Delapan Belas

3.5K 185 1
                                    

   R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.   R

.   E

.   V

.    I

.   S

.    I

Naura menyeka peluh yang terus membanjiri seluruh tubuhnya.
Kedua temannya mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya.

"Gila sih tadi, pak kepala sekolah kalo udah ngomong beuh panjang kali lebar, lo tau apa yang di sampaikan pak kepala sekolah?" Naura dan Rani hanya menggelengkan kepalanya.

"Tuhkan! Lo berdua juga gak dengerin ceramahnya pak kepala sekolah. Gue mah kasian sama pak Kepala sekolah udah ngomong banyak sampe kering tuh tenggorokan eh auto gak ngedengerin."

"Coba aja gue kalo jadi kepala sekolah ngomongnya gak banyak-banyak contohnya, ' saya berterima semua murid kerja samanya, hanya itu saja yang saya sampaikan kurang lebihnya saya minta maaf, terima kasih dan salam' nah gitu doang, pasti semua murid langsung senang sama gue."

Rani menggeplak paha Silvi, "kalo lo jadi kepala sekolah, lebih baik gue ke kelas aja, gak usah ngedengerin bacotan lo. Waktu gue lebih berharga soalnya," timpal Rani.

"Gegayaan lo Ran, bacotan gue walaupun dikit tapi bermakna tau gak coy." Silvi menyahuti lagi.

"Terserah dah lo ye."

Hening beberapa saat.

"Adem banget sih di sini, santai-santai di sini bukan di kelas, percuma juga di kelas kalo lagi free," ucap Rani, Silvi hanya mengangguk saja, Naura sama sekali tak menimpali ucapan kedua temannya, gadis itu sibuk memainkan hepenya dengan earphone-nya.

Waktu habis upacara ketiganya membeli minuman lalu langsung ke pohon rindang tersebut.

Tidak asing lagi ketiganya di bawah rindangan pohon asem, bagi mereka di situ seperti kedua tempat tongkrongannya, bahkan di pohonnya terdapat ukiran nama ketiganya.

Rani menepuk keningnya sendiri ketika mengingat kalau di sini bukan sekedar duduk-duduk saja, tetapi keduanya ingin menginterogasi Naura.

"Eh ngapa lo nepuk jidat sendiri?" Tanya Silvi sembari memegang boba.

"Eh lo lupa? Kitakan pengen interogasi Naura? Soal kejadian tadi pagi."

Silvi juga sama yang di lakukan Rani tadi, menepuk jidatnya sendiri. "Ih! Iya, gue lupa."

Tak lama Keduanya duduk semakin dekat ke Naura, gadis itu tak terusik karena telinganya tersumpal oleh earphonenya.

Gadis itu tersentak saat lagi enak-enaknya malah ada yang mengguncangkan tubuhnya yang tak biasa.

Cewek Bar-Bar & Cowok Kalem (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang