17.1 Replace

13.7K 818 316
                                    

Udah siap ketemu Tian atau belom? SUDAH SIAP KETEMU TIAN ATAU BELOMMMM?????? Aku belom siap :<

JANGAN LUPA share, votes, dan komentar! Happy reading!

•°•°••°•°•°••

Melodi debur ombak dan desau angin tenang sore pekan hari itu beradu. Menjadi sebuah musik yang indah bagi penikmatnya yang tengah duduk sambil memandangi suatu objek letak retina ia jatuh, lumayan jauh. Sesekali ikut tersenyum ia, kala seorang tuan dalam bidik kameranya melebarkan sunggingan bibir. Kadang pula tangannya membenarkan posisi rambut yang diempas serbuan bayu semilir.

Gracia masih melungguh, jakuzi dekat pohon kelapa tua jadi tempatnya meneduh dan melabuhkan tubuh. Menghindari mentari hangat yang sebenarnya tak terlalu menyengat seraya menemani sang kekasih yang masih asyik dengan pacar pertama, cemburu awalnya. Berkawan gaun putih sederhana sepanjang betis yang tampak begitu indah di badan, pundak dan lengan perempuan pemilik nama "anugerah" itu terekspos mengingat hanya ada pita melintang di sepasang bahu sebagai penahan pakaiannya agar tak merosot jatuh.

Dewangga di tatanan cakrawala Pantai Tanjung Bara berserah kala itu. Pada hadapan Timur, rona sedelinggam jadi hiasan angkasa Bulukumba yang tersembunyi pesonanya, Sulawesi Selatan tempatnya. Beruntung bagi mereka, sepasang insan yang tengah dimabuk asmara untuk menikmati waktu nyaris berduaan saja. Hari itu, Tuhan lagi-lagi tak bosan menunjukkan kebesaran-Nya.

Derap langkah kuda cokelat kendaraan si lelaki yang disebut tadi masih menari-nari di atas pasir putih bercampur serpih karang. Kala ombak datang, ketuk cepat ladamnya tak gentar dan terus melaju, berpacu menghantam air laut yang tiba menyerbu tanpa aba-aba ataupun hitung mundur. Baskara yang tergelincir di ufuk Barat meneggelamkan tubuhnya dan tubuh sosok di atas pelana dalam sebuah cemerlang yang indah. Model dari bunyi jepretan kamera yang terus memfokuskan lensa.

Oh, kini lelaki kemeja warna turangga kerah mandarin itu serta-merta menarik kuat tali kendali si kuda, otomatis memberhentikan lari empat kaki yang ke sana ke mari sejak tadi lamanya. Dua kancing teratas pakaiannya yang dibuka, mengundang angin untuk menyerang seisinya, meniupkan udara kencang ke dalam sana.

Senyum ia merekah lebar kala menemukan sebuah benda yang baru saja terbawa ombak. Kerang tedong-tedong sebesar rentang tangan yang putih kekuningan warnanya, rencananya hendak ia persembahkan untuk sandingan jiwa.

Turunlah dengan mudahnya pemuda itu dari pelana, lalu lekas berjongkok dan cepat meraih takut-takut si tedong kembali hanyut. Diambilnya cangkang kerang yang sedikit terbalut pasir itu dengan dua tangan, lantas dibersihkan dan dilihat isinya untuk mencari si empu. Menghasilkan sipitan mata kala ia memandang sambil menghadap arah cahaya dari tenggelamnya sang surya. Rambut hitam ikal di atas sana bergoyang-goyang, angin menari bersama bayang yang tercipta.

Rupanya tak ada, sudah kosong. Bisa dirinya bawa pulang. Baiklah.

Kini, laki-laki usia seperempat abad itu kembali ke tunggangan. Bak pangeran berkuda, ia bawa si kekasih nomor satu menjauh dari empas ombak yang terus mengejar dari belakang, sebelah tangannya membawa kejutan tak disangka. Kakinya yang dibalut sepatu bot hitam bergerak naik turun seirama. Celana putih yang ia pakai rapat dengan kulit, kompak menampakkan sekian otot kakinya yang terlatih.

Makin jauh dan jauh dari laut, makin dekat dan dekat pada insan yang lain.

Tiba di tujuan, ia pergi dari duduknya. Ditinggalnya sanggurdi oleh sepasang pijaknya yang kukuh. Tali kendali si kuda cokelat perlahan ditarik oleh dirinya yang melangkah, mendekat pada seorang puan memesona yang ikut merekahkan senyum dan berdiri tak lain sebab sang kekasih akhirnya tiba. Manusia pujaan hati si lelaki yang lagi-lagi membenarkan posisi rambut indahnya sebab angin usil, hendak mengganggu namun tak berhasil.

RHYTHMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang