Happy Reading
Setelah pertemuannya dengan wanita asing tadi, ia menjadi sosok yang optimis, perkataan demi perkataan yang keluar dari bibir orang itu membuat dirinya percaya dengan takdir Tuhan yang bisa kapan saja berubah.
Haidan tersenyum mengingat perkataan orang tadi, apalagi ia sempat mengelus dengan lembut puncak kepalanya. Lelaki itu merasa hidup sejenak, seolah merasakan kasih sayang seorang ibu hanya karena elusan singkat dari orang asing.
Ia juga sempat berkenalan dengannya. Namanya Nala, Haidan memanggilnya Tante Nala. Orang yang memberikan elusan pertama yang dianggap sebagai seorang ibu oleh Haidan.
"Kasihan Tante Nala," gumamnya.
Wanita itu mengharapkan seorang anak yang lahir dari rahimnya, namun Tuhan belum juga memberikan kepercayaan baginya juga sang suami.
Ia masih berjalan, menatap senja dihadapannya dengan pandangan malas. Perjalanan pulang hari ini akan terasa sungguh menyenangkan jika tidak ada senja dilangit hari ini.
Haidan lebih suka jika petang ini hujan turun, bukan langit orange menyebalkan yang menyilaukan mata.
Lelaki dengan almamater yang sudah terlepas sejak tadi itu berjalan, melewati banyaknya orang yang juga berjalan dibumi setapak.
Ia tersenyum lebar, seakan menerima sebuah kesempatan untuk sembuh dari penyakitnya. Haidan masih bisa disembuhkan.
———
Di ruangan abu-abu miliknya, ia sibuk. Sibuk dengan komputer dihadapannya yang menayangka sebuah game online. Padahal jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, namun Haidan masih tidak bergeming dari tempat duduknya.
Ponselnya sedari tadi menyala, merekam aksinya yang sedang bertarung melawan penjahat dalam video game. Dengan banyaknya ocehan disertai cerita panjangnya.
Ini adalah cara Haidan untuk menghibur diri, bermain game dengan mengeluarkan seluruh nama kebun binatang juga diselingi curahan hatinya.
Ayahnya tidak pulang, dia kedapatan shift malam hari ini, jadi Haidan dengan leluasa berteriak sepanjang malam, lagi pula besok hari libur.
"NICE HAIDAN!!! COBA SEKALI LAGI!" Rasa rasanya Haidan memang sudah kehilangan akal berteriak dengan sangat keras ditengah malam seperti ini.
Namun tidak masalah, tetangganya tidak akan pernah mendengar dengan jelas suara suara miliknya.
Tubuhnya ambruk setelah ia mengambil ponsel yang sedari tadi berada di sampingnya, meluruhkan dirinya kedalam kasur empuk di belakangnya sembari memainkan ponsel miliknya.
Sudah pukul dua dini hari, dan matanya nampak tidak menunjukkan tanda-tanda memerah karena kantuk. Ia masih segar seperti baru bangun dari tidurnya, jika sudah begini, besok siang ia akan tidur dari pagi menjelang maghrib.
Insomnia yang tidak pernah menandakan ia ingin muncul membuat Haidan susah tidur, apalagi tidak setiap hari ia bisa terkena insomnia seperti saat ini.
Sepertinya ia memang tidak bisa untuk beristirahat malam ini. Buktinya hingga menjelaskan subuh, matanya tidak segera menutup dan membiarkan tubuhnya tidur dengan tenang.
Ia terus saja membuka aplikasi berbeda saat ini, merasa bosan karena tidak ada yang harus ia kerjakan.
"Bosen banget hahhh..." ujarnya merebahkan tubuhnya, berbagai kegiatan yang mungkin bisa membuatnya tertidur sudah Haidan lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Teen Fiction❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...