Penjelasan istilah teknisnya ada di bawah gaes, tenang aja. Enjoy!
•°•°••°•°••
"Om Mulya!" Shani yang melihat pamannya di salah satu sofa dengan kakaknya dan seseorang yang lain segera mendekati mereka. Tatanan rambut pamannya yang awalnya pompadour kini dipangkas pendek layaknya seorang militer. Hal tersebut sudah jelas membuat dirinya pangling setelah hampir setengah tahun tak bertemu. Dan, ah, tato apa itu di lengan kirinya. Sepertinya masih baru.
"Wah, ini dia nih yang Om tunggu" Mulya berdiri menyambut, Shani pun segera menyalaminya dan memeluknya. Wajah bahagianya tak dapat disembunyikan. Harry yang duduk disebelahnya saat melihat itu jadi ikut tersenyum juga.
Lelaki itu lalu duduk kembali lalu membisikkan sesuatu kepada pria di sampingnya. Entah berkata apa, orang itu lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga. Mulya menepuk-nepuk tempat disebelahnya. Memberi gestur agar Shani duduk disana.
"Sehat 'kan? Gimana kuliahnya?"
"Sehat terus lah, kuliah juga lancar. Om gimana? Sehat?" Shani duduk dengan nyaman sambil antusias mendengarkan.
"Sehat lah! Dari Ijen, Bali, Toraja, lanjut ke kantor di Amsterdam, terus langsung ke Bandung sana, ngapain lagi kalo bukan ngambil kado kamu yang udah Om janjiin? Om ini umur tiga tiga tenaga dua tiga loh, hahaha" jawab Mulya dengan bangganya sambil menepuk-nepuk dadanya. Shani yang mendengar itu malah heran sendiri.
"Eh iya mumpung Om belum lupa. Bentar bentar.. Dry, Andry!" Panggil Mulya kepada seseorang di bangku lain. Lelaki yang di panggil itu pun menoleh ke arah mereka segera menuju ke sana.
"Iya bang?"
"Minta tolong ambilin gitarnya ya. Hati-hati bawanya." Mulya melemparkan kunci mobil yang beruntungnya ditangkap dengan baik oleh Andry. Setelah sekali anggukan, pria itupun bergegas menuju tempat parkir. Sedangkan Shani, Harry, dan Mulya masih bercengkrama di lounge.
"Selapak gimana kabarnya Om?" Tanya Shani membuka pembicaraan. Selapak adalah nama kebun kopi kebanggaan Mulya yang letaknya berada di Ijen, Jawa Timur. Areanya membentang hampir di seluruh daerah itu. Hal tersebut tentu ada berkat kegigihannya dalam berwirausaha. Tak ayal lagi jika ia disebut sebagai pengusaha, pengepul, sekaligus prosesor kopi Ijen terbaik di Indonesia, bahkan dunia.
Pembicaraan dengannya tak akan jauh-jauh dari kopi. Sebelum menjadi tren seperti sekarang, pria itu sudah memulai langkahnya di bidang perkopian ini hampir 8 tahun silam. Kecintaannya terhadap tanah Ijen lah yang membuatnya seperti ini.
"Selapak tetep lancar.. walaupun lagi sulit sulitnya sih." Jawab Mulya setelah menyesap kopinya. Alisnya mengkerut, seperti banyak beban yang sedang ia pikirkan.
"Gara-gara masuk musim penghujan?" Tanya Shani sekali lagi yang langsung dijawab dengan anggukan.
"Bukan masuk lagi, di sana malah udah dua minggu hujan terus. Hama lagi banyak-banyaknya tapi di sisi lain Om mana mau pake pestisida. Kamu tau sendiri 'kan.."
"Om besok pagi bakal flight ke sana buat checking yang di kebun sama stok di gudang. Ada pesenan punya orang Jerman yang udah harus udah di angkut. Sibuk banget minggu minggu ini."
Shani mengangguk-angguk menanggapi. Obrolan mereka lantas terhenti sejenak.
"Kamu semester akhir ',kan, Shani? Yang giat belajarnya ya." Lanjut Mulya sambil sebelah tangannya menepuk-nepuk pundak Shani. Menyadarkan gadis itu yang tak sadar tengah melamun dari tadi.
"Eh, iya Om. Pasti."
"Bagus.. jangan sampe kaya Harry ya hahahaha"
"Eeits, hasil drop out gini yang punya Javani loh.. udah 3 tahun malah. Sorry sorry aja nih ya." Harry yang sedari tadi hanya menyimak obrolan kini ikut nimbrung.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM
Fanfiction"Suara drum, bass, keyboard bakal ganggu telinga lo, lo fokusnya ke gue aja. Ok?" "Emang lo kira gue fokusnya bakal kemana selain ke lo?" "You're trying to make me melt." "Eh, maksud gue bukan.. Anjir, salah ngomong! Sorry, maksud gue, gue fokusny-"...