Happy Reading
Haidan kapok, kemarin saat jadwalnya penerbangan untuk kemari adalah jadwal untuk kemoterapi dengan dokter Rian.Berpuluh-puluh pesan juga panggilan terpampan di ponselnya ketika ia selesai mengabari sang ayah.
Dokter Rian tidak tahu jika hari itu adalah hari keberangkatan Haidan menuju rumah neneknya. Itu artinya Haidan melewatkan kemoterapinya yang kedua.
Bukan sengaja melupakan proses penyembuhannya, hanya saja sepertinya tubuh Haidan tidak kuat untuk melakukan kemoterapi yang sangat menyakitkan.
Dan akibat dari ia melewatkan kemoterapinya, ia mimisan hebat, selama beberapa menit darahnya tidak berhenti keluar dari hidungnya.
Di rumah hanya ada Reno dan Juna yang menemani, nenek sedang mengurus rumah sakit dan kakek yang sedang berada di sawah.
Lalu, Reno dan Juna sama sekali tidak tahu harus berbuat saat itu. Mereka hanya membantu Haidan untuk duduk dan mengelap darah yang sudah merembes dari tangannya dengan tissue.
Setelah darah yang keluar dari hidungnya berhenti, baru Haidan berganti pakaian lagi dan kembali ditatap sengit oleh Reno dan Juna.
“Apa?” tanya Haidan tanpa dosa.
Bukannya menjawab, Reno maupun Juna memalingkan wajah, masih dengan keadaan mendiamkan Haidan.
“Gue nggak tau ya kesalahan gue dimana, sampai kalian berdua jadi kayak gitu.” ketus Haidan yang gondok sendiri sudah didiamkan.
Haidan berlalu, mengambil sepedanya yang berada di ruangan samping, ingin segera pergi dan menemui Janu.
Tindakan Haidan sontak membuat keduanya mengikuti.
“Mau kemana?” tanya Reno masih dengan nada dingin.
“Pergi, daripada disini didiemin.” jawab Haidan jujur, lalu mengayuh sepedanya keluar dari pekarangan rumah.
Keduanya tentu segera mengambil sepeda masing-masing, mengikuti kemana perginya Haidan yang lebih dulu di depan.
Mereka berjalan dengan jarak yang bisa dibilang jauh jauhan, Haidan yang berada didepan, sedangkan Reno dan Juna berada dibelakangnya.
Haidan merajuk, ia pikir dua temannya itu tidak suka dengan dirinya yang memilih pindah kesini. Namun, nyatanya Reno maupun Juna kesal karena Haidan kesini untuk berobat, mereka kesal karena Haidan tidak jujur dan bohong terlihat baik-baik saja.
Mereka ingin Haidan kesini seperti kemarin, berlibur dan menghabiskan waktu bersama dengan canda tawa, bukannya ke rumah sakit dan melihat ia terkujur lemah seperti Janu.
Sesampainya di ruangan Janu yang tidak pindah sejak terakhir Haidan berkunjung, ia langsung menatap tajam Janu untuk meminta penjelasan lebih.
“Nggak keceplosan sih,” ungkap Janu.
Haidan semakin mendelik dan berkacak pinggang sembari memasang wajah kesal. “Maksud lo?”
“Ya, mereka berhak tau, nggak ada rahasia diantara kalian sekarang.” jawab Janu percaya diri.
Haidan mendengus kesal, bukan seperti ini yang ia inginkan, ia ingin mereka semua mengetahui tentang apa yang dideritanya setelah sembuh. Jika sudah seperti ini, Haidan hanya akan menyusahkan bagi kakek neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Genç Kurgu❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...