Happy Reading
Haidan benar-benar pergi menuju tempat sang nenek, meninggalkan banyak kenangan yang kapan saja bisa merindukannya di kota kelahirannya.
Andre mengantarkan Haidan hingga pesawat terbang meninggalkan kota ini. Sedikit tidak rela melihat sang putra pergi sendirian dan meninggalkannya dalam jangka waktu tak tertentu.
Sejenak ia merasa sedih, hatinya tidak tenang ketika anak itu berada cukup jauh darinya, padahal dahulu saat liburan dirinya yang meninggalkan Haidan demi pekerjaannya.
Kini rasakan sendiri rasa aneh tersebut yang selalu ada didalam hati Haidan beberapa tahun.
Selalu mementingkan pekerjaan, kini Haidan lebih memilih bersama sang nenek, jauh didalam pengawasannya.
"Kok jadi sepi gini, ya?" gumamnya saat memasuki apartemen miliknya yang kini ditinggali oleh dirinya sendiri.
Andre memasuki kamar sang putra, melihat-lihat isinya yang belum ia kenali lebih jauh.
Semua barang berharga milik Haidan sudah dibawa, menyisakan barang-barang umum di kamar luas tersebut.
Haidan mungkin sedang tertidur pulas dipesawat, mengingat anak itu mudah bosan ketika tidak diberi ponsel. Sejenak Andre jadi teringat tentang liburan kemarin.
———
Pesawatnya sudah bersiap lepas landas, namun Haidan masih belum juga membuka matanya, masih sibuk mengarungi dunia mimpi yang tak seindah realita.
Setelah seorang penumpang yang duduk disampingnya menyenggol pelan lengannya, baru Haidan tersadar.
Masih dengan mengumpulkan nyawanya setelah bangun tidur, ia mengambil barangnya yang tersimpan apik ditempat seharusnya.
Bersiap-siap untuk turun dan menyambut keluarga neneknya yang sepertinya sudah menunggu dibawah sana.
Menunggu beberapa menit, akhrinya ia keluar juga dari alat transportasi terbang tersebut, menghirup segarnya udara tanah kelahiran sang bunda.
Dua koper sudah berada ditangannya dengan satu tas ransel juga satu tas slempang yang sedari tadi bertengger nyaman dibahunya.
Reno dan Juna ada disana, membantu Haidan membawakan barang bawaannya. Lalu tubuhnya diterjang tiba-tiba oleh neneknya yang menahan tangis.
"Eja nggak papa Eyang," ucap Haidan membalas pelukan erat tersebut.
"Jangan bilang nggak papa kalo nyatanya sakit, kamu boleh mengeluh sama Eyang." sahutnya berbisik tepat ditelinga sang cucu.
Mereka segera beranjak, meninggalkan tempat ramai itu dengan mobil milik ayah Reno. Eja jadi lupa dengan niatnya untuk menghubungi Andre jika dirinya sudah sampai.
Satu panggilan darinya tidak terjawab, kemungkinan besar Andre sedang sibuk dengan pasiennya. Jadi, Haidan memilih untuk mengirimkan pesan singkat kepada ayahnya.
Haidan
Aku udah sampe.
11.34Tak berniat menunggu jawaban, ia segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas slempang yang ia pangku sejak duduk didalam mobil dengan Reno dan Juna.
"Janu gimana kabarnya?" tanya Haidan kepada Juna.
"Ya gitu lah," balas Juna tanpa minat, sepertinya ia masih memiliki dendam kepada Haidan karena perpisahannya dahulu tidak dilakukan dengan baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Teen Fiction❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...