[1] Nenek Pergi

2.3K 581 214
                                    

Happy Reading



Haidan membenci senja hari dimana langit sedang menampilkan warna apik dipenghujung hari.

Haidan tidak suka senja yang membuat orang orang tersenyum kala melihatnya.

Haidan juga tidak suka senja menampakkan warna orange dihadapannya.

Tentu, ada alasan mengapa lelaki itu tidak menyukai langit senja padahal sebagian orang menyukainya.

Lelaki itu, Haidan Aezananta namanya. Senja baginya adalah musuh.

Musuh yang sangat ia hindari, dimana ia akan mengingat dengan jelas semua kenangan buruk ketika penghujung hari datang.

Pertama, seseorang merenggut nyawa disaat senja datang. Seseorang yang sangat lelaki itu ingin temui dan memeluknya erat, menceritakan bagaimana dunia sangat tidak adil kepadanya.

Seseorang yang mengubah seseorang lainnya.

Kedua, kenangan sakit itu juga membuat dirinya sangat membenci senja.

Hari pergantian antara sore dan malam.

Haidan sangat membenci hal itu.

Sosok lelaki bernetra coklat itu kian meringis ketika ia ternyata tidak diterima, bukan, melainkan tidak dipedulikan. Dia sadar akan keberadaannya namun memilih balik kanan dan tidak memedulikanya.

Menangis pun rasanya tidak bisa, air matanya sudah mengering untuk menangisi hidupnya saat ini.

Berperan sebagai sosok ramah dan mudah bergaul yang terpancar dari sosok Haidan saat berada diluar rumah. Begitu caranya dia menghibur diri, tidak dengan bermain malam dengan antek anteknya dan mencoba menarik perhatian sang Ayah.

Ya, sosok Ayah.

Ayahnya tidak pernah mengatakan jika Haidan yang membuat wanitanya pergi, dia juga tidak akan meminta salah satu diantara mereka pergi meninggalkannya.

Namun, ketika melihat netra coklat milik Haidan ingin rasanya ia berpikir bahwa putranya lah yang membuat sang istri kehilangan nyawa.

Jika boleh jujur, Andre tidak pernah membenci Haidan, ia sayang kepadanya sungguh sayang malah.

Namun, lagi-lagi ia akan kalah dengan manik mata indah milik putranya, itu semua akan mengingatkan dirinya kepada sang istri.

Jadi dirinya bertekad untuk menyibukkan diri dan sebisa mungkin memperhatikan sang anak walaupun tanpa Haidan ketahui.

Hubungan mereka berdua tidak bisa dikatakan sebagai ayah dengan anak. Keduanya akan canggung ketika dijadikan satu.

Sejak kecil Haidan selalu diasuh oleh sang nenek, tinggal di dua rumah bolak balik untuk sekedar melihat keadaan rumah yang selalu sepi tanpa penghuni.

Namun, kejadian yang tidak ingin ditemuinya menghampiri hidupnya lagi.

Neneknya meninggal, Ibu Andre pergi meninggalkan putra beserta cucunya.

Sudah berulang kali Yuni mengatakan kepada sang anak agar menjalin hubungan baik dengan putranya. Sudah menyerah dia tidak akan mengurus Haidan lagi. Ia sudah tidak bisa.

Sekarang terserah Andre yang masih mau egois atau mencoba untuk menerima kenyataan jika istri tercintanya sudah pergi dan mencoba membuka hati untuk Haidan.

Jika kalian bertanya apakah Andre sama sekali tidak peduli dengan Haidan, itu salah besar.

Selama sang putra sudah mulai memasuki sekolah Andre selalu menyewa salah satu staff sekolah agar memperhatikan anaknya, melaporkan apa saja yang sang anak lakukan di sekolah. Hanya usaha itu yang bisa dia lakukan.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang