[28] Cara Haidan

299 79 30
                                    

Happy Reading

Karena pelajaran sudah selesai sedari tadi, Haidan dengan santainya hanya menyapu kelas yang tidak terlihat kotor. Ia dijadwalkan untuk piker hari ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, lelaki itu memang sangat malas jika sudah berhadapan dengan yang namanya piket kelas.

Namun, sepertinya hari ini Haidan bersemangat untuk mengerjakan piket kelas itu. Bukan karena alasan, Lea sudah menunggunya diluar sana. Mengajaknya untuk berjalan-jalan sebentar dan menceritakan tentang cara Haidan melampiaskan semua amarahnya tanpa melukai orang lain.

Lelaki itu meletakkan sapunya, lalu berbicara dengan orang yang bernama Resti untuk berpamitan karena sudah menyelesaikan tugasnya.

"Res, aku udah nyapu bagian sana ya." ujarnya.

Resti hanya mengangguk dan menganggap Haidan sudah mengerjakan piket saja daripada ia hanya merusuh di dalam kelas.

Haidan keluar dari kelas, tatapannya mengeliling untuk melihat keberadaan Lea yang mungkin tidak jauh darinya.

Berhasil. Ia menemukan Lea sedang bermain ponselnya di bangku depan kelasnya. Lalu dengan gerakan cepat ia mendekatinya.

"Ayo!" ajak Haidan nampak sangat bersemangat.

Lea menoleh, lalu mengangguk singkat sebelum ia mengikuti arah jalan Haidan menuju ke parkiran sekolah.

"Gue nggak bawa motor, cuma ada sepeda. Masih mau?" ujar Haidan kikuk, ia lupa jika membawa sepedanya ke sekolah.

"Nggak papa, bisa bonceng." balas Lea tidak masalah jika dirinya harus membonceng sepeda Haidan. Yang penting dirinya bisa membuat keadaan hatinya menjadi lebih lega hari ini.

Haidan mengangguk sembari tersenyum, lalu ia mengeluarkan sepedanya dan mulai menaiki kendaraan roda dua tersebut.

Lea dengan semangat duduk di jok belakang sepeda milik Haidan, memegang tas milik laki-laki itu lalu menyuruh Haidan agar menjalankan sepedanya segera.

Sepeda yang membawa Haidan dan Lea keluar dari lingkungan sekolah, lalu berkeliling mengikuti arah jalan pulang Haidan yang mengarah ke sebuah pantai.

Disini mereka, pantai dengan pemandangan bagus yang terlihat sepi. Tidak ada pengunjung di pantai ini, karena kawasan yang cukup susah untuk di kunjungi, pantai ini juga cukup mengerikan.

Haidan menemukannya bersama Janu, lelaki itu selalu punya tempat tujuan sepi yang menenangkan.

Karena Haidan tau jika Lea sedang dalam keadaan yang baik-baik saja, maka ia membawa Lea ke tempat sepi seperti ini. Ia juga akan membawa Lea ke tempat yang menurutnya bisa menenangkan.

"Ngapain kesini?" tanya Lea saat menyadari Haidan hanya membawanya ke sebuah pantai sepi yang mengharuskan ia naik ke atas karang yang cukup besar di hadapannya.

"Udah, naik aja." Haidan mengulurkan tangannya ketika dirinya sudah mencapai puncak karang tersebut, berusaha membantu Lea yang terlihat cukup kesusahan untuk naik.

Lea dengan sigap membalas uluran tangan Haidan dan mengikuti arah kaki lelaki itu kemana perginya. Ia cukup heran mengapa Haidan membawanya kesini, namun karena ia sedang tidak ingin berdebat atau beradu omongan dengan Haidan, maka dia menurut saja kemana perginya lelaki yang baru saja ia kenal.

Haidan menoleh, melihat wajah Lea yang tengah bingung, lalu menyuruh gadis itu duduk disampingnya.

"Duduk sini,"

Lea duduk dengan tidak peduli jika seragamnya akan sedikit kotor. Lalu gadis itu mengikuti arah pandang Haidan yang lurus ke depan.

Sejenak, Lea takjub dengan pemandangan memuaskan dihadapannya, diam sebentar mengagumi ciptaan Tuhan yang tidak pernah mengecewakan.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang