[46] Pesawat Kertas

534 21 0
                                    

Happy Reading

Sore itu Haidan meminta untuk ditemani Reno dan Juna keliling taman rumah sakit. Tidak ada senja dan tidak terlalu mendung, hanya saja cuacanya dingin yang mengharuskan ketiga lelaki itu mengenakan pakaian tebal untuk bisa keluar dari rumah sakit.

Haidan terus menerus menolak ketika diajak kembali ke ruangannya, katanya bosan dan ingin menghirup udara lebih lama. Tetapi, itu sudah lebih dari dua jam mereka duduk di taman rumah sakit yang terlihat sangat sepi dari biasanya.

"Masuk gih, anginnya kenceng banget." Juna mendorong paksa kursi roda yang dinaiki Haidan.

Meski sang pemilik menolak dengan keras, Juna tetap mendorongnya hingga masuk ke dalam ruangan rumah sakit yang dekat dengan jendela.

Dan benar saja, hujan turun dengan deras dimenit berikutnya.

"Padahal pengen hujan-hujanan," gumam Haidan pelan.

"Kenapa?" tanya Reno saat telinganya mendengar sesuatu dari Haidan.

Haidan lantas menoleh dan menggeleng pelan, meyakinkan Reno untuk tidak mendengar sesuatu darinya.

"Minta ke kamar," pinta Haidan kepada dua orang yang tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Reno langsung beranjak, mendorong kursi roda Haidan menuju ruangan milik sang sepupu.

Sesampainya di ruangan abu-abu tersebut, Haidan bisa melihat bagaimana Ayahnya dan dokter Bagas tengah berbincang serius.

"Puter balik aja," pinta Haidan menyuruh Reno agar memutar kembali kursi rodanya menjauh dari dua orang tersebut.

Reno segera menuruti ucapan Haidan, ia kembali membawa sepupunya ke lantai satu, dekat dengan kantin rumah sakit. Siapa tahu Haidan ingin memakan sesuatu.

"Besok mau ikut nggak?" tanya Juna membuka bungkus roti yang ia beli beberapa menit lalu.

"Kemana?" tanya Haidan.

"Ketemu Janu dong, udah lama kita nggak nyamperin dia." balas Reno semangat sembari memberikan sebungkus roti yang sudah dibuka.

Haidan menerima roti tersebut kemudian memakannya perlahan, "Ikut deh, kalo kuat."

Juna dan Reno yang mendengarnya langsung menoleh, "Dih apa?!" pekik Juna tidak suka.

Sementara Haidan sibuk dengan roti digenggamannya yang tak kunjung habis.

"Lo harus kuat kalo mau ketemu Janu," ujar Reno menengahi.

Haidan menjulurkan jempolnya untuk menjawab ucapan Reno barusan.

———

Setelah Haidan makan malam barusan, tiba-tiba saja Lea datang berkunjung membawakan sebuah kertas berwarna juga pulpen. Gadis itu menyuruh Haidan menuliskan apa saja yang sedang ada dihati lelaki itu.

"Nggak apa, tulis apa aja terserah." ujar Lea duduk disamping lelaki yang sedang menatapnya bingung.

"Ya maksudnya tuh nulis apa?" tanya Haidan heran.

"Keinginan kek, kesukaan kek. Apa deh terserah," balas Lea mendesaknya.

Alhasil Haidan menuliskan nama lengkapnya juga kesukaannya. Hanya beberapa kalimat namun mampu membuat Lea tersenyum lebar.

"Lo nggak mau nyantet gue, kan?" tanya Haidan was-was.

"Nggak lah ngaco," sahut Lea melirik ke arah lelaki yang sudah memfitnahnya sembarangan.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang