Happy Reading
Hari ini suhu tubuh dan rasa pusing yang diderita Haidan berangsur membaik, lelaki itu sudah memantapkan hati ingin segera sekolah karena sudah beberapa hari ijin.
Selain ujian semakin dekat, ia juga ingin merasakan masa remajanya dengan lebih lama di sekolah sebelum ia sibuk dengan kemoterapi yang dijadwalkan tiga hari lagi nanti.
Lebam biru kembali tercetak dilengan kirinya, karena seragam sekolah miliknya berlengan pendek, pasti lebam itu akan sangat terlihat dan membuat teman-temannya heran. Jadi, Haidan menggunakan almamater yang sudah lama sekali tidak ia gunakan untuk menutupi lebam tersebut.
Haidan sudah membaca dan mencari banyak informasi lewat internet juga bertanya kepada dokter Rian, dokter yang mendiagnosanya kemarin.
Dan lebam biru dilengan kirinya, salah satu gejala dari penyakitnya. Semua gejala yang tertera dalam kolom internet sudah ia rasakan, kini ia hanya harus fokus kemoterapi dan mencoba untuk merahasiakan segalanya dari semua orang.
Hanya Janu yang tahu dirinya sakit, namun tidak sedetail dan penyakit apa yang menyerangnya.
Berangkat dengan menggunakan bus seperti biasanya, berdesakan dengan banyaknya siswa dan orang yang akan memulai aktivitas seperti hari-hari biasa.
Sesampainya di sekolah masih seperti terakhir dia lihat, Haidan tetap berjalan dengan pandangan yang menyusuri setiap daerah sekolahnya.
Lelaki itu berhenti ketika seseorang menghadang langkahnya untuk memasuki kelas, saat mendongak wajah kesal milik Farhan yang ia tatap.
"Apa?" tanyanya santai.
"Gila lo baru masuk?" sahut Farhan kesal.
Haidan memperlihatkan wajah bingungnya, "Lahh..."
"Gue capek ditanyain guru lo kemana aja, lagian ijin kok nggak jelas." cerocoa Farhan merasa kesal karena setiap hari ia mendapatkan beberapa pertanyaan yang sama dari guru yang mengajar.
"Yang namanya ijin mesti ada acara dong," sangkal Haidan membela diri.
Lalu meninggalkan Farhan yang masih kesal didepan kelas sana.
Duduk di bangku miliknya yang sudah kosong selama beberapa hari lalu. Disambut dengan bahagia oleh teman sekelasnya yang melihat Haidan kembali ke sekolah.
Guru guru yang masuk pun sudah lega karena Haidan kembali melakukan kegiatan sekolah setelah beberapa hari tidak mengikutinya. Dan tentu saja hari ini anak itu mendapatkan banyak tugas yang kosong dan harus menyelesaikannya akibat ijin kemarin.
Saat jam istirahat ia sudah disuruh menyelesaikan tiga tugas yang menumpuk di perpustakaan sekolah, hanya berbekal sandwich dan susu kotak kesukaannya, Haidan berusaha untuk menyelesaikannya hari ini.
"Bisa sendirian?" Farhan datang lalu berbisik kepada Haidan yang masih sibuk mengerjakan soal dengan cermat.
Haidan menoleh lalu mengangguk sekilas menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sang sahabat.
"Yakin?"
Haidan tak menjawab jika Farhan sudah berlaku seperti itu, pasti dia tidak lama lagi akan beranjak lalu pergi meninggalkannya.
Farhan menatap Haidan sejenak, merasa janggal karena melihat memar dibagian bawah dagunya, serta muka pucat sang sahabat yang begitu kentara.
Lelaki itu meraba kening Haidan yang hangat, "Lo masih sakit?" tanyanya.
Haidan mendongak, melihat raut wajah Farhan yang terlihat khawatir. "Enggak kok," balasnya.
"Kok anget?"
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Teen Fiction❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...