Jangan lupa klik bintang di bawah kirii, komennn, shareee, dan kasih tau ke temen-temen kalian kalo ridem udah update gesss akwoawk. Happy reading!
Daniel Caesar - Little Rowboat
•°•°••°•°•°••
Angin kencang yang dinginnya terasa menusuk tulang malam itu, tidak hadir sendiri. Ia datang bersama hujan deras yang tiada kunjung berhenti membasahi Jakarta sejak tadi sore. Mengayun-ayunkan deretan lampion yang menggantung ke untaian kabel pada salah satu gang sempit Pecinan terpencil yang jauh dari keramaian kota. Membuat tanglung-tanglung merah itu basah kuyup. Tiap derai yang dibawanya menghasilkan suara tak beraturan pada atap yang menaungi lorong teras pertokoan. Dan karenanya, meja-meja yang diletakkan di bagian luar salah satu tempat makan di sana jadi begitu sepi sebab pengunjung yang lain lebih memilih untuk tetap berada di dalam. Itu pun tidak banyak.
Dan mungkin memang hanya seseorang saja yang setia duduk di area itu tanpa sama sekali terganggu oleh cuaca. Dia yang merokok di kursi paling ujung, menghadap ke sepanjang arah arkade sehingga terpaan hujan ada di dekat sisi kiri tubuhnya. Meja di hadapannya tampak dihuni oleh asbak, korek, juga cangkir porselen besar berisikan teh krisan. Setengahnya tandas diminum sejak tadi.
Bosan, pria berambut rapi itu kini mengembuskan asap dari mulutnya sambil mendongak, hingga jakunnya jelas tampak. Bibirnya yang dibuat mengerucut menjadikan segumpal kepulan putih serta-merta menerobos keluar dari balik dua belah daging itu, melayang-layang di udara untuk beberapa saat, lalu hilang terbawa angin ke berbagai arah.
Lantas ia hela napasnya yang terasa terhambat di dada. Paru-parunya memang sedikit sesak akhir-akhir ini, tetapi hal itu tidak menjadikannya berhenti merokok. Batang putih kecil di antara telunjuk dan jari tengah tangan kanannya, ia bawa lagi ke bibir dan diisap dalam-dalam. Mulutnya kembali dipenuhi asap, dan ini sudah puntung ke sekian yang ia habiskan hanya untuk menanti seseorang. Menanti wanita yang tidak kunjung datang memenuhi permintaannya padahal sudah lewat seperempat jam.
Dia sejatinya bukan orang yang suka dengan keterlambatan, bahkan begitu benci bila ada seseorang yang tidak tepat waktu. Namun untuk kali ini, perasaannya berbeda. Ada kepentingan besar yang perlu ia lakukan, dan bila dikerjakan bersama dengan orang ini, ia yakin hasilnya akan luar biasa.
"Bara?"
Pria tadi terdiam sejenak, lalu menengok perlahan ke belakang pada suara wanita yang memanggil namanya.
"Lo Bara?" tanya sosok berparas ayu itu sekali lagi, tak sabaran.
Jelas. Sebab tangan kiri wanita itu terlihat sibuk menenteng tas merk ternama sambil memegangi payung demi menghalau rintik hujan, sedangkan yang kanan berusaha menyingsing rok longgarnya yang telanjur basah oleh ciprat-ciprat genangan air plus tanah ketika ia melangkah. Terlihat rempong.
Namun lupakan penampilannya yang "porak poranda" ini sejenak. Lelaki bernama Baraja yang telah menghubunginya lewat direct message Instagram semalam, memang benar telah memintanya untuk bertemu di sini. Jadi, benar pria ini 'kan?
"Duduk depan situ, Lisa."
Tidak mengangguk dan tidak pula menggeleng, pria tadi, Bara, tersenyum tipis usai menitahkan. Senang sebab akhirnya penantiannya usai. Ia mengembalikan arah kepalanya ke depan, mengosongkan asap di dalam mulut sampai benar-benar hilang, lalu menekan batang rokoknya yang belum habis betul ke dalam asbak kuningan di tengah meja hingga mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM
Fanfiction"Suara drum, bass, keyboard bakal ganggu telinga lo, lo fokusnya ke gue aja. Ok?" "Emang lo kira gue fokusnya bakal kemana selain ke lo?" "You're trying to make me melt." "Eh, maksud gue bukan.. Anjir, salah ngomong! Sorry, maksud gue, gue fokusny-"...