[27] Jangan Lemah!

403 90 38
                                    

Happy Reading

Haidan ingat jika terakhir ia pergi ke sekolah adalah tiga hari yang lalu. Dan saat ia kembali ke tempat mencari ilmu sekarang, lingkungan sekolahnya nampak beda. Seperti sudah ditinggal selama setahun lebih.

Teman-temannya masih sama, memandang tak suka kepada dirinya. Dan Haidan tidak pernah mempermasalahkan itu semua. Ia hanya ingin kembali duduk di bangku kantin dengan bakso uleg yang sangat menggoda buatan Mang Iyang.

Teman sekelasnya seperti terkejut saat melihatnya kembali ke sekolah dengan keadaan sekarang. Pasti mereka kembali berbicara yang tidak-tidak tentangnya kemarin.

Haidan duduk di bangku yang sudah ditunjukkan oleh Juna kepadanya. Tempat duduknya yang berpindah setiap hari.

Hari ini lelaki itu dapat tempat duduk nomor dua dari belakang, dan sebelah kanannya adalah Lea, lagi.

Entah cara perputarannya seperti apa, yang jelas Haidan merasa senang bisa melihat gadis itu kembali dengan wajah ketus khas miliknya.

Setelah meletakkan tas ransel berwarna khaki tersebut, Lea kembali keluar kelas diikuti dua temannya yang mengekor. Tanpa melirik ke arah Haidan yang sejak tadi sudah menatapnya intens.

Haidan menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku, mengeluarkan ponselnya seperti hari hari biasa. Juna belum datang, dan ia malas berjalan menuju kelas Reno untuk mengajaknya ke kantin. Jadi, lebih baik duduk diam saja di dalam kelas dengan ponselnya.

Juna tiba-tiba datang menghantam tubuhnya hingga tumbang ke lantai. Pantatnya beradu dengan kerasnya lantai.

"SETAN!" pekiknya keras ketika jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

Mengelus dadanya dengan menetralkan degup jantungnya yang ia lakukan saat ini, menghiraukan rasa sakit pada pantatnya.

Menoleh lalu menatap tajam Juna yang memandangnya dengan wajah tanpa dosa, menyengir memperlihatkan dua jari ke hadapan Haidan. Sebagai tanda permintaan maaf.

"Ngapain, sih?!" ketus Haidan kembali ke atas bangkunya. Menatap tajam lelaki yang saat ini ada dihadapannya.

"Nggak papa," jawab Juna singkat, berlalu meninggalkan Haidan dan duduk di bangkunya.

Haidan sontak menyumpah serapahi Juna dengan seluruh nama kebun binatang karena sifatnya yang sungguh tergolong aneh saat ini.

"Gue sumpahin lo tambah pendek," ancam Haidan yang didengar oleh Juna.

Lelaki itu menoleh lalu menatap tajam Haidan, "Maksud lo?"

"Lo yang kenapa? Dateng segala ngagetin, kayak jelangkung." bela Haidan.

Juna memutar bola matanya malas, memang salahnya yang datang dengan tiba-tiba lalu mendorong tubuh Haidan hingga dia jatuh ke lantai.

Sebenarnya, Juna hanya exited melihat Haidan kembali ke sekolah, tidak tahukah dirinya rindu dengan sosok berisik itu? Hanya saja, Juna tidak ingin menunjukkan bahwa dirinya rindu akan sosok Haidan, bisa-bisa dirinya menjadi bahan ejekan lelaki itu sebulan penuh jika mengatakannya.

Setiap kali Juna dan Janu datang mengunjungi Haidan tiga hari kemarin, lelaki itu tengah tertidur dan tidak bisa dibangunkan. Mereka hanya bisa memandang wajah pucat Haidan tanpa bisa bercanda gurau seperti hari biasanya. Dan Juna merindukan segala tingkah usil atau kata-kata Haidan yang mampu memancing amarahnya.

---

Haidan nampak bersemangat sekali menemui jam istirahat, ketika bel tersebut berbunyi, ia langsung berlari keluar kelas untuk menuju kantin, diikuti oleh Juna tentunya.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang