini telah sampai. Makan malam terjadi, di rumah sederhana pak RT Daniel. Perdebatan kecil itu benar-benar terasa hangat.
_____
Hai, udah lama gak up Caslo. Part ini biarkan Caslo berkolaborasi dengan Rendi, Ale dan Azlan. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Eye
ActionArcaslo, pemuda yang tidak sengaja menonton live pembantaian keluarga seorang model Barcelona harus merasakan takutnya menjadi saksi, sekaligus incaran selanjutnya. Sebuah rahasia yang hanya ia dan keluarga tirinya yang tahu. Saat tepat di mana ia m...