14. Pray

12.2K 979 375
                                    

LANJUT BACA AJA LANJUT! TAPI VOTES DULU WEY!!

Cari tempat tenang, jauhi keramaian, pasang earphone. Lagunya kali ini pake "Loose" punya Daniel Caesar dulu ya, biar lebih ngena heu heu

HAPPY READING!

•°•°••°•°•°••

"Iya sekarang, piyamaan aja. Kita keliling-keliling mobilan, sambil ngomong-ngomong. Mau ngga?"

"..."

"Keluarnya berdua aja. Aku siap-siap dulu habis ini kak Gre aku jemput. Ya?"

•°•°••°•°•°••

Di malam yang suasananya tetiba jadi canggung itu, hanya volume rendah dari musik pop barat versi piano yang terus menjadi pengiring bagi salah satu mobil, jauh dari hingar-bingar. Mengitari kota, kendaraan berisi dua orang itu melaju pelan di jalanan kota yang tentunya masih ramai meskipun jam memasuki pukul sebelas. Tak ada obrolan, tak ada selingan. Masih enggan keduanya berbalas sapa, alhasil memandang objek lain jadi jawabannya, mungkin?

Pun Gracia yang terus bungkam, tak membawa ponsel seperti kesepakatan. Siku kirinya melipat dan bertumpu di doortrim, ujung kuku telunjuknya yang pendek jadi sasaran untuk digigiti. Memandang ke arah luar dengan tangan kanan sesekali meremas sweatshirt warna maroon yang membalut piyama, cemasnya tak kunjung hilang meskipun sudah lima menit jadi penumpang. Tak tahu kapan rasa itu bakal pergi, mungkin saja setelah Shani membuka suara.

Rambut gerainya jadi sasaran angin malam yang datang dari jendela mobil, kaca yang separuh dibuka. Tak akan jadi tujuan Shani untuk curi-curi lirik, menurut sosok bergigi gingsul itu. Yang Gracia yakini, Shani terus menghadap ke depan. Lurus dan diam seperti saat dirinya tadi masuk ke dalam mobil ini tanpa adanya sapaan.

Bersama Shani memang tak akan pernah membosankan, tapi bukan seperti ini juga caranya.

"Kak Gracia."

Dan akhirnya, yang ditunggu-tunggu menggemakan suara meskipun tak seberapa banyak. Membunuh keheningan di antara mereka dengan sekali ucap.

"Iya?" Kelewat cepat menanggapi, empu dari nama yang dipanggil barusan bahkan menolehkan kepala langsung ke arah kursi kemudi. Tak dapat dipungkiri antensi Gracia memang kepada Shani sedari tadi meskipun dari luarnya tidak terlihat seperti itu.

Menjatuhkan pandangannya langsung pada wajah samping gadis berroman datar yang diam dan masih fokus menyetir dengan satu tangan, Gracia kembali diberi kejutan kala Shani menepuk-nepuk paha kirinya sendiri.

"Sini, taruh sini tangannya." Jawabnya, memperjelas maksud agar tangan Gracia berpindah ke sana. Dan mungkin memang karena sangat ingin atau juga karena Shani sangka Gracia belum paham, dirinya menepuk pahanya sekali lagi.

Wajahnya memang tak menunjukkan mimik berarti, tetapi juga memang benar bahwa gadis itu masih peduli bahwa Gracia ada di sampingnya. Sadar bahwa perempuan itu menunggu sedari tadi, juga sadar Gracia tak akan berbicara sebelum dirinya yang memula. Kata siapa Shani cuma fokus ke jalan raya meski sedang tak nyaman hatinya?

Dan Gracia, tentu saja mengikuti permintaan Shani meski awalnya sedikit gugup.

Tak pernah secanggung sekarang dirinya dengan gadis manis di sampingnya ini selama sudah cukup lama saling mengenal, mengingat dirinya seringkali jadi pihak lebih aktif. Namun akhirnya, Tuhan memberinya sebuah momen kaku seperti ini untuk dijadikannya kenang-kenangan yang tak seperti biasanya. Menjadikan Gracia seperti orang baru yang pertama kali bertemu dengan sosok Shani Indira.

RHYTHMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang