Happy Reading
Pagi pagi sekali dihari minggu, Haidan dibuat bingung dengan sang ayah yang tiba-tiba saja mengajaknya keluar untuk berolahraga.
Tentang kejadian hari itu, mereka sudah saling meminta maaf dan berusaha mengakrabkan diri meski masih terasa sangat canggung.
Haidan tak masalah selama dirinya masih bisa sedikit mengobrol mungkin, karena pada dasarnya dia memang anak yang mudah akrab dengan orang baru.
Namun, untuk minggu pagi ini, rasanya Haidan ingin sekali berteriak jika dirinya tidak mau untuk beranjak. Tadi malam ia terkena insomnia lagi dan baru bisa tidur pada pukul tiga dini hari.
Sekarang ayahnya dengan sengaja membuka pintu kamar selebar mungkin agar Haidan terusik. Ia tahu Haidan tipe orang seperti dirinya, yang tidak bisa tidur kembali ketika pintu kamar belum tertutup sempurna.
Berhasil, anak itu keluar dari kamarnya lima menit kemudian setelah Andre selesai mencuci botol minum miliknya yang sudah lama sekali tidak ia pakai.
"Aku nggak ikut deh, males." rengeknya masih dengan mata yang tertutup rapat.
"Biar sehat," Ahh iya, Andre masih saja melontarkan kata-kata pendek dengan satu atau dua kata ketika mereka mengobrol.
"Ayah aja sana," Haidan masih berusaha dengan kemauannya untuk tetap tinggal di rumah dan menikmati tidurnya.
Sepertinya Andre sedikit memaksa sang putra untuk ikut berolahraga, mumpung ada kesempatan, dirinya dapat shift malam jadi saat ini hingga siang nanti dia bisa bebas menggunakan waktu untuk memantau Haidan.
Selama ini Haidan belum terlihat mengeluarkan gejala-gejala lagi, dan itu membuat Andre sedikit lega. Kemarin ia mendatangi rumah sakit yang memeriksa kondisi Haidan dan bertanya lebih jauh tentang perkembangan sang anak yang ternyata sudah cukup lama berjuang sendiri.
Mereka berdua sudah siap dengan celana training dan kaos pendek, tak lupa membawa botol minum yang tadi disiapkan oleh Andre untuk keduanya.
Haidan masih murung dengan prinsipnya tadi, matanya bahkan masih sesekali tertutup menahan kantuk.
Setelah sampai pada taman yang cukup ramai oleh orang yang sedang berolahraga, Haidan cukup antusias. Ia segera keluar dari mobil dan mendekati tempat duduk yang sedikit basah oleh air hujan tadi malam. Merenggangkan otot dan sendinya melakukan pemanasan agar tidak sakit ketika nanti berolahraga.
Andre menyusul, meletakkan botol minumnya dan milik Haidan ditempat yang bersih, mengikuti gerakan pemanasan seperti yang Haidan lakukan.
Merasa sudah cukup lega, mereka berdua melakukan jogging sebentar, memutari taman tersebut hingga keluar keringat.
Udaranya segar, tadi malam turun hujan dan saat ini matahari tengah malu-malu menunjukan diri dihadapan Haidan. Mungkin, ia kalah bersinar dari lelaki yang tengah tersenyum melihat anak kecil disekitarnya.
Mereka sedang beristirahat sebentar, menetralkan nafas lalu akan mulai ketika sudah lega.
Haidan duduk dibangku umum, lalu disampingnya ada seorang ibu membawa bayinya berolahraga mungkin, bayi tersebut menyenggol lengan Haidan menggunakan jarinya yang kecil, membuat lelaki itu gemas sendiri melihatnya.
"Kakak, iya?" sang ibu sadar lalu menggoda anaknya yang tengah tersenyum karena jarinya digenggam oleh Haidan.
"Namanya siapa?" tanya Haidan masih memainkan jari mungil tersebut
KAMU SEDANG MEMBACA
eja [ ✓ ]
Novela Juvenil❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti. Ia lepas. Lepas dari lara yang menjerat hidupnya, lepas dari topeng baik-baik saja miliknya. Sepanjang bankar didorong pada koridor, semu...