Jangan lupa pencet bintang, follow, share ke temen-temen, dan komen yg banyakkk! Happy reading!
Lagu part ini: Yovie Tulus Glenn - Adu Rayu
•°•°••°•°•°••
Shania Gracia, buah hati kedua Esya dan Ghilman juga sosok paling cantik di dunia-kata Shani. Sepanjang hidup, ia senantiasa menjadikan ibunya sebagai petunjuk dalam melangkah, patokannya dalam menentukan arah. Esya sabar, berpendirian teguh, tegas, juga lembut di saat yang sama. Sifat-sifat itu diturunkan seluruhnya pada sang putri. Tak kurang ataupun lebih.
Sayang, beberapa kesamaan itu tak selamanya baik. Meski mirip, Esya dan Gracia tidak selamanya punya pendapat yang sejalan. Ditambah dengan memiliki pendirian yang sama kuat, tentu mereka sering terlibat perselisihan ringan hingga berat. Apalagi urusan itu tuh. Apa ya, namanya? Cinta? Jodoh?
"Mama sehat-sehat aja, puji Tuhan. Tadi pagi Mama habis bikin es krim stroberi gitu pake resep di YouTube. Enak banget, Ge."
"Bikinnya gimana tuh, Ma?"
"Nanti deh Mama kasih tau. Mama sekarang mau nanya-nanya. Kamu ... udah punya pacar lagi atau belum? Mama ada sesuatu nih. Ada yang mau dikenalin."
Gracia tak suka perjodohan.
Ia paham bila Esya banyak nimbrung dengan urusan begini, mengingat bahwa ibunya ialah seseorang yang mengedepankan cinta kasih dalam setiap urusan, dan percaya bahwa tiap makhluk Tuhan pasti memiliki pasangan. Namun, "cinta" yang kali ini tentu urusannya pribadi. Gracia bisa menemukan jalannya sendiri, dan Esya tak perlu terlalu banyak ikut campur. Ia sudah bisa mencari pasangannya sendiri tanpa perlu diatur-atur.
Sebab makin bertambah umur, makin banyak hal yang perlu dipikirkannya selain afeksi saja. Meski ia tahu bila perasaan hangat bernama cinta itu tak bisa dihilangkan, dan pada akhirnya juga jadi alasan dari kepalanya yang ingin meledak.
Namun yang kali ini beda. Gracia kini punya beban dua. Shani ada di belakangnya, dan masih harus ia sembunyikan dari Esya. Sekarang ia harus berbohong untuk beberapa saat lamanya pada sang bunda meski dirinya tak pandai berpura-pura.
Ingin melela soal hubungannya dengan Shani, Gracia belum berani. Bila makin lama dipendam, tentu makin memberatkan diri. Pernikahan itu indah, tetapi kalau posisinya begini ... juga bisa bikin pusing. Pusing delapan keliling malah, karena ia juga harus menyiapkan skenario masuk akal agar Esya tak curiga. Kalau sudah begini, Gracia ingin menghilang dari muka bumi saja.
Merasa tak mungkin melenyapkan diri dalam sejentikan jari, perempuan rambut sebahu itu mengembus napas letih. Dapat Gracia simpulkan, hari santai kali ini tak berjalan seperti yang ia harapkan. Taman luas dalam hati yang dirinya pupuk sejak pagi bersama Shani tersayang, terimut tercantik, dan menggemaskan, mendadak gersang.
Hari ini Gracia sudah punya rencana dengan si manusia kucing ini, dan sejauh ini semua berjalan dengan baik. Bersantai sambil membuka album foto lama Shani, beres-beres kamar, bikin kue, juga bernyanyi sambil diiringi gitar-sekalian direkam untuk konten YouTube. Sangat bahagia, bukan? Naas, sisa-sisa kegembiraan itu terasa sia-sia ketika Esya meneleponnya dan tanpa tedeng aling-aling berkata ingin mengenalkan seseorang.
"Ge? Halo?"
"Maaa ... aku 'kan udah bilang kalau tahun ini aku masih belum siap buat nikah," balasnya, langsung ke inti dan terdengar enggan. Bosan karena sudah berkali-kali menjawab dengan alasan yang sama, itu pun bohong. Oh, sebenarnya Gracia siap menikah asalkan calonnya Shani. Syarat yang satu itu mutlak dan tak dapat diganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM
Fanfic"Suara drum, bass, keyboard bakal ganggu telinga lo, lo fokusnya ke gue aja. Ok?" "Emang lo kira gue fokusnya bakal kemana selain ke lo?" "You're trying to make me melt." "Eh, maksud gue bukan.. Anjir, salah ngomong! Sorry, maksud gue, gue fokusny-"...