Cewek Bar-Bar & Cowok Kalem (TAMAT)

Sepuluh

.   R

.   E

.   V

.    I

.   S

.    I

"Tidak perlu."

"Saya tidak menginginkan itu semua, saya tidak ingin Sandra ataupun yang lainnya."

"Bagi saya, untuk apa saya mencari perempuan lain? Kalau saya saja sudah mempunyai istri."

Ucapan Kenan teringiang-ngiang di dalam pikirannya, waktu malam saja, tidurnya saling memunggungi.

"Ra, lo kenapa? Dari tadi sampe sekarang murung mulu, ada masalah ya? Untung tadi gak ketahuan guru kalo lo kerjanya ngelamun mulu."

"Cerita dong kalo ada masalah," lanjut Rani, sambil menompang dagunya di kedua lipatan tangannya di atas mejanya.

"Gue gak pa-pa," jawabnya.

"Masa sih, kok muka lo gak meyakinkan ya?" Tanya Silvi, gadis itu duduk di atas mejanya Naura,

Naura mendengus mendengarnya.  "Gue beneran gak pa-pa."

Keduanya mengangguk saja, meskipun ada sedikit menjanggal di hatinya.

"Kalo ada masalah, cerita sama kita. Gue tau lo punya masalah mungkin lo belum mau cerita, it okay Gak masalah. kita akan tunggu kalo lo mau cerita sama kita."

Naura mengehela napas, sekuat apapun dirinya menutupinya, tapi keduanya tetap saja mengetahui jika dirinya ada masalah akhir-akhir ini.

Emang kelitan ya? Di wajahnya kalo ada masalah?

"Makasih, udah ngertiin gue," balas Naura.

"Kita selalu ngertiin lo Ra." Naura tersenyum mendengar perkataan Rani.

"Oke, kita bahas yang lain aja ya, Ra?" Ujar Silvi.

"Hem?" Balas Naura dengan deheman.

"Nanti'kan ulang tahun doi lo? Gimana dengan rencananya nih."

Pembicaraan ini sangat serius, Naura merapat tubuhnya kedua temannya.

"Oh iya, gue lupa."

Keduanya langsung saja menoyor kepalanya Naura.

"Lo gimana sih? Doi mau ulang tahun aja, lupa lo." Naura cengengesan.

"Ya, gue banyak pikiran. Jadi lupa deh," ucapnya lesu.

Rani berdecak mendengarnya,  "lo banyak pikiran, atau?! ... lo punya utang ke warung yang sering kita jadiin bolos, ngaku lo!" ucapnya menggebu-gebu.