[35] Panik

448 68 16
                                    

Happy Reading



Haidan terdiam sembari menatap Janu yang terlihat masih enggan membuka matanya. Setelah berjalan-jalan tadi, Janu mengeluh pusing. Lalu saat sampai di rumah, tiba-tiba saja Janu pingsan, sontak membuat semua orang yang melihatnya dilanda panik tiba-tiba.

Juna yang terlihat paling gusar melihat punggung besar Reno membawa Janu masuk ke dalam rumah lalu dibaringkan dikasur miliknya.

Sudah tiga jam lebih Janu tidak membuka matanya, hingga kedua orang tua mereka yang baru saja pulang harus membawa Janu ke rumah sakit untuk menghindari hal yang mungkin memperburuk keadaan putranya saat ini.

Dan kini mereka disini, duduk berjajar dibangku dalam ruangan Janu, menatap lelaki yang tertidur diatas bankar rumah sakit tanpa mau membuka matanya.

Efek seperti ini memang sering terjadi, tetapi baru kali ini Janu tertidur lebih lama dari biasanya. Membuat semua orang menjadi khawatir walaupun keadaan Janu dikatakan baik-baik saja saat diperiksa tadi.

"Ja, lo disuruh pulang sama Eyang," ujar Reno setelah mengangkat telepon dari sang nenek.

Haidan hanya bisa mengagguk pasrah, tubuhnya sudah sangat lemas dan ia juga sedang tidak mau beradu mulut dengan Reno jika sekarang dia menolak kemauan sang nenek.

Haidan pulang diantar oleh Reno, menggunakan motor milik sang kakek yang sempat ia gunakan untuk menuju ke rumah sakit bersama sang sepupu tadi.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, Reno maupun Haidan sama-sama belum makan dari tadi sore. Namun, saat mulai memasuki rumah Haidan justru cepat-cepat ingin mandi dan segera tidur, mengabaikan perutnya yang sudah sakit.

Lelaki itu menatap dirinya sendiri di depan cermin, tubuhnya semakin kecil dari kemarin-kemarin, nafsu makannya berkurang membuat ia kehilangan berat badannya.

Rambutnya kini juga sudah sangat tipis akibat sering rontok karena efek kemoterapi yang sudah ia jalani selama dua kali. Dan, Haidan ingat jika besok jadwal kemoterapi nya yang tertunda kemarin akibat dirinya demam.

"Ayo istirahat yang banyak, biar besok nggak capek." ucapnya menyemangati diri sendiri sebelum tidur.

Haidan menutup matanya perlahan, menyambut datangnya alam mimpi yang siap menjemputnya segera. Tubuhnya terlalu lelah hingga membuatnya dengan cepat terlelap.

———

Haidan berakhir di ruangan ber-cat putih itu lagi, dengan tubuh yang kembali melemas dan ia harus mati-matian menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya. Sangat menyiksa.

Lagi, Haidan baru merasakannya tiga kali, bagaimana dengan Janu yang sudah merasakannya selama enam kali akhir-akhir ini? Rasanya, tidak pantas untuk dirinya mengeluh jika mengingat banyak orang diluar sana yang lebih tersiksa darinya.

Pintu ruangan kembali dibuka, menampilkan sosok Reno yang datang untuk menemaninya. Haidan melirik sekilas ke arah sang sepupu sebelum kembali merapatkan matanya.

"Nggak laper?" tanya Reno menjulurkan makanannya ke arah Haidan.

Lelaki itu hanya menggeleng pelan, menjawab pertanyaan Reno yang menawari dirinya roti. Namun, sedetik kemudian ia bisa lihat jika Reno membawakan susu kotak miliknya yang sudah ia stok di dalam lemari es ke hadapannya.

"Gue tau lo pasti nggak bakalan mau makan," ujarnya.

Haidan hanya mampu melirik singkat lalu tersenyum membalas Reno yang mengajaknya berbicara. Tubuhnya lemas, sendi-sendinya nyeri dan punggungnya terasa sakit.

eja [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang