Happy Reading
Haidan terbangun karena terkejut di alam mimpinya sendiri, melihat sekeliling yang masih berantakan akibat ulahnya bersama teman-temannya tadi.
Ia menoleh ke arah jam dinding yang menggantung sempurna pada dinding kamarnya, pukul delapan malam.
Lelaki itu beranjak, mulai menyalakan lampu untuk menerangi setiap ruangan rumahnya.
Sang ayah belum pulang, dan Haidan ingat jika seharian ini ia tidak melihat sosok lelaki itu.
Menggeleng pelan tidak peduli ia kemudian mengambil handuk dan segera membersihkan diri.
Selesai dengan membersihkan diri, ia mengambil hoodie yang sedari tadi tergeletak diatas kasur. Karena cuaca yang sedang dingin dinginnya, Haidan sengaja menaruh beberapa hoodie untuk jaga-jaga.
“Duhh laper,” keluh Haidan mengelus perutnya yang sedikit berbunyi.
Lelaki tersebut manyambar ponselnya dan mengambil beberapa uang yang ada diatas meja belajarnya. Memilih keluar rumah untuk mencari sesuatu guna mengganjal perutnya.
Makanan ringan yang ia beli bersama teman-temannya sudah habis sedari tadi. Dan kini ia kembali ke tempat penuh makanan dan minuman tersebut untuk membeli makanan.
Haidan bersenandung kecil sembari memasukkan tangannya ke dalam saku hoodie saat merasakan angin menerpa tubuhnya.
Tampak menggemaskan melihat kakinya bergerak sesuai perintah pemiliknya untuk berjalan zig-zag, sembari bersenandung kecil mencoba menghibur diri.
Sesampainya di supermarket yang tampak sedikit ramai dikunjungi banyak orang ketika waktu akan menjelang malam.
Ia hanya membeli beberapa makanan ringan dan mie instan serta tiga kotak susu plain yang paling ia suka, membawa kembali ke dalam rumah lalu berkutat dengan kompor dan panci.
Haidan menyalakan lagu pada ponselnya agar suasana tidak terlalu sepi.
Lagu milik Olivia Rodrigo berjudul good 4 u terdengar, lagu kekinian yang sedang tenar dikalangan saat ini. Ia memutar dengan acak segala lagu kesukaannya.
“Tambahin bubuk cabe dikit nggak apa ya,” gumamnya bingung dengan posisi berpikir.
Dahulu saat ia masih tinggal bersama sang nenek, ia dilarang menambahkan bubuk cabai ke dalam mie instan atau makanan yang sudah menyediakan bubuk cabai yang sesuai dengan takarannya.
Padahal, menurut Haidan, bubuk cabai yang disediakan terlalu sedikit dan lidahnya tidak dapat merasakan rasa pedas yang sudah ada.
Maka sekarang, ia akan sedikit melanggar perkataan sang nenek dengan menambahkan sedikit saja bubuk cabai pada makanannya.
Membuka kulkas guna mencari dimana keberadaan bubuk cabai tersebut yang dilakukan Haidan saat ini, namun nihil, tidak ada tanda-tanda ayahnya menyetok bubuk cabai kemasan tersebut.
Ia memutar otaknya agar bekerja dengan baik saat ini, memikirkan bagaimana dia bisa menambahkan rasa pedas tanpa cabai dan bubuknya.
Karena tadi, saat memeriksa isi kulkas, tidak ada cabai satu biji pun.
“Emmm... tambah merica dikit enak nggak sih?” monolognya.
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Teen Fiction❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...