[45] Cerita

369 60 18
                                    

Happy Reading

Kecelakaan beruntun yang terjadi sekitar jam sembilan pagi membuat Andre terpaksa membatalkan penerbangan karena panggilan mendadak dari sang atasan.

Kecelakaan yang mengakibatkan 27 korban dan seluruh dokter di rumah sakit tempat ia bekerja kembali beraktivitas.

Andre yang sedang berkemas di dalam apartemennya langsung menuju rumah sakit saat mendapatkan panggilan dan membatalkan penerbangannya.

Begitu waktu sudah mulai sore dan dirinya mendapatkan waktu luang untuk beristirahat, Andre menggunakan waktu tersebut dengan menghubungi Haidan.

Namun, nyatanya waktu sebentar tersebut tidak memberikan Andre kesempatan untuk meminta maaf kepada Haidan saat itu juga.

Saat berada dipanggilan, ia hanya bisa berkata jika dirinya tidak bisa bertemu dengan sang anak hari ini. Ia langsung memutus panggilan saat sang atasan kembali menyerukan namanya agar segera mengobati pasien yang datang terus menerus.

Hingga pukul sembilan malam, pasien yang datang sudah cukup reda, Andre hanya perlu memeriksa beberapa pasien yang kembali mengalami sakit.

Ia berpikir untuk kembali mengabari Haidan, namun niatnya ia urungkan karena mungkin saja putranya sudah tertidur.

Lelaki anak satu itu memilih pulang setelah mendapat ijin, tubuhnya terasa sangat lelah setelah seharian mengurusi banyak pasien yang berdatangan.

Setelah membersihkan diri, ia merebahkan tubuhnya ke kasur yang berada di kamarnya, sedikit memikirkan tentang Haidan dan mengenang beberapa kenangan indah bersama istrinya dahulu.

Tiba-tiba saja perasaan bimbang menggerogoti hatinya, gelisah yang sangat menghampirinya. Ingatan yang pernah ia ingat jauh-jauh hari, kini kembali memenuhi pikirannya.

Antara ingin menceritakan semuanya atau tidak sama sekali.

Andre beranjak, menggigit telunjuknya dengan wajah yang sangat kentara dengan perasaan khawatir, dilema.

"Kalo cerita, dia bakalan benci aku nggak ya? Kalo nggak cerita dia nanti tahu dari orang lain,"

"Cerita, nggak, cerita, nggak, cerita!"

Andre mengacak rambutnya frustasi, keberaniannya menciut saat dirinya sudah menggenggam ponselnya.

Hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan ia berniat menghubungi Haidan ditengah malam seperti itu. Apa dia akan menerima hujaman pertanyaan lagi dari sang mertua? Atau malah dirinya mendapat omelan habis-habisan oleh mertuanya?

Entah, Andre tidak memusingkan hal tersebut, ia malah memilih menghubungi Haidan disaat-saat seperti ini.

Tidak perlu waktu lama panggilannya terhubung, Haidan ternyata belum tertidur.

---

Haidan tidak bisa tidur.

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk tidur tadi siang, kini malamnya ia tidak bisa untuk menutup matanya. Bahkan, mata itu masih terbuka sempurna, tidak ada tanda-tanda kantuk yang menghiasi.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang