4. Waspada

6.7K 1.1K 92
                                    

"Udah, udah nggak papa. Jangan nangis lagi. Besok Abang bilangin Pak RT ya?" Bujuk Andi membuat Caslo mengangguk pelan. Seringai tipis yang tidak Andi sadari itu terlihat.

Akhirnya Caslo berhasil membujuk sang Abang untuk melabrak anaknya Pak RT bernama Rendi. Bukan hanya Rendi saja yang kena, pasti Aleon dan Azlan pun ikut terkena getahnya. Salahkan saja mereka yang mengerjainya tadi siang.

Caslo percaya, Pak RT Daniel pasti akan berbuat adil seperti biasa. Lalu Pak Rama penjual Boba depan komplek akan di panggil atas kenakalan Aleon. Menghela nafas pelan, Caslo sedikit miris mengingat Azlan tidak tahu siapa yang di panggil.

Komplek swistories ini memang sangat disiplin terhadap warga. Ya, karena para warganya takut melihat Pak RT mengamuk dengan sarung bermotif batiknya membawa spatula kayu di tangan.

Caslo saat ini tengah bermanja-manja dengan sang Abang. Di temani api unggun kecil buatan Aris. Gitar tua yang di petik Aris pun menghasilkan nada yang cukup indah. Belum lagi lagu yang di bawakan pemuda itu di awali dengan kunci C minor.

Entah mengapa, Caslo suka mendengar petikan nada di senar gitar dengan kunci C minor. Padahal jika di satukan dengan kunci yang lain akan lebih menghasilkan irama nan merdu.

Ketiga pemuda itu berada di belakang rumah. Tempat gelap yang langsung menghadap tembok rumah tetangga, sangat tidak enak di pandang mata. Namun mau bagaimana lagi, rumah yang mereka tempati ini tidak memiliki halaman.

"Mau peluk Abang."

Tidak menunggu lama, tanpa perlu di perjelas Andi dengan segera langsung merengkuh tubuh kecil itu dalam dekapnya. Memberikan hangat di tengah udara malam yang dingin. Adiknya yang satu ini jika sudah manja sangat-sangat menggemaskan. Membuat Andi kadang suka merasa bersalah karena tidak bisa memberikan hal yang lebih.

"Bang, mau e'ek" ujar Caslo tiba-tiba membuat Andi menoleh seketika sedangkan Aris menghentikan petikannya.

Menghela nafas sebentar, akhirnya Andi bangkit untuk mengantar sang adik ke kamar mandi. Satu hal yang ingin Andi beritahukan, adiknya ini kalau makan sekali bisa dua kalian ke kamar mandi.

Dulu saat masih kecil sekali, saat kedua orang tuanya berkata bahwa pencernaan Caslo sedikit bermasalah. Oleh sebab itu Andi merasa bersalah, ia tidak bisa memberikan makanan bergizi untuk mempermudah tubuh Caslo dalam mencerna. Bisa makan pun mereka sudah amat bersyukur.

Setelah kembali dari kamar mandi, Caslo kembali bergabung dengan Abang keduanya. Pemuda itu terlihat menikmati setiap alunan nada yang di hasilkan. Caslo tersenyum tipis, mengingat bahwa cita-cita abangnya yang satu itu adalah menjadi seorang penyanyi.

Di tengah kehangatan yang keluarga kecil itu rasakan, dering ponsel Caslo mengganggu hingga membuat perhatian kedua Abangnya teralih. Calso izin untuk mengangkat panggilan dengan alasan Azlan yang menelpon. Setelah mendapat anggukan barulah Caslo bergegas pergi.

"Ngapa Pan?" Tanyanya. Terdengar dua seberang suara grasak-grusuk yang ketara sebelum suara Alvan akhirnya terdengar.

"Kas! Gila Kas! Lo tau gak gue tadi mau di culik? Dan baju orang itu sama banget sama yang di pake pembunuh waktu itu!" Alvan berteriak heboh. Hendak memberitahu Caslo tentang apa yang terjadi padanya hari ini.

Namun, justru perkataan Alvan membungkam Caslo sepenuhnya. Ternyata, yang hampir di culik bukan dirinya saja namun juga Alvan. Dengan ini, Caslo semakin yakin bahwa kasus pembunuhan berantai ini berkaitan dengan live di situs ilegal itu.

"P-pan. Bukan lo aja, gue juga iya. Untungnya tadi ada Abang gue, kalo enggak mungkin nasip gue bakalan sama kek Bian." Ujarnya membuat kali ini Alvan yang bungkam. Hingga suara di seberang sana kembali terdengar, menyuruh Caslo untuk lebih waspada lagi. Karena, mereka pun tidak tahu kedepannya akan seperti apa.

Setelah panggilan di matikan. Caslo segera mematikan ponselnya, untuk sementara waktu mungkin ia tidak bermain ponsel terlebih dahulu. Bisa saja, para pembunuh itu mengetahui keberadaannya dengan cara melacak lokasinya lewat benda persegi itu.

Menghela nafas pelan, ia memilik kembali kepada dua Abangnya. Sungguh, Caslo tidak bisa membayangkan jika akan mengalami kematian seperti Bian. Dan yang paling tidak bisa adalah Caslo meninggalkan kedua Abangnya.

"Kenapa hem?" And bertanya, saat Caslo tiba-tiba duduk di pangkuannya. Adiknya itu entah mengapa terlihat manja, padahal jika dalam mood yang biasa. Caslo selalu mengomel jika Andi memangkunya.

"Cuman mau bilang, kalo aku sayang banget sama Abang, sama Abang Aris juga." Ujarnya membuat Andi mengernyitkan keningnya. Bertambah bingung dengan kata-kata Caslo.

"Abang juga sayang kamu. Tumben bilang sayang?" Aris yang sedari tadi diam pun mulai turut ikut bicara, tidak lagi bisa menahan pertanyaan saat adiknya bersikap aneh.

Caslo menanggapi nya dengan gelengan sebelum menunjuk pipi nya dengan telunjuk, "mau kiss." Ujarnya membuat Aris tertawa keras. Pemuda itu langsung menghempaskan gitarnya ke tanah sebelum melompat heboh ke arah sang adik. Mengecupi kedua pipi berisi itu dengan gemas hingga membuat Andi sedikit kesulitan untuk menahan bobot kedua adiknya itu.

Tentu saja pemandangan tersebut membuat Andi heran, pasalnya Caslo tidak mau di cium berlebihan. Namun saat ini Aris seperti orang gila, tetapi Caslo tetap diam. Namun tidak lama, tawanya terurai kencang.

Saat Aris mental beberapa meter akibat tendangan Caslo. Katakan bahwa ia sulung yang jahat, karena nyatanya memang pemandangan itu terlihat lucu di matanya. Bisa ia lihat Caslo mengelapi kedua pipinya dengan baju yang ia pakai.

"Rabies!" Pekik Caslo kencang membuat Aris merenggut. Pemuda itu duduk dari posisi terjungkalnya sebelum menatap adiknya nyalang.

"Enak aja! Tadi siapa yang mau kiss ha?" Sungutnya kesal, saat ini bisa Aris rasakan bokongnya yang sedikit berdenyut nyeri. Tendangan adiknya itu tidak main-main kuatnya.

"Aku mau kiss Abang Andi, bukan ente. Jangan ge'er jadi orang!" Balas Caslo sebelum mencuri kecupan di hidung mancung si Abang sulung.

Aris ingin sekali membalas kelakuan adik nakalnya itu, namun ia sadar bahwa Andi ada di sini. Lihat saja nanti malam, Aris akan menggotong Caslo saat tidur dan memindahkannya di luar rumah.

"Dasar Adek laknat!" Gumam Aris yang masih dapat di dengar Caslo. Membuat anak yang tengah memainkan rambut sang Abang itu langsung berbalik, menatap Aris dengan sengit. Caslo memekik.

"Dasar setan! Ku kutuk kau jadi babi!"

Golden EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang