Karena udah lama gak update. Disarankan baca part sebelumnya terlebih dahulu.
"Anak kodoknya yang ada corak bunganya ya opa?" ujar Caslo membuat tuan Cravis menghentikan aktivitasnya. Pria itu menoleh sejenak.
"Apanya?" Tuan Cravis benar-benar tidak mengerti dengan yang dikatakan sang cucu. Pria itu kembali melanjutkan membuka botol kecil berisi cairan yang akan cucunya minum. Sesuai perjanjian tadi, tuan Cravis akan membelikan Caslo anak katak kalau anak itu mau meminum vitamin.
"Ya badannya. Aku mau nya yang ada tatto bunga gitu, biar keliatan estetik," jawabnya membuat Aslan tersedak kopi. Pria dewasa itu terbatuk beberapa kali sebelum menatap Caslo dengan tatapan tidak percaya.
"Tidak bisa, tidak ada katak yang bertatto nak," jawab tuan Cravis. Caslo menggeleng pelan sebagai jawaban tidak setuju atas ucapan sang opa. Anak itu menunjukan gambar katak di ponselnya.
"Ini, ini ada buktinya. Aku mau yang kaya gini," tutur Caslo dengan nada menuntut. Tuan Cravis menggeleng pelan, sembari melempar tatapan tajam pada keluarganya yang tengah menertawainya di sofa seberang.
"Itu hanya gambar. Katak itu sedang menjadi ambassador celana dalam." Kening Caslo mengernyit tidak mengerti. Menghembuskan napas pelan, gagal sudah keinginan Caslo untuk memelihara anak kodok dengan motif bunga-bunga.
"Tapi opa bisa carikan yang seperti itu kalau kamu mau." Tanpa berpikir panjang, Caslo tentu mengangguk antusias. Opanya memang terbaik, semua hal tidak mungkin bisa menjadi mungkin.
"Ayah, jangan lagi. Nanti dia menangis," sela Dimitri yang sedari tadi diam. Pria itu tentu tahu, bagaimana jalan pikir ayahnya. Namun ucapan Dimitri barusan malam mengundang tatapan tajam Caslo.
"Apanya! Kalo gak tau itu gak usah ikut campur! Dasar orang tua!" tukasnya tajam.
"Dek, jangan gitu sama yang lebih tua. Gak sopan," tegur Andi membuat Caslo menghentakkan kakinya ke lantai. Anak itu tidak terima saat mendapat teguran dari sang abang.
"Sudah! Cepat minum ini, opa akan berangkat sekarang juga mencari anak katak untukmu," sela tuan Cravis membuat Caslo mengangguk antusias. Anak itu mendekat, duduk di samping sang opa.
"Tapi opa, aku mau nya anak kodok, bukan anak katak. Kodok lebih tinggi kastanya." Memberi pengertian dengan tatapan polosnya. Caslo membuat Jordan tertawa detik itu juga, disusul tawa kecil Aris.
"Iya-iya, apa pun itu." Tuan Cravis tidak ingin mengulur waktu lagi. Kini mengarahkan sendok yang telah berisi vitamin ke depan bibir Caslo. Anak itu membuka mulut dengan ringan, membuat sang opa semakin mudah menyuapi. Namun belum sampai masuk ke tenggorokan, Caslo sudah mengeluarkannya lagi.
"Huekk, uhukk uhuk ..."
Memuntahkannya di tangan sang opa. Caslo dibuat pusing oleh bau amis yang menguar dari vitamin tersebut. Clarissa yang sudah sedia dengan gelas susu di tangannya langsung memberikannya kepada sang anak.
"M-mau muntah," adunya membuat Dimitri dengan sigap membawa anaknya menuju kamar mandi terdekat. Berakhir dengan Caslo yang memuntahkan semua isi perutnya.
"Itu apa, Opa?" tanya Jordan pelan. Bukannya sehat, justru adiknya malah muntah-muntah. Apa sebenarnya yang diberikan sang opa?
"Minyak ikan," jawan tuan Cravis membuat Aslan menepuk dahinya pelan.
Tidak lama Dimitri datang dengan Caslo yang bersandar lunglai di dada bidang sang daddy. Muncul setitik rasa bersalah yang kini mengakar di hati tuan Cravis. Berhasil masuk tidak, justru malah membuat isi perut cucunya terbuang sia-sia.
Bisa dilihat manik Caslo yang terpejam. Anak itu masih menahan gerakan mengaduk pada perutnya. Setelah memuntahkan seluruh isi perut, bisa dipastikan bahwa lambung Caslo saat ini tengah kosong. Tuan Cravis mendekat kearahnya.
"Nak, maafkan opa ya? Itu tadi adalah minyak ikan. Bagus untuk per--"
Ucapan tuan Cravis terpotong saat Caslo mengalihkan wajahnya tidak mau menghadap ke arah sang opa. Anak itu memilih menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang daddy.
"Jangan sekarang ayah, nanti saja." Dimitri menepuk pundak sang ayah sebelum berlalu menuju kamar diikuti Clarissa. Raut wajah Caslo langsung terlihat pucat saat ini, mungkin efek karena habis muntah. Manik merah menyalanya pun turut redup. Membuat tuan Cravis semakin diliputi rasa bersalah.
"Daddy, mual. Kalo dikasih seblak mungkin gak mual lagi," lirih Caslo saat tubuhnya direbahkan di atas kasur. Dimitri mengangkat salah satu alisnya, tidak tahu makanan apa yang tengah dibicarakan sang anak.
"Itu sejenis roti gandum?" tanya Dimitri membuat Caslo mengangguk pelan. Anak itu memejamkan matanya.
"Bukan, itu adalah makanan pedas yang terkenal di Indonesia. Aku tidak tahu pasti, tapi kata Aris seperti itu," sela Clarissa sembari mengganti pakaian yang Caslo kenakan. Sedikit basah terkena air di toilet, jika dibiarkan putranya akan semakin sakit nanti.
Dimitri mendengus pelan, mengapa putranya setuju saat ia mengatakan seblak sejenis roti? Benar-benar unik dan aneh putranya yang ini.
"Masih mual, sayang?" tanya Clarissa yang hanya dibalas hening. Terkekeh pelan saat mendengar dengkuran halus. Clarissa ikut merebahkan tubuhnya di samping sang anak. Memeluk tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu dengan erat.
Ah, Clarissa benar-benar menyukai aroma minyak yang Aris rekomendasikan. Kalau tidak salah minyak telon namanya. Membuat Clarissa enggan jauh-jauh dari sang anak. Menghirup aromanya dalam-dalam, Clarissa merasa tenang.
"Menghirup aroma minyak ikan saja putraku langsung muntah. Apa ini normal?" tanya Clarissa pelan. Manik cantiknya masih tidak teralih sedikit pun dari wajah tenang sang anak.
Melihat reaksi Caslo tadi tentu membuat Clarissa secara impulsif dilanda perasan khawatir. Menghembuskan napas pelan, Clarissa mencoba menghilangkan rasa khawatir di hatinya.
Sesekali Clarissa akan mengecupi pipi yang kian bertambah volumenya itu. Ah, ini hasil kerja keras Clarissa selama beberapa hari terakhir yang diam-diam selalu menaruh vitamin penambah nafsu makan di susu sang anak.
"Hem, kalau alergi kurasa tidak. Ini normal, mungkin saja tubuh Caslo memang tidak bisa menerima sesuatu yang terlalu menyengat, itu reflek alami," jawab Dimitri.
Menghembuskan napas pelan, Dimitri ikut merebahkan dirinya di sisi sang anak yang lain. Seperti nya, siang ini mereka akan tidur bersama. Tidak ada yang berkerja, atau memasak. Rasanya jika sudah menghirup aroma kasur, rasa malas itu semakin menggebu saja.
"Apa kamu yakin?" tanya Clarissa. Dimitri memutar otak untuk memastikan sesuatu. Tidak lama pria itu menatap tepat ke manik cantik sang istri.
"Bagaimana jika nanti sore kita bawa dia ke rumah Neron?" tutur Dimitri membuat Clarissa mengangguk dengan cepat.
Neron-- pria asal Yunani yang merupakan dokter umum tebaik yang pernah Dimitri kenal. Namun sayang, pria itu tidak mau bekerja di rumah sakit atau tempat medis lainnya. Dia lebih memilih berdiam diri di rumah dan menghabiskan warisan yang seperti tidak akan berakhir.
Padahal, para dokter ahli mengakui bahwa Neron adalah dokter terbaik lulusan universitas favorit dunia.
Kata Neron, kalau sudah kaya, untuk apa bekerja?
______
Hai, update Caslo dulu ya. Dari tanggal 1 Januari loh bolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Eye
ActionArcaslo, pemuda yang tidak sengaja menonton live pembantaian keluarga seorang model Barcelona harus merasakan takutnya menjadi saksi, sekaligus incaran selanjutnya. Sebuah rahasia yang hanya ia dan keluarga tirinya yang tahu. Saat tepat di mana ia m...