Happy Reading
Haidan tidak ingat kapan dirinya sudah berada di rumah sakit kembali. Seingatnya, ia tertidur setelah mengobrol singkat dengan Reno, lalu bermimpi indah semalam.
Namun, saat ia terbangun, kenapa tempat tidurnya berubah? Lalu kenapa kamarnya menjadi ber-cat warna putih semua seperti ini?
Yang jelas Haidan tidak mengingat hal itu semua saat ini. Ia terus menerus mendapatkan omelan dari sang nenek yang tak kunjung selesai dari tadi.
Tidak ada Reno dan teman-temannya, menandakan hari ini mereka sedang berdiam mengikuti pelajaran di sekolah. Sementara Haidan tertidur dengan kepala pusing yang tidak berkesudahan sedari tadi.
"Udah dong, Eja mau tidur." sela Haidan saat melihat sang nenek akan mulai mengomel lagi.
Karena jujur, kepalanya terasa sangat pusing sampai ingin kembali tertidur. Tanpa ditunggu lama, alhasil sang nenek yang mendengar keluhan tersebut menghentikan omelannya yang siap keluar.
Tak berselang lama, Haidan kembali terlelap, berdoa agar bisa bermimpi indah seperti semalam, nyatanya Haidan lebih nyaman berada di alam mimpi dimana ia bertemu dengan dua sosok berbeda yang membuatnya tenang.
Tidurnya terganggu ketika suara dokter Bagas mulai memasuki ruangan Haidan, ia membuka matanya kembali guna mendengar apa yang seharusnya dokter itu katakan.
"Suhu tubuh Haidan masih panas, untuk kemo besok kayaknya bakalan diundur." ujarnya sambil menatap Haidan yang menatapnya sayu.
Mendengar hal itu, bolehkan Haidan merasa senang? Lelaki itu cukup tersiksa saat melakukan kemoterapi yang seharusnya tidak dihindari. Namun, Haidan juga tidak bisa berbohong jika tubuhnya menjadi sakit setelah menjalani terapi untuk penderita kanker tersebut.
Haidan kembali menutup matanya, ia bisa tertidur dengan tenang setelah mendengar apa yang dokter Bagas ucapkan.
Namun dering ponselnya membuat Haidan kembali membuka matanya dengan terpaksa, menggerutu kesal karena sedari tadi ia tidak bisa kembali tertidur.
Andre menghubunginya. Lalu dengan gerakan lambat, ia mulai membalas panggilan tersebut.
"Assalamu'alaikum," sapa Andre dari seberang sana.
Haidan tersenyum tipis, "Waalaikumsalam." balasnya.
"Ayah udah beliin susu pesenan kamu, udah dikirim juga. Maaf nggak bisa nemuin kamu dulu," katanya.
Mendengar hal tersebut membuat senyum Haidan mengembang lebih lebar, ia terlalu senang sepertinya hari ini.
"Oke siap, nggak papa, besok-besok aja kesininya." jawab Haidan dengan nada yang tidak selemas tadi.
Panggilan diputus sepihak oleh Andre, namun Haidan dapat mendengar seseorang memanggil sang ayah dipanggilan tadi. Mungkin, Andre sedang bekerja dan sempat menghubunginya.
Benar-benar membuat suasana hati Haidan menjadi lebih baik dari sebelumnya, kini ia sudah tidak bisa terlelap saat berkali-kali gagal tertidur.
Sang nenek masih disana, melihat gerak-gerik Haidan sedari tadi, mengobrol sebentar dengan Bagas yang terlihat masih berada di ruangan tersebut.
Lalu, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok Reno dengan baju santai dan peluh didahinya.
"Kenapa keringetan gitu?" tanya Eyang kepada Reno yang baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Novela Juvenil❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...