22. Blood.

7.2K 1K 49
                                    

Senja kali ini terlihat lebih indah, apalagi jika di padukan dengan suasana harmonis. Petang akan menjelang sesaat lagi, anggota keluarga Cravis telah berkumpul menceritakan segala yang terjadi hari ini. Tampak semua nya bersatu, bergabung dalam satu bahasan.

"Caslo mana, Mom?" tanya Andi. Kini tidak ada lagi canggung, karena Andi dan Aris telah menjadi bagian resmi keluarga Cravis.

Mereka semua baik, berbeda saat dulu Dimitri datang ke Indonesia hanya untuk berunding. Setelah mendalami, tenyata mereka tidak seperti kelihatan nya. Andi dan Aris memiliki tempat khusus. Bahkan Clarissa dan Dimitri ingin mengangkat kedua pemuda itu sebagai anak.

Namun Andi dan Aris menolak, bisa merasakan hangat di tengah keluarga Cravis saja sudah sangat bersyukur. Rasa nya tidak tahu diri jika menginginkan lebih. Bahkan, tuan Cravis sudah menyiapkan sebuah gedung yang akan mereka pimpin nanti. Semudah itu memberikan perusahaan pada orang asing.

"Masih tidur kak, baru saja, sedari tadi bermain terus hingga lupa waktu," jawab Clarissa. Andi menggeleng pelan sebagai jawaban. Dasar anak kecil, pikirnya.

"Oh, bagaimana masalah kemarin? Sudah selesai?" tanya tuan Cravis tiba-tiba. Karena pria tua itu menatap Aris, maka kini Aris lah yang menjawab. Pemuda itu mengangguk pelan.

"Iya, Jordan membantuku," jawab Aris. Pemuda yang memang belum paham dengan dunia bisnis itu mendapatkan bantuan Jordan tempo hari. Ah, benar-benar tidak seburuk kelihatan nya.

"Bagus, kalian benar-benar cepat belajar. Kelak kalian nanti akan menjadi pemimpin yang hebat. Terus lah bekerja keras, karena nanti kalian juga akan memimpin perusahaan keluarga bersama Alka, Ars dan Jordan," tutur tuan Cravis. Aris dan Andi seketika mendongak, menatap tidak percaya tuan Cravis. Andi berdehem pelan.

"Apa tidak terlalu berlebihan? Maksud ku, dengan Opa memberi kami sebuah perusahaan saja sudah sangat cukup. Kami juga bukan anggota keluarga ini, aku rasa kami tidak bisa bergabung untuk memimpin perusahaan keluarga," jawab Andi sopan, tidak mau membuat yang ada di sini merasa tersinggung dengan ucapan nya.

"Tidak, kalian harus. Caslo juga tidak memiliki darah yang sama seperti kalian, tapi Caslo bisa menjadi bagian dari keluarga kalian. Jika Caslo bisa kenapa kalian tidak? Sejak kalian setuju untuk datang ke rumah ini, kalian telah menjadi bagian dari keluarga ini. Dan kalian harus ikut serta mengembangkan perusahaan," ujar tuan Cravis membalikkan kata. Kalimat nya memang terdengar amat memaksa, tapi Andi dan Aris bisa mendengar tulus di sana.

Bahu Andi di tepuk oleh Dimitri, membuat pemuda itu menoleh. Kini Andi baru sadar jika ia dan Aris telah menjadi pusat perhatian. Rasa nya seperti tidak di berikan ruang untuk menolak.

"Kamu, menolak menjadi anakku. Kali ini jangan lagi menolak untuk menjadi bagian keluarga Cravis. Izin kan kami membalas budi atas semua yang kamu berikan pada Caslo. Ah tidak, bukan balas budi. Tapi kami memaksa kalian," kata Dimitri. Andi tersenyum tipis sebelum mengangguk.

"Terima kasih," ucap nya yang langsung mendapat gelengan dari mereka. Menghela napas pelan, Andi merasa bahwa ia menemukan rumah baru.

Jeda panjang terasa kembali. Kali ini tidak ada yang buka suara, kembali pada kegiatan yang telah lama tertunda. Dimitri membaca kertas putih di tangan nya, laporan masalah yang terjadi di perusahaan cabang. Semakin hari semakin berkurang karena pertunjukan yang ia lakukan kemarin.

Tersenyum tipis. Lama terjun ke dunia bisnis tentu membuat Dimitri hapal jika perbuatan licik, harus di balas dengan kegilaan. Tidak ada yang nama nya kejahatan harus di balas dengan kebaikan.

Tes

Tubuh Dimitri membatu ketika setetes cairan pekat berwarna merah menetes di atas kertas putih nya. Dengan gerakan slow Dimitri mendongakkan kepala. Menatap anggota keluarga pria yang kini juga tengah bertatapan satu sama lain. Setetes darah keluar dari mata mereka bersamaan. Yang arti nya, ada pihak keluarga yang terluka dan mengeluarkan darah.

"S-siapa?" tanya Clarissa pelan. Kyle, Andi dan Aris terdiam, siapa yang terluka?

Tuan Cravis, Aslan, Dimitri, Alka, Ars dan Jordan bangkit dari duduk nya. Memeriksa diri sendiri untuk mencari asal luka. Namun, mereka tidak menemukan luka apapun di tubuh mereka. Semua anggota keluarga yang memiliki darah emas itu ada di sini kecuali--

"Caslo?" tanya Jordan yang membuat pupil mata Clarissa melebar. Wanita itu hendak berlari di ikuti yang lain nya jika saja tidak terdengar suara dari pintu halaman samping.

"HUWAA ANTON hiks ..." Lalu tidak lama muncul Caslo yang menangis di gendongan Antonio-- sekertaris pribadi tuan Cravis. Pria dengan wajah datar itu menunduk hormat.

"Tuan muda Caslo terjatuh dari pohon belakang," ujar nya to the point.

Dimitri menggeleng pelan sembari mengambil alih tubuh sang anak, bisa ia lihat luka di lutut Caslo yang mengeluarkan darah. Jadi ini penyebab mata mereka mengeluarkan darah tiba-tiba?

"Terima kasih, Antonio." Tuan Cravis membalas yang langsung di balas anggukan. Pria berwajah dingin itu langsung pamit setelah nya. Menghela napas pelan, tuan Cravis tahu bahwa Antonio ia tugaskan untuk melihat penyadap yang di pasang musuh, bukan untuk mengurus bocah kencur.

Kembali mendudukkan diri, Dimitri memegangi sang anak yang kini duduk di pangkuan nya. Sementara Clarissa tengah mengambil kotak obat. Anak nya itu masih menangis, kini mengangkat baju di perut nya untuk menunjukan luka baret.

"S-sakit Daddy hiks ... " adunya membuat Dimitri merasa tidak tega.

"Mengapa bisa terjatuh, Adik?" tanya Jordan membuat Caslo semakin menangis keras. Dimitri mengusap air mata yang jatuh di kedua pipi sang anak.

"Hiks jaring Spiderman di tangan aku udah tipis, kaya nya aku butuh makan laba-laba, cariin bang ..." ujar nya. Entah kini mereka harus merasa kasihan atau ingin tertawa. Tapi perkataan Caslo kini benar-benar menggelitik. Tidak lama Clarissa kembali dengan kotak obat di tangan nya.

"Padahal Mommy menyuruh mu tidur, mengapa bisa terjatuh dari pohon? Apa di alam mimpi juga ada pohon?" omel nya membuat Caslo kesal dan melampiaskan nya dengan memukuli perut Dimitri. Sudah tau anak nya terluka masih saja di marahi.

"Mommy kok marah, udah gak sayang aku lagi? Iya?" tutur Caslo membalas dengan bahasa nya. Yang ada di sana menahan tawa, drama sekali bocah itu.

"Kamu kok tidak dengarkan Mommy? Sudah tidak sayang lagi dengan Mom, iya?" Balasan Clarissa itu membuat Caslo menangis keras, prustasi. Sedangkan tawa langsung menguar hingga ke sudut ruang keluarga itu.

"Huwaaa aku don't don't like kalian. Aku benci, mulai sekarang kita gak kenal! Jangan deket-deket, aku gak mau sama kalian lagi! KITA END!" teriak Caslo yang langsung berlari keluar rumah.

Biarkan Caslo jadi sadboi kali ini.











_____

Jangan lupa voment :)

Golden EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang