Dua Puluh Lima

3.4K 181 21
                                    

   R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.   R

.   E

.   V

.    I

.   S

.    I






Keesokan harinya Naura tidak sekolah karena kena skors oleh pak Suprito.

Keadaan hening yang Kenan pijak saat ini, angin menerpa di helai rambut rapi itu.

Ia memikirkan masalahnya dengan Billy yang saat ini belum berbaikan dan di tambah lagi masalah Naura yang saat ini tengah menjalani skornya.

Padahal ia melihat ke dua sejoli agak asing tengah berciuman di belakang sekolah, kenapa Pak Suprito tak mendengarnya dari mulut murid sekolah ini? Apa hanya dirinya saja yang melihatnya? Makanya kedua itu lolos dari pak guru Suprito, BK.

Tapi kata tantenya bilang kalau di belakang sekolah juga terdapat cctv, seharusnya sebagai guru harus memantaunya.

"MARIO!" Dengan Reflek kepala Kenan menengok, di sana ada Billy.

Billy hanya diam saja ketika melihat Kenan, dengan cepat Billy membalikan tubuhnya ingin meninggalkan rooftop kala adanya Kenan di tempat itu.

"Billy berhenti, saya mohon!" Billy berhenti melangkah saat Kenan meneriaki namanya.

Ia yakin pasti ini rencananya Mario, baiklah Billy akan ikut saran dari Mario agar tak lari dengan masalah ini.

Kenan sudah berada di hadapan Billy. "Bil saya tau, saya paham. Kalau kamu kecewa sama saya, saya minta maaf untuk masalah merahasiakan pernikahan saya dengan Naura."

"-Sebenarnya saya tidak menginginkan merahasiakan pernikahan saya dengan Naura tapi keadaanlah yang membuat saya bungkam, saya di sini tidak ingin egois. Saya harus memikirkan Naura yang ingin merahasiakan ini semua termasuk sahabat-sahabatnya, lalu saya bisa apa? Saya hanya bisa mengalah. Bil jujur saja saya tidak bermaksud membohongimu."

"-Saya juga akan jujur denganmu hanya saja saya ingin waktu yang tepat, tapi takdir berkata lain kamu dan Mario sudah mengetahui ini semua, saya sekali lagi minta maaf."

Billy masih memunggungi Kenan, lelaki itu teringat ucapan Mario tadi malam.

"Bil, kita bertiga temenan lama, lo juga bukan anak kecil lagi." Billy yang tak terima menghentikan memetik senarnya.

"Apa lo bilang? Gue anak kecil? Lo tau kesalahan Kenan itu Fatal, dia bohong sama kita. Kata lo sahabatan kita lama kan? Tapi kenapa masalah besar dia gak mau kasi tau kita. Gue kecewa sama dia Yo."

Mario menatap serius pada sahabatnya, "apa lo gak liat gue? Gue juga kecewa sama dia Bil, gue kecewa. tapi gue mau berpikir dewasa aja."

"-Bil, setiap orang itu ada privasinya masing-masing gak selamanya kita tau pribadinya. Kita sahabat bukan berarti kita harus tau semua privasinya."

"-Lo coba ngomong sama dia, lo jangan jadi pengecut yang selalu menghindari Kenan."

"-Ingat Bil, semua tindakan ada alasannya, lo harus tau kenapa Kenan merahasiakan pernikahannya, jangan mengambil kesimpulan sendiri kalo lo gak tau apa-apa."

"Dan satu lagi, Kenan bukan bohong sama kita, tapi dia belum cerita aja sama kita."

Itulah ucapan Mario, sampai detik ini terekam oleh otaknya.

"Bil," panggilnya, membuat Billy berbalik badanya ke arah Kenan. "Saya minta maaf."

"Gue udah maafin lo, tapi lo jangan tutupin masalah lo sendirian kita sahabat Ken." Setelah itu kedua lelaki itu berpelukan.

"O aja ya kan? Gue di lupain, awas lo berdua." Mario dengan mebgatakan tiba - tiba. Vowok itu juga sudah berada di anatara Kenan dan Billy.

Billy merangkul pundak Kenan, "lo mau di peluk juga?"

"Ogah!" Mario tak sesuai dengan perkataannya, lelaki itu merangkul pundak Kenan sebelahnya.

"Akhirnya kita baikan juga, adem nih liatnya." Billy dan Kenan hanya tersenyum saja.

Ketiga lelaki itu melepaskan rangkulannya. "Eh iya si Naura gimane? Beneran di skors?" Tanya Mario, lelaki itu duduk di kursi penuh coretan.

"Iya, dia sekarang lagi di rumah Mommy. ingin bertemu dengan kakak perempuan saya," jawabnya.

"Emang kakak lo dateng ke Indonesia jam berapa?" Tanya Mario.

"Lima pagi."

. . . .

Ketiga perempuan yang berbeda gender itu tengah memasak di dapur. "Gimana kuliah di sana Kak?" Tanya Naura, sambil memotong cabai merah.

"Ya, lumayan sih tapi bukan lumayan lagi deh, kepala kakak hampir pecah kuliah disana, saingan kakak banyak dan berat-berat." Naura terkekeh mendengarnya.

"Gue bisa gak ya, kak. Kuliah di sana?" Tanyanya, kakaknya Kenan Meisya tertawa.

"Kamu bisa kalau belajar yang giat." Naura mengangguk kepalanya.

"Oh iya, kamu kenapa bisa di skors?" Tanya Meisya.

"Gue ciuman sama Kenan, malah kena skors."

"Loh bukannya kamu sudah menikah dengan adik saya?"

"Emang kak, tapi gak tau juga kenapa bisa gitu. Mungkin pak Suprito punya dendam sama gue kali ya?"

"Masa seperti itu? Sepertinya kurang kerjaan sekali kalo guru BK dendam sama kamu Ra?"

"Iya sih." Tiba-tiba Nuara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tapi masalahnya cuma ciuman doang, itu juga ada alasannya, ya seharusnya di wajarin lah, tapi tetep aja salah di mata pak Suorito dan gue gak bisa membela diri lagi.

"Tapi kamu juga minta keadilan Ra."

"Ya gimana lagi, kak. di mata semua gue selalu salah, dari pada nguras tenaga tapi sia-sia mendingan diem aja, yang penting gak di keluarin sekolah aja sih."

Meisya hanya mengangguk kepalanya.

"Khemm, kalian asik sekali memgobrolnya? Sampai-sampai Mommy di abaikan."

Meisya merangkul Mommynya, "Mommy, jangan merajuk dong."

Naura mematikan kompornya.

"Mommy tidak merajuk kok, Mei." Mommy-Rina menimpalinya.

Tak lama Meisya melepaskan pelukannya.

"Eh iya, mom. Sebentar lagi Kenan ulang  tahun ke tujuh belas-"

"Whatt! Maksud lo sekarang masih 16 tahun?" Meisya mengangguk kepalanya.

"Kok bisa?"

"Ya bisalah, Kenan itu sekolahnya kecepatan saking jeniusnya dari kecil."

"Gue ulang tahun dua bulan lalu Kak, ke delapan belas. Berarti gue pedopil dong nikah sama brondong muda."

"Bisa saja kamu Ra," timpal Mommy- Rina.

"Masakan udah selesai, yook kita hidangkan masakan kita di meja makan."

"Ayo kak, mom. let's go!" Setelah mengucapkan itu, Ketiga perempuan itu tertawa.

15-03-22
......

Cewek Bar-Bar & Cowok Kalem (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang