[3] Tahun Kesendirian

1.2K 480 119
                                    

Happy Reading

Haidan tersenyum sembari melangkahkan kakinya memasuki area sekolah yang sudah sedikit ramai itu.

Senyum manis merekah disudut bibirnya. Ia berjalan dengan suasana hati yang senang.

Walaupun Andre tidak mengingat hari ini, setidaknya ia sudah memberikan satu kebahagiaan untuk Haidan.

Tiba-tiba bahunya dirangkul oleh seseorang, orang tersebut mengejutkannya, membuat tubuh kecil itu sedikit terhuyung ke depan.

"Set-astagfirullah," celetuk Haidan memejamkan matanya sabar dengan kelakuan temannya.

Sang teman malah menyengir memperlihatkan gigi putihnya yang tertata rapi.

"Tumben lo berangkat telat? Nggak ada tugas?" tanya Haidan, setahunya temannya yang satu itu memang sangat sibuk mengurusi organisasi.

"Kali kali lah ketos nyantai." jawabnya remeh.

Haidan mengangguk paham lalu melihat kebelakang mencari sosok yang selalu bersama temannya ini.

"Alkan nggak ada sama lo?" tanya Haidan lagi.

"Ya bareng bapak besar lah," balasnya, yang dimaksud adalah kakak tertuanya.

Haidan sudah cukup mengenal saudara saudara dari Farhan yang sebagian besar memiliki sifat unik. Dirinya pernah sekali dua kali berkunjung ke rumahnya dan melihat bagaimana suasana ramai keluarganya.

Farhan mengaku jika saudaranya itu hanya ada tiga, dua kakaknya dan juga Alkan sang kembaran. Namun keluarga itu ketambahan empat laki laki yang kini menjadi saudaranya.

Haidan merasa iri tentunya, ia juga ingin sekali tinggal bersama sahabatnya itu dan merasakan banyak cinta yang diterimanya setiap hari. Bunda yang menyapanya setiap pagi, saudara yang menghibur dan membantunya dalam mengerjakan pekerjaan rumah atau sebagainya.

Namun, ia juga bersyukur bisa mengenal Farhan yang bisa membuatnya menjadi sosok yang sekarang. Dahulu sebelum mengenal temannya ini, Haidan adalah sosok yang sangat tertutup dan tidak percaya kata setia dalam persahabatan.

Farhan membuktikannya dengan selalu berada di sisi lelaki itu hingga lima tahun lamanya. Lelaki yang menjabat sebagai ketua OSIS itu sudah bertemu tanggal ini sebanyak lima kali.

"Oiya...," celetuk Farhan membuat Haidan menoleh.

"Kenapa?" Haidan menolehkan kepalanya sembari menunjukkan ekspresi bertanya.

"Lo buka chat gue nggak?" Farhan sudah memasang ekspresi berharap.

Haidan mengernyitkan dahinya tanda bingung, tadi pagi ia membuka ponsel untuk mengecek pesan yang masuk dan menghubungi emangnya, namun ia tidak menemukan pesan yang dikirim oleh sahabatnya itu.

"Emang lo ngirim chat ke gue?" tanyanya menatap Farhan yang sudah mengambil ponselnya untuk mengecek.

"OALAH JANCUK KUOTA GUE HABIS!!!" teriak Farhan terkejut melihat pesan yang ia tulis semalam untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk sahabatnya itu ternyata tidak terkirim.

Haidan melihat isi pesan tersebut hanya bisa tertawa kencang melihat sikap ceroboh sahabatnya yang memang sudah melekat dari dulu.

"Ya gimana bisa lo nggak sadar kalo kuota lo habis?" Haidan bertanya sembari mengusap ujung matanya yang mengeluarkan air mata karena tertawa terbahak-bahak.

"Gue kan nggak tau, biasanya juga ada hotspot dari bang Chandra," bibir Farhan sudah mengerucut sedih, kecewa karena dirinya bukan yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun kepada sahabatnya.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang