18. Day One.

8.5K 1.2K 102
                                    

Menatap hamparan biru cerah di sana memang mampu membuat hati Caslo sedikit tenang, setelah baru saja terjadi kegaduhan. Embusan angin yang membawa aroma petrikor mampu membuat pikiran plong.

Memutar kembali kejadian beberapa waktu lalu, mampu membuat seulas senyum tipis terbit di bilah bibirnya. Ia bahagia, membuat binar indah terpancar di bola mata merahnya. Hingga sang Surya merasa iri akan pesona yang dikeluarkan.

Tinggal bersama keluarga kandung adalah impian Caslo saat tahu bahwa ia hanya anak angkat Ayah dan Bunda. Namun saat itu masih terlihat semu, tabu dengan kasih sayang yang keluarga angkatnya limpahkan. Barulah saat dua sosok yang di anggap orang tua pergi untuk selama-lamanya, Caslo merasa kan impian itu lagi.

Bagaimana kembali merasakan hangatnya sebuah keluarga kandung. Keluarga yang memiliki ikatan darah diantaranya. Hingga ikatan nadi itu terasa begitu nyaman.

Caslo sangat bahagia saat tuan Cravis berkata Andi dan Aris akan tinggal bersamanya, di sini, bersama keluarga kandungnya. Simpul rumit yang membuat pikirannya pusing seketika akhirnya terlepas dengan rumus singkat seorang Cravis.

"Oh my God! Cio apa yang kau lakukan sayang?!" Pekikan kaget yang baru keluar dari bibir Clarissa itu mampu membuat Caslo yang tengah bersandar di dahan pohon tersentak kaget. Beruntung, tangan Caslo selihai kera yang memiliki refleks bagus.

"Mommy! Kaget tau!" Caslo merenggut sebal, lamunannya harus di paksa keluar.

Padahal Caslo sudah menyiapkan schedule. Niat Caslo, setelah ini akan menghalu menjadi orang kaya yang memiliki pabrik sendal jepit dimana-mana. Lalu berpindah dari satu negara ke negara lainnya menggunakan payung terbang, bukan lagi pesawat tebang.

"Astaga Nak. Turun sayang, Mom bisa jantungan saat ini kalau kamu tidak turun." Clarissa memegangi dadanya yang berdetak cepat. Wanita itu berteriak memanggil sang suami yang kebetulan lewat dengan Alka.

Hingga dua pria dewasa itu datang dengan langkah tergesa, ikut bingung dengan nada panik yang wanita cantik itu keluarkan. Begitu tahu alasannya, Dimitri dan Alka langsung menengadahkan kepala. Menatap seorang bocah cilik yang melambaikan tangan di atas sana.

"Halo Daddy, Alka. Hou kabar yu?" Sapanya pelan. Tanpa tahu sopan dengan menyebut Alka tanpa embel-embel yang pantas. Cengiran lebar ia tampilkan, membuat sepasang mata merah itu tenggelam seperti senja.

"Apa yang kau lakukan, turun." Kendati sedikit kesal, Alka tetap menyuruh sang adik untuk segera turun. Takut bila dahan basah itu akan membuat adiknya terjatuh.

"Ini mau turun kok, gak usah di suruh juga kalee." Mendengus pelan, caslo bangkit di dahan pohon. Merentangkan tangannya ke arah Dimitri. Otot tegap itu tidak mungkin tidak bisa menahan berat tubuhnya.

"Oi Daddy, berhubung anak mu yang baik ini males cosplay mankey, jadi tangkep ya?" Sudah ancang-ancang, Caslo masih ragu untuk menjatuhkan diri jika Dimitri belum memberikan jawaban. Namun saat melihat anggukan itu, senyuman Caslo langsung melebar.

"Aaaa!! No! Kalau jatuh bagaimana?" Clarissa berteriak histeris. Tidak ingin mengambil resiko kalau suaminya gagal nanti. Putranya pasti akan terluka. Namun jika di pikirkan kembali, bagaimana jika putranya justru terjatuh saat mencoba turun?

"Tenang Mom." Ujaran tenang itu membuat Clarissa sedikit merasa tenang. Tidak pernah keluar kamar membuat Clarissa tidak pernah melihat kemampuan sang suami yang bahkan bisa membunuh dua singa sekaligus.

Sedangkan di atas sana, Caslo semakin melebarkan senyumnya. Membuat Dimitri ikut mengulas senyum tipis melihat sang anak yang suka bermain dengan resiko. Merentangkan tangan lebar, Dimitri menangkap sang anak yang baru saja terjun bebas dari dahan tinggi tersebut.

Sangat ringan. Bagi Dimitri.

Clarissa yang masih menyetabilkan detak jantungnya itu langsung mendekat. Memeluk sang anak yang kini bersantai digendongan sang suami. Sungguh Clarissa di buat tidak percaya dengan kejadian barusan. Bagaimana Caslo bersiul senang setelah melompat dari tempat yang tinggi.

"Seru banget! Daddy, nanti lompat dari lantai dua boleh?"

"TIDAK!"

_____

Caslo baru saja bangun tidur siang saat Jordan datang dan menganggu nya. Bertanya soal Andi dan Aris, kedua manusia itu tengah ikut bersama tuan Cravis. Di ajarkan ilmu berbisnis sebelum nanti Dimitri menyerahkan salah satu cabang perusahaannya untuk di kelola.

Caslo tentu senang, itu artinya masa depan kedua Abangnya terjamin. Andi dan Aris tidak perlu lagi bekerja di pabrik, lalu pulang dengan tubuh yang terlihat kelelahan setelah banyak mengangkat beban. Nanti, Andi dan Aris hanya perlu menggunakan otak untuk bergerak.

"Adik, Abang ini Abang mu jugakan?" Jordan bertanya demikian, membuat Caslo mengernyit bingung dibuatnya. Mengangguk pelan sebagai jawaban, membuat senyuman tipis di sudut bibir Jordan terlihat. Selama ini, ia iri melihat kedekatan Caslo dan kedua pemuda asing itu. Jordan juga ingin dekat dengan sang adik.

"Abang perlu bukti, bisa berikan Abang satu ciuman?" Tanyanya membuat Caslo semakin bingung. Namun Caslo tetap bergerak memberi kecupan di pipi sang Abang.

"Sedari dulu, Abang ingin sekali memiliki adik. Jujur saja, Abang kesepian, terlebih menjadi adik dari Alka dan Ars benar-benar membosankan. Saat tahu bahwa Mommy mengandung dulu, Abang sangat bahagia. Namun semuanya tidak berjalan lama, saat berita kehilanganmu. Bertahun-tahun, sebelum Abang mendengar bahwa kau telah kembali. Jadi, bagaimana jika kamu yang ada di posisi Abang?"

Caslo terdiam, bila di pikir kasihan juga berada di posisi Jordan. Arcaslo yang notabenya bocah hiperaktif tentu tidak akan tahan jika merasakan apa yang Jordan rasakan. Menggeleng miris, Caslo menepuk pucuk kepala sang Abang dengan raut tanpa dosa.

"Sabar ya adik Jordan, sekarang sudah ada Abang Caslo yang akan menemanimu." Ujar Caslo dengan nada lebih dewasa. Namun tidak bisa di pungkiri bahwa kata-katanya mampu membuat dua orang wanita yang sedari berdiri di ambang pintu tertawa lepas.

Mendengus keras, Jordan menjitak kepala sang adik sebelum berlari keluar. Takut Kyle akan murka karena Jordan baru saja melakukan tindak kekerasan pada bocah kesayangannya itu. Caslo yang hendak turun dari kasur untuk mengejar Jordan itu langsung dihentikan sebelum kakinya bahkan menyentuh lantai.

"Iya? Dengan saya?" Tanyanya bingung. Kyle hanya menggeleng pelan sebelum mengusap wajah mungil itu dengan telapak tangannya.

"Ingin kemana?" Kyle berujar, ikut duduk di samping sang ponakan yang kini mulai merebahkan diri lagi. Namun Clarissa menahan tubuh anak itu agar tidak jadi kembali tertidur.

"Tadinya mau ngeejer Abang, tapi gak jadi. Ya udah mau bobok lagi." Jawabnya santai. Mendengus pelan, Clarissa membuka baju sang anak dengan tiba-tiba membuat Caslo ikut berjengit kaget.

"Sudah sore, lebih baik mandi agar tidak telalu dingin. Lihat, anak Mom baru saja memproduksi pulau di bantalnya."

"Wangi kok."

Cup

"Memangnya siapa yang bilang anak Mommy bau?"

"Daddy bilang gitu tadi. Katanya Caslo itu jelek, bau juga."












_____

Seharusnya up besok, tapi warga GC maksa update malem ini.

Semangat buat kalian yang masih ulangan, bukunya di baca, jangan hp nya yang dipantengin.

Golden EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang