12. Sunkissed

17K 922 264
                                    

SELAMAT NGABUBURIT SAMBIL BACA RHYTHM GUYS! HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTES BIAR AKU MAKIN SAYANG! Siapa tau kalo banyak update cepet ya kan..

*Karya digital di media ciptaan pemilik akun Twitter @.eriol_S2

Lagu chapter ini: Jeremy Passion - Lemonade

•°•°••°•°•°••

"Jangan ngadi-ngadi deh Gre."

"Ini tuh udah gue pikirin seminggu lebih, Sya! Kalo ngga gitu gak bakal selesai-selesai kitanya."

"Bentar, bentar, gue mikir dulu."

Mendorong napas sedikit lebih berat dari prosedur respirasi normal, Gracia lanjut membuka jas putih bersih yang memeluk badannya dari pagi hingga rehat. Ia lipat seragam dinas itu kemudian meletakkannya di atas paha dengan kaki yang bergantian bertumpuk. Merasa angin terlalu kuat menyambut kehadirannya yang tak sampai seperempat jam duduk di kursi panjang langganan, surainya yang digerai segera ia ikat ke belakang. Diterpa cahaya sang surya yang begitu gagah, permukaan kulit lehernya menampakkan beberapa bulir keringat yang mulai keluar dari pori-pori.

Sementara itu, Anastasya sudah memutar badan memunggungi sang rekan. Dengan alis masih mengerut di tengah dahi, masing-masing lengannya berpindah melipat dan ditenggerkan di sisi badan kurusnya yang dibalut kemeja biru muda. Posisi ternyaman bagi si perempuan berambut pendek memang, kala bisa memikirkan sesuatu sambil bercekak pinggang dan menatap langit. Terserah mau itu mendung ataupun terik hingga membuatnya memicingkan mata seperti saat ini.

"Tapi kayanya.. lo emang harus ke Asakusa ya. Jadi masalahnya selesein di sana biar cepet beres." kaki kanan Asya mengetuk-ngetuk permukaan kelabu nan kasar di bawah. Aduan alas pantofel hitamnya dengan semen menghasilkan ketukan cepat hingga membuat sebagian kecil partikel debu di sana terbang oleh hempasan kecil yang tercipta. "Udah aneh juga gelagat dia, ya 'kan?"

Seiring pertanyaan barusan, perempuan jangkung itu bergerak membalikkan tubuh. Tatapan nanar dari Gracia jadi pemandangan pertama yang ia terima. "Ngapain juga Akira nunggu lo habis konser buat nelfon, baru sempet katanya. Emang sesibuk itu ya?" Asya bertanya lagi, kini dengan kepala penuh spekulasi. Makin mendiamkan sang lawan bicara yang murung romannya.

Gracia tak mampu menampik perkataan Asya barusan. Iya, Tian memang sudah menunjukkan gelagat yang aneh. Kenapa sehabis konser baru bisa menelepon, dan alasan yang dipakai adalah karena baru sempat? Kenapa pula harus hari itu juga Tian mengatakan bahwa baru bisa pulang lima bulan lagi, kenapa tak dari dulu saja? Bahkan jika dijumlah dengan yang sebelumnya, maka hasilnya akan menjadi tujuh bulan. Mau jadi apa Gracia ditinggal sebegitu lamanya di sini?

Dan hari ini sudah terhitung sepuluh hari dari malam Minggu penuh derai air mata itu. Malam di mana Gracia menangis sampai dadanya terasa begitu sesak plus terbangun dari tidur dengan mata super sembap. Dirinya sangat berharap semoga tak ada hal yang menyakitkan hati lagi habis ini, tapi kalaupun ada, semoga tak sepuruk yang kemarin. Kemarin itu benar-benar jadi hari terburuknya selama menjalin hubungan dengan sang kekasih yang tengah melanglang buana.

Sebenarnya, pertanyaan inti Gracia hanya satu. Hal sesibuk apa yang begitu menahan Tian untuk pulang ke Indonesia? Mendapat jawaban jujur dan logis dari pertanyaan itu, maka Gracia akan membiarkan Tian pulang terserah kapan yang dia bisa.

Namun karena terlanjur merasakan keanehan yang terjadi, pikiran tidak-tidaknya makin menjadi. Gracia benar-benar sempat membayangkan bagaimana kalau ternyata Tian menjalin asmara bersama orang lain di sana? Bagaimana jika Tian menikah di sana? Bagaimana kalau Tian.. bagaimana kalau istri Tian di sana ternyata tengah hamil hingga tak bisa ditinggal barang seharipun? Aduh, hatinya terasa pedih hanya dengan memikirkan hal seperti itu padahal belum tentu benar.

RHYTHMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang